Minggu, 13 November 2011

AGANNA SUTTA

AGANNA SUTTA (penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya)



Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya
Oleh : Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991


Demikian yang telah kami dengar :
  1. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi, di Pubbarama milik Migaramata. Pada waktu itu Vasettha dan Bharadvaja sedang menjalani latihan kebhikkhuan di antara para Bhikkhu, berkeinginan untuk menjadi bhikkhu. Kemudian pada malam hari itu, setelah bangkit dari samadhi-Nya, Sang Bhagava keluar dari kamar (kuti) dan berjalan ke sana ke mari (cankammana) di alam terbuka di sebelah kamar.
  2. Hal ini dilihat oleh Vasettha dan menceritakannya kepada Bharadvaja, yang selanjutnya ia berkata : "Sahabat Bharadvaja, marilah kita pergi menemui Sang Bhagava; mudah-mudahan kita beruntung dapat mendengar uraian Dhamma dari Sang Bhagava."

    "Baiklah, sahabat," jawab Bharadvaja menyetujui. Maka Vasettha dan Bharadvaja pergi menemui Sang Bhagava. Setelah dekat, mereka menghormat Beliau dan berjalan mengikuti di belakang Bhagava yang sedang berjalan ke sana ke mari (cankammana).
  3. Kemudian sang Bhagava berkata kepada Vasettha: "Vasettha, engkau berasal dari keturunan dan keluarga brahmana, telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup tanpa rumah (anagarika) sebagai pertapa (pabbaja).
    Apakah para brahmana tidak mencela dan menghinamu ?"

    "Ya, demikianlah, Bhante; para brahmana menghina dan mencela kami dengan bermacam-macam makian, ejekan, serta kata-kata kasar yang tidak sopan."

    "Bhante, para brahmana itu berkata demikian: 'Kasta brahmana adalah yang paling baik' "

    "Tetapi dalam hal ini, Vasettha, dengan kata-kata apa para brahmana itu mencela dan menghinamu ?"

    "Bhante, para brahmana itu berkata demikian: Hanya kaum brahmana yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat, yang lain berkedudukan rendah. Hanya kaum brahmana yang berwajah cerah, yang lain berwajah gelap. Hanya kaum brahmana yang berasal dari keturunan murni, bukan mereka yang lain daripada kaum brahmana. Hanya kaum brahmana yang merupakan anak dari Brahma, lahir dari mulut brahma, keturunan brahma, diciptakan oleh brahma, pewaris Brahma. Sedangkan mengenai dirimu, engkau telah meninggalkan derajad yang terbaik, beralih ke golongan rendah, yaitu pertapa gundul, badut yang kasar, mereka yang berkulit gelap, keturunan yang lahir dari kaki Brahma. Keadaan seperti itu tidak baik, keadaan seperti itu tidak pantas. Dalam hal ini, bahwasanya engkau yang telah meninggalkan kasta terhormat, harus bergaul, berkumpul dengan kasta rendah, yaitu: dengan kaum pertapa gundul, pertapa palsu, mereka yang berkulit gelap, kaum rendah, yang lahir dari kaki Brahma - warga kami. Dengan kata-kata seperti itu, Bhante, para brahmana itu mencela dan menghina kami dengan makian, ejekan serta kata-kata kasar yang tidak sopan."
  4. "Vasettha, sesungguhnya para brahmana itu telah melupakan masa lampau apabila mereka berkata seperti itu. Sebaliknya, para brahmani, istri para brahmana itu dikenal subur, kelihatan hamil, melahirkan dan merawat anak-anak. Dan masih juga para brahmana yang lahir dari kandungan itu sendiri yang berkata bahwa :
    Hanya kaum brahmana yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat, yang lain berkedudukan rendah. Hanya kaum brahmana yang berwajah cerah, yang lain berwajah gelap, Hanya kaum brahmana yang berasal dari keturunan murni, bukan mereka yang lain daripada kaum brahmana. Hanya kaum brahmana yang merupakan anak asli dari Brahma, lahir dari mulut Brahma, keturunan Brahma, diciptakan oleh Brahma, pewaris Brahma. Dengan cara ini mereka telah membuat tiruan terhadap sifat Brahma (abbhacikkhanti brahmanan). Apa yang mereka katakan itu bohong, dan sungguh besar akibat buruk yang akan mereka peroleh."
  5. Vasettha, terdapat empat kasta : khattiya, brahmana, vessa dan sudda. Di sini dan di mana pun terdapat kasta khattiya yang membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berbicara kasar, omong kosong, serakah, kejam dan menganut pandangan-pandangan keliru (miccha ditthi).

    Vasettha, demikianlah kita lihat bahwa sifat-sifat buruk dan yang dipandang demikian, yang tercela dan yang dipandang demikian, yang tidak layak dilakukan dan yang dipandang demikian, yang tidak patut dilakukan oleh orang yang terhormat dan yang dipandang demikian, sifat-sifat celaka dan yang berakibat mencelakakan, yang tidak dianjurkan oleh para bijaksana; terdapat pula dalam diri seorang khattiya. Dan begitu pula kita dapat mengatakan hal yang lama kepada kasta brahmana, vessa dan sudda.
  6. Juga di sini dan di mana pun terdapat kasta khattiya yang menahan diri dari membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berbicara kasar, omong kosong serakah, kejam atau menganut pandangan-pandangan keliru (miccha ditthi).

    Vasettha, demikianlah kita lihat bahwa sifat-sifat baik dan yang dipandang demikian, yang terpuji dan yang dipandang demikian, yang layak dilakukan dan yang dipandang demikian, yang patut dilakukan oleh orang terhormat dan yang dipandang demikian, sifat-sifat yang bermanfaat dan yang mempunyai akibat yang bermanfaat, yang dianjurkan oleh para bijaksana; terdapat pula dalam diri seorang kasta khattiya. Dan begitu pula kita dapat mengatakan hal yang sama kepada kasta brahmana, vessa dan sudda.
  7. Vasettha, sekarang kita tahu bahwa sifat-sifat yang baik atau buruk, tercela atau terpuji oleh para bijaksana, adalah dimiliki oleh keempat kasta tersebut; dan para bijaksana tidak mengakui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para brahmana seperti tersebut di atas. Mengapa demikian ? Karena, Vasettha, siapapun dari keempat kasta ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin (jinasavo), telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan (katakaraniyo), telah meletakkan beban (ohitabharo), telah mencapai kebebasan (anuppattasadattho), telah mematahkan ikatan kelahiran, telah terbebas karena memiliki pengetahuan (sammadannavimutto); maka dialah yang dinyatakan paling baik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma) dan tidak atas dasar yang bukan kebenaran (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  8. Vasettha, berikut ini adalah sebuah contoh untuk mengerti mengapa Dhamma (Kebenaran) itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang :

    Raja Pasenadi Kosala menyadari bahwa Samana Gotama telah meninggalkan keturunan Sakya, sedangkan Suku Sakya berada di bawah kekuasaan Raja Pasenadi Kosala. Suku Sakya memuja dan menghormatinya, mereka bangkit dari tempat duduk, beranjali dan melayaninya. Sekarang, Vasettha; sama seperti Suku Sakya yang melayani Raja Pasenadi Kosala dengan hormat, demikian pula caranya Raja Pasenadi Kosala melayani Sang Tathagata. Karena Raja Pasenadi Kosala berpikir : Bukankah Samana Gotama sempurna kelahirannya (Sujato), sedangkan kelahiranku tidak sempurna ? Samana Gotama itu perkasa, sedangkan aku lemah. Samana Gotama itu sangat mengagumkan, sedangkan aku tidak. Samana Gotama itu memiliki pengaruh yang besar, sedangkan aku hanya memiliki pengaruh yang kecil saja. Demikianlah, karena Raja Pasenadi Kosala menghormati Dhamma, menghargai Dhamma, mengindahkan Dhamma, sujud pada Dhamma, menganggap suci Dhamma, maka ia memberikan hormat dan sujud pada Sang Tathagata, bangkit dari tempat duduk, beranjali dan melayani Beliau dengan hormat. Dengan contoh ini engkau dapat mengerti betapa Dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  9. Vasettha, engkau semua yang berbeda keturunan, nama, suku dan keluarga; telah meninggalkan kehidupan rumah tangga; mungkin akan ditanya: Siapakah engkau ? Maka engkau harus menjawab: Kita adalah para pertapa yang mengikuti Samana putra Sakya.

    Vasettha, dia yang teguh keyakinannya kepada Sang Tathagata, berakar, mantap dan kokoh, suatu keyakinan yang tidak dapat digoyahkan lagi oleh para pertapa dan brahmana, maupun oleh para dewa, mara dan Brahma atau siapa pun saja dalam dunia ini, ia dapat berkata: Aku adalah anak Sang Bhagava, lahir dari mulut Sang Bhagava, lahir dari Dhamma (Dhammajo), diciptakan oleh Dhamma (dhammanimmitta), pewaris Dhamma (dhammadayako). Mengaga demikian ? Karena, Vasettha, nama-nama berikut ini adalah sesuai untuk Sang Tathagata: Dhammakayo (Tubuh Dhamma), Brahmakayo (Tubuh Brahma), Dhammabhuto (perwujudan Dhamma), Brahmabhuto (Perwujudan Brahma).
  10. Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan bilamana hal ini terjadi, umumnya mahluk-mahluk terlahir kembali di Abbassara (Alam Cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.

    Vasettha, terdapat juga suatu saat, cepat atau lambat, setelah selang suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini mulai terbentuk kembali. Dan ketika hal ini terjadi, mahluk­mahluk yang mati di Abhassara (Alam Cahaya), biasanya terlahir kembali di sini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.
  11. Pada waktu itu semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, bulan maupun pertengahan bulan belum ada, tahun-tahun maupun musim-musim belum ada; laki-laki maupun wanita belum ada. Mahluk­mahluk hanya dikenal sebagai mahluk-mahluk saja.

    Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul ke luar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warnanya tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tanah itu.
  12. Kemudian, Vasettha, di antara mahluk mahluk yang memiliki pembawaan sifat serakah (lolajatiko) berkata: O apakah ini? dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya. Dan mahluk-mahluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya, mencicipi sari tanah itu dengan jari jarinya. Dengan mencicipinya, maka mereka diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk ke dalam diri mereka. Maka mahluk-mahluk itu mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka. Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mahluk-mahluk itu menjadi lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi nampak. Demikian pula dengan siang dan malam, bulan dan pertengahan bulan, musim-musim dan tahun-tahun pun terjadi. Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali.
  13. Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir : Kita lebih indah daripada mereka, mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahannya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka sari tanah itupun lenyap. Dengan lenyapnya sari tanah itu, mereka berkumpul bersama-sama dan meratapinya: "Sayang, lezatnya! Sayang lezatnya!" Demikian pula sekarang ini, apabila orang menikmati rasa enak, ia akan berkata: "Oh lezatnya! Oh lezatnya!; yang sesungguhnya apa yang mereka ucapkan itu hanyalah mengikuti ucapan masa lampau, tanpa mereka mengetahui makna dari kata-kata itu.
  14. Kemudian, Vasettha, ketika sari tanah lenyap bagi mahluk mahluk itu, muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (Bhumi­pappatiko). Cara tumbuhnya adalah seperti tumbuhnya cendawan. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; lama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warnanya tumbuhan itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tumbuhan itu. Kemudian mahluk­mahluk itu mulai makan tumbuh-tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut. Mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka berkembang menjadi lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir: Kita lebih indah daripada mereka; mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahan dirinya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul dan cara tumbuhnya adalah seperti bambu. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warnanya tumbuhan itu; lama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tumbuhan itu.
  15. Kemudian, Vasettha, mahluk-mahluk itu mulai makan tumbuhan menjalar tersebut. Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar tersebut, dan hal itu berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat; dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini; maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir : Kita lebih indah daripada mereka; mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahan dirinya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap. Dengan lenyapnya tumbuhan menjalar itu, mereka berkumpul bersama-sama meratapinya : "Kasihanilah kita, milik kita hilang! Demikian pula sekarang ini, bilamana orang-orang ditanya apa yang menyusahkannya, mereka menjawab : "Kasihanilah kita! Apa yang kita miliki telah hilang; yang sesungguhnya apa yang mereka ucapkan itu hanyalah mengikuti ucapan pada masa lampau, tanpa mengetahui makna daripada kata-kata itu."
  16. Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap bagi mahluk-mahluk itu, muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak dalam alam terbuka (akattha-pako), tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Bilamana pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, maka keesokan paginya padi itu telah tumbuh den masak kembali. Bilamana pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang; maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali; demikian terus-menerus padi itu muncul.

    Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-laki pun sangat memperhatikan tentang keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indria tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin (methuna).

    Vasettha, ketika mahluk-mahluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin, maka sebagian melempari dengan pasir, sebagian melempari dengan abu, sebagian melempari dengan kotoran sapi, dengan berteriak: "Kurang ajar! Kurang ajar! Bagaimana seseorang dapat berbuat demikian kepada orang lain?" Demikian pula sekarang ini, apabila seorang laki-laki dari tempat lain menjemput mempelai wanita dan membawanya pergi, orang-orang akan melempari mereka dengan pasir, abu atau kotoran sapi; yang sesungguhnya apa yang mereka lakukan itu hanyalah mengikuti bentuk­bentuk masa lampau, tanpa mengetahui makna daripada perbuatan itu.
  17. Vasettha, apa yang pada waktu itu dipandang tidak sopan (adhamma sammata), sekarang dipandang sopan (dhamma-sammata). Pada waktu itu, mahluk-mahluk yang melakukan hubungan kelamin tidak diijinkan memasuki desa atau kota selama satu bulan penuh atau dua bulan. Dan pada waktu itu, oleh karena mahluk cepat sekali mencela perbuatan yang tidak sopan tersebut maka mereka mulai membuat rumah-rumah hanya untuk menyembunyikan perbuatan tidak sopan itu.

    Vasettha, kemudian timbullah pikiran semacam ini dalam diri sebagian mahluk yang berwatak pemalas: "Mengapa aku harus melelahkan diriku dengan mengambil padi pada sore hari untuk makan malam, dan mengambil padi pada pagi hari untuk makan siang ? Bukankah sebaiknya aku mengambil padi yang cukup untuk makan malam dan makan siang sekaligus ?" Maka, setelah pergi, ia mengumpulkan padi yang cukup untuk dua kali makan.

    Ketika mahluk-mahluk lain datang kepadanya dan berkata : "Sahabat yang baik, marilah kita pergi mengumpulkan padi" ia berkata : Tidak perlu, sahabat yang baik; aku telah mengambil padi untuk makan malam dan siang." Selanjutnya sebagian mahluk lain datang dan berkata kepadanya : "Sahabat yang baik, marilah kita pergi mengumpulkan padi"; ia berkata: "Tidak perlu, sahabat yang baik, aku telah mengambil padi untuk dua hari." Demikianlah, dalam cara yang sama mereka menyimpan padi yang cukup untuk empat hari dan selanjutnya untuk delapan hari.

    Vasettha, sejak itu mahluk-mahluk tersebut mulai makan padi yang disimpan. Dedak mulai menutupi butir-butir padi yang dan butir-butir padi dibungkus sekam. Padi yang telah dituai atau potongan-potongan batangnya tidak tumbuh kembali, sehingga terjadi masa menunggu. Dan batang-batang padi mulai tumbuh serumpun.
  18. Vasettha, kemudian mahluk-mahluk itu berkumpul bersama dan meratap dengan berkata : "Kebiasaan buruk telah muncul di kalangan kita. Dahulu kita hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa dan hidup dalam kemegahan. Kita hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.

    Cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, muncullah bagi kita sari tanah dari dalam air, yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai membuat sari tanah itu menjadi gumpalan dan menikmatinya. Setelah kita berbuat demikian, maka cahaya tubuh kita lenyap. Ketika cahaya tersebut lenyap, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi mulai nampak; siang dan malam, bulan dan pertengahan bulan, musim-musim dan tahun-tahun pun nampak. Kita menikmati sari tanah tersebut, memakannya, hidup dengannya, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, lalu muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko), yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai menikmatinya, memakannya, hidup dengannya, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu lenyap. Ketika tumbuhan yang muncul dari tanah itu telah lenyap, lalu muncullah tumbuhan menjalar, yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai menikmatinya, memakannya dan hidup dengannya, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan­kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, maka tumbuhan menjalar itu lenyap. Ketika tumbuhan menjalar telah lenyap, lalu muncullah padi yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam; harum dengan butir-butir yang bersih. Bilamana setiap malam kita memetik dan mengambilnya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus-menerus padi itu muncul. Kita menikmati padi ini, memakannya, hidup dengannya; dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, maka dedak telah menutupi butir padi yang bersih dan sekam juga telah membungkus butir-butir padi tersebut. Dan bilamana kita telah memetiknya, padi itu tidak langsung tumbuh kembali, sehingga terjadilah masa menunggu, dan batang-batang padi mulai tumbuh berumpun. Karena itu, sekarang ini marilah kita membagi ladang-ladang padi dengan membuat batas-batasnya."

    Demikianlah mereka membagi ladang-ladang padi dan membuat batas di sekeliling ladang bagian mereka masing-masing.
  19. Kemudian, Vasettha, sebagian mahluk yang memiliki pembawaan sifat serakah (lolajatiko), yang sedang menjaga ladang bagiannya sendiri, lalu mencuri padi dari ladang orang lain dan memakannya. Mereka menangkap dan memegangnya erat-erat, dan berkata : "Sahabat yang baik, sesungguhnya engkau dalam hal ini telah berbuat jahat. Sewaktu sedang menjaga ladangmu sendiri, kau telah mencuri milik orang lain dan memakannya. Perhatikanlah baik-baik, jangan berbuat demikian lagi." Untuk kedua kalinya ia berbuat demikian dan juga untuk ketiga kalinya. Dan kembali mereka menangkapnya dan menasehatinya : Sebagian dari mereka memukulnya dengan tangan, sebagian melemparinya dengan bongkahan tanah dan sebagian memukulnya dengan tongkat.

    Vasettha, demikianlah awal munculnya perbuatan mencuri; dan pemeriksaan, kebohongan dan hukuman pun menjadi dikenal.
  20. Vasettha, kemudian mahluk-mahluk itu berkumpul bersama dan meratap dengan berkata : "Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, pencurian, pemeriksaan, kebohongan dan hukuman menjadi dikenal. Sebaiknya kita memilih salah seseorang di antara kita untuk mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang harus dikucilkan. Dan untuk membalas jasanya, kita akan memberikan sebagian padi kita kepadanya."

    Vasettha, kemudian mereka memilih salah seorang di antara mereka yang paling rupawan, paling disukai, paling menyenangkan, paling pandai, dengan berkata kepadanya: "Sahabat yang baik sebaiknya engkau mengadili orang yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, mengucilkan mereka yang patut dikucilkan. Dan kita akan memberikan sebagian padi milik kita kepadamu."

    Ia menyetujuinya dan berbuat demikian, dan mereka memberikan sebagian padi milik mereka kepadanya.
  21. Vasettha, dipilih oleh banyak orang adalah apa yang dimaksud dengan Maha Sammata; maka Maha Sammata (Pilihan Agung) merupakan ungkapan pertama yang muncul (bagi seorang yang dipilih oleh banyak orang). Penguasa ladang adalah apa yang dimaksud dengan Khattiya; maka Khattiya merupakan ungkapan kedua yang muncul. Ia membuat senang orang lain dengan Dhamma, (dengan melaksanakan prinsip kebenaran) adalah apa yang dimaksud dengan Raja; maka Raja merupakan ungkapan ketiga yang muncul.

    Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat Khattiya ini, yang dikenal sesuai dengan pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dergan Dhamma (apa yang seharusnya demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan-dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  22. Vasettha, kemudian hal seperti berikut ini muncul pada diri orang-orang itu : "Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, sehingga pencurian, pemerkosaan, kebohongan, hukuman dan pengucilan menjadi dikenal. Sekarang marilah kita menyingkirkan semua perbuatan jahat dan kebiasaan tidak sopan." Dan mereka melakukannya.

    Vasettha, mereka yang menyingkirkan (bahenti) perbuatan-perbuatan jahat dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan adalah apa yang disebut dengan kata "brahmana"; demikianlah 'brahmana' merupakan ungkapan permulaan bagi mereka yang berbuat demikian. Mereka membuat pondok­pondok dari daun (pannakuti) di hutan, dan bersamadhi di situ. Mereka hidup tanpa perapian, tanpa asap, tidak mempergunakan alu dan lumpang; mereka mengumpulkan makanan pada sore hari untuk makan malam dan pada pagi hari untuk makan siang; mereka mencari makanan dengan memasuki desa, kampung dan kota. Setelah memperoleh makanan, mereka kembah lagi ke pondok mereka dan bersamadhi.

    Ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berkata: "Orang-orang ini, setelah membuat pondok-pondok dari daun di hutan, lalu bersamadhi di situ. Mereka hidup tanpa perapian, tanpa asap, tidak mempergunakan alu dan lumpang; mereka mengumpulkan makanan pada sore hari untuk makan malam, dan mengumpulkan makanan pada pagi hari untuk makan siang; mereka mencari makanan dengan memasuki desa, kampung dan kota. Setelah memperoleh makanan mereka kembali ke pondok-pondok mereka dan bersamadhi.

    Vasettha, mereka yang bersamadhi (jhayanti) inilah yang dimaksud dengan Jhayaka atau pelaksana samadhi; demikianlah kata jhayaka merupakan ungkapan kedua yang muncul.
  23. Vasettha, karena sebagian di antara mereka tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun dalam hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir-pinggir desa-desa, kampung-kampung dan kota-kota, dan di sana mereka menulis buku (ganthe karonta). Dan ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berkata: "Orang-orang ini, karena tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir desa-desa, kampung-kampung dan kota-kota, dan di sana mereka menulis buku. Mereka tidak bersamadhi (ajhayaka).

    Vasettha, mereka yang tidak bersamadhi inilah yang dimaksud dengan "Ajhayaka"; demikianlah kata ajhayaka merupakan ungkapan-ungkapan ketiga yang timbul. Pada waktu itu mereka dipandang yang paling rendah, tetapi sekarang mereka menganggap diri merekalah yang paling tinggi.

    Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat brahmana ini, dikenal menurut pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, dan bukan tidak diingini, dan hal itu terjadi sesuai dengan Dhamma (apa yang seharusnya memang demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  24. Selanjutnya, Vasettha, terdapat juga sebagian orang lain yang menempuh hidup berkeluarga dan melakukan berbagai macam perdagangan. Mereka yang menempuh hidup berkeluarga dan melakukan berbagai macam perdagangan (vissa) inilah yang dimaksud dengan 'Vessa' (Kaum Pedagang). Demikianlah kata Vessa ini dipergunakan sebagai ungkapan bagi orang-orang tersebut.

    Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat vessa ini, yang dikenal sesuai dengan pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dengan dhamma (apa yang seharusnya demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

    Selanjutnya Vasettha, selebihnya dari orang-orang ini melakukan pekerjaan berburu. Mereka yang hidup dari hasil berburu dan perbuatan atau pekerjaan lain semacamnya inilah yang dimaksudkan dengan 'Sudda'. Demikianlah kata 'sudda''; ini dipergunakan sebagai ungkapan dari orang-orang tersebut.

    Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat sudda ini, yang dikenal sesuai dengan pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, dan bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dengan dhamma (apa yang seharusnya demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  25. Selanjutnya Vasettha pada suatu waktu, ketika terdapat beberapa orang khattiya memandang rendah cara hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata: "Aku ingin menjadi pertapa."

    Juga terdapat beberapa orang brahmana yang memandang rendah cara hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan bermah tangga dan menempuh kehidupan sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata: "Aku ingin menjadi pertapa."

    Juga, terdapat beberapa orang vessa yang memandang rendah cara hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata : "Aku ingin menjadi seorang pertapa."

    Juga, terdapat beberapa orang sudda yang memandang rendah hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menempuh hidup tak berumah tangga, dengan berkata : "Aku ingin menjadi seorang pertapa."

    Vasettha, dari empat kelompok masyarakat ini muncullah kelompol pertapa. Asal-usul mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, dan bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dengan Dhamma (apa yang seharusnya demikian), dan bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  26. Vasettha, orang khattiya yang menempuh kehidupan jahat dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), dan alam neraka (niraya).

    Juga, orang brahmana yang menempuh kehidupan jahat dalam perbutan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya).

    Juga, orang vessa yang menempuh kehidupan jahat dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya).

    Juga, orang sudda yang menempuh kehidupan salah dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya).
  27. Vasettha, orang khattiya yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia (suggati), alam surga (sagga).

    Juga, orang brahmana yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya. Setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.

    Juga, orang vessa yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.

    Juga, orang sudda yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.
  28. Vasettha, orang khattiya yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan campuran (vimissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

    Juga, seorang brahmana yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan campuran (vimissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

    Juga, seorang vessa yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan campuran (vimmissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

    Juga, seorang sudda yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari) baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan campuran; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.
  29. Vasettha, seorang khattiya yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna, maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda-noda batin (parinibbanena-parinibbati) dalam kehidupan sekarang ini.

    Juga, seorang brahmana yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda­noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini juga.

    Juga, seorang vessa yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda­noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini juga.

    Juga, seorang sudda yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda­-noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini juga.
  30. Vasettha, siapapun dari keempat kelompok masyarakat ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin (jinasavo), telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan (kata karaniyo), telah meletakkan beban (ohitabharo), telah mencapai kebebasan (anuppattasadattho), telah mematahkan ikatan kelahiran (parikakkhinabhavasannajano), telah terbebas karena memiliki pengetahuan (sammadannavimutto); maka dialah yang dinyatakan paling baik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma) dan tidak atas dasar yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.
  31. Vasettha, syair ini telah diucapkan oleh Sanam Kumara, salah seorang dari para dewa Brahma :

    "Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini,
    Yang mempertahankan garis keturunannya
    Tetapi ia yang sempurna pengetahuan serta tindak tanduknya
    Adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia."

    Vasettha, syair ini telah diucapkan dengan baik dan bukannya diucapkan dengan tidak baik oleh Brahma Sanam Kumara, kata-kata yang baik bukan kata-kata yang buruk; penuh arti dan bukan kosong dari arti. Vasettha begitu pula aku menyatakan :

    "Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini
    Yang mempertahankan garis keturunannya
    Tetapi ia yang sempurna pengetahuan serta tindak tanduknya
    Adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia."
Demikianlah sabda Sang Bhagava. Vasettha dan Bharadvaja merasa puas dan bersuka cita mendengar sabda Sang Bhagava itu.

delapan sebab gempa bumi

GEMPA BUMI Menurut Pandangan Buddhis

Agama Buddha sebenarnya sudah sangat lama mengetahui hal ini sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh Sang Buddha lebih dari 2.500 tahun yang lalu dan jawaban ini sangat cocok bagi ilmu pengetahuan. Dalam kitab Mahaparinibbana Sutta, Sang Buddha pada waktu itu kepada Ananda menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya gempa bumi. Waktu itu Ananda mendekati Sang Buddha lalu duduk pada tempat yang telah disediakan dan kemudian Ananda berkata kepada Sang Buddha : “Bhante, mengherankan dan sangat luar biasa, bumi bergetar begitu hebatnya dan sangat menakutkan. Apakah sebabnya dan alasannya sehingga bumi bergetar ? ”. Mohon kami diberikan penjelasan.

Kemudian Sang Buddha berkata : “Ananda, ada delapan alasan sampai terjadinya gempa bumi yang dashyar itu. Apakah delapan sebab itu ?

1. Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di angkasa. Apabila udara bertiup dengan dashyatnya maka zat cair ini menyebabkan bumi bergetar. Inilah sebab pertama timbulnya gempa bumi yang maha dashyat itu.
2. Demikian pula Ananda, apabila seorang pertapa atau brahmana yang memiliki kekuatan bathin yang maha besar, seseorang yang telah memperoleh kekuatan itu untuk mengendalikan pikiran, atau sesosok dewata yang maha kuasa, yang maha tahu mengembangkan pemusatan pikirannya, yang hebat pada unsur bumi ini, dan pada suatu tindakan yang tak terbatas pada unsur zat cair, ia juga dapat mengakibatkan bumi bergetar, goyah serta bergoyang. Inilah sebab yang kedua sampai timbulnya gempa bumi yang maha dashyat.
3. Ananda apabila Sang Boddhisatta turun dari alam Surga Tusita dan masuk melalui rahim(kandungan) seorang ibu dengan penuh kesadaran penuh dan pikiran terpusat.
4. Sang Boddhisatta keluar dari rahim ibunya dengan kesadaran dan pikiran terpusat.
5. Sang Tathagata memperoleh penerangan agung, penerangan agung, penerangan yang sempurna dan tiada bandingannya.
6. Sang Tathagata menggerakan roda Dhamma yang gilang gemilang.
7. Sang Tathagata mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
8. Apabila Sang Tathagata tiba saatnya parinibbana, dimana tiada tersisa suatu unsur keinginan, maka semuanya ini akan menyebabkan bumi yang besar ini bergetar, goyah, dan bergoncang. Inilah delapan sebab musabab bagi terjadinya gempa bumi.

Dari delapan sebab tersebut terjadinya gempa bumi tentu tidak dengan sendirinya, tanpa ada yang mengaturnya. Yang mengatur sebab-sebab bumi menurut Agama Buddha adalah hukum alam semesta yaitu Dhamma Niyama yang ada dan mutlak berlaku di 31 alam kehidupan. Untuk mengetahui cara kerja hukum Dhamma Niyama ini, disini akan diuraikan menjadi 5 yaitu :

1) Utu Niyama
Hukum universal tentang energi yang mengatur temperatur, cuaca, dan terbentuknya bumi, hancurnya bumi, tata surya, pertumbuhan manusia, binatang dan pohon, gempa bumi, gunung meletus, angin, hujan, halilintar, dan sebagainya.
2) Biji Niyama
Hukum universal yang barkaitan dengan tumbuh-tumbuhan yaitu bagaimana biji, stek, batang, pucuk daun dapat bertunas atau tumbuh, berkembang dan berbuah. Pertumbuhan tanaman dibantu oleh sinar matahari

3) Kamma Niyama
Hukum universal tentang kamma atau perbuatan. Maka dari itu, hukum ini dikenal dengan nama hukum perbuatan : Hukum Sebab Akibat dan Hukum Moral

4)Citta Niyama
Hukum universal tentang pikiran atau batin, pikiran manusia sangat luas dan beraneka ragam serta rumit sekali untuk diketahui dan dimengerti. Ada orang memiliki pikiran dan batin yang lemah, kuat, emosional, dan lain-lain. Bila pikiran dikembangkan, seseorang akan menjadi pintar, memiliki ingatan yang kuat, memiliki kesucian batin, hingga mencapai kesucian.

5) Dhamma Niyama
Hukum universal tentang segala sesuatu yang tidak dapat diatur oleh keempat Niyama tersebut. Contohnya ; gempa bumi, hujan panas dingin. Ini bukan terjadi karena Utu Niyama tetapi oleh Dhamma Niyama. Dengan kata lain, Dhamma Niyama mengatur hal-hal yang sangat istimewa, keajaiban yang luar biasa.


Dengan mengikuti cara kerja hukum Dhamma Niyama ini jelaslah bahwa sebab gempa bumi yang pertama diatur oleh Hukum Utu Niyama. Gempa bumi yang diakibatkan oleh sebab pertama, bila getarannya sangat kuat akan memporak-porandakan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. Tetapi bila gempa bumi yang diakibatkan oleh sebab kedua sampai dengan kedelapan meskipun getarannya begitu kuat dan sangat hebat serta bersama-sama petir yang sambar-menyambar tidak akan menimbulkan kerusakan maupun korban jiwa.

Ananda Vagga, Angutara Nikaya

Banyak Matahari, Bumi dan Adanya Manusia Lain di bumi yang lain

Adanya banyak matahari, bumi dan adanya manusia selain manusia di bumi kita ini. Hal ini disebutkan oleh Sang Buddha seperti yang terdapat dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya. Untuk jelasnya pernyataan tersebut, ikutilah uraian dibawah ini.

Pada suatu ketika, Bhikkhu Ananda pergi menemui Sang Bhagava. Ketika bertemu ia menghormat Sang Bhagava, lalu duduk disamping. Setelah duduk ia berkata kepada Sang Bhagava sebagai berikut : “Bhante, Saya sendiri mendengar dari Sang Bhagava, di depan Sang Bhagava saya menerima kata – kata ini.
“Ananda, Murid Buddha Sikki bernama Abhibhu berada dialam Brahma ( Brahma Loka ) dan ia dapat menyebabkan suaranya didengar sampai sejauh seribu tata surya yang lain. Bhante, berapa jauh seribu tata surya yang lain? Bhante, berapa jauh seorang arahat sammasambuddha dapat memperdengarkan suaranya?”

“Ananda, Abhibhu masih seorang murid, Suara Tathagata adalah tidak terukur jangkauannya.”
Untuk kedua kali dan sampai ketiga kalinya, Ananda menanyakan hal tersebut, Maka Sang Bhagava menjawab :
“Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu ( tata surya kecil ) ?”
“Sekarang saatnya Bhagava, sekarang saatnya Sugata, bagi Sang Buddha berkata. Para Bhikkhu akan memperhatikan dengan sungguh – sungguh apa yang Sang Bhagava sabdakan”
“Maka dengarkanlah Ananda, perhatikanlah, Saya akan bicara.”
“Ya, Bhante, jawab Ananda”
Kemudian Sang Bhagava bersabda :
“Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Didalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung sineru, seribu jambudipa, seribu Apara yojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana, empat ribu maha samudera, empat ribu maha raja, seribu Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yamma, seribu Tusita, seribu Nimmanarati,seribu Parinimmita vassavati, dan seribu alam Brahma. Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil  ( Sahasi culanika lokadhatu ). Ananda seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika lokadhatu, Ananda seribu kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakanTisahassi Mahasahassi lokadhatu. Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suaraNya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi itu lagi.”
“Bhante, bagaimana hal itu terjadi ?”
“Ananda, dalam hal ini Sang Tathagata diliputi cahaya Tisahassi Mahasahassi lokadhatu. Bila makhluk – makhluk di tata surya itu melihat cahaya ini, maka Sang Tathagata akan berkata – kata dan suaranya dapat didengar mereka. Demikianlah hal ini terjadi.”
Setelah mendengar hal ini, Bhikkhu Ananda berkata kepada Bhikkhu Udayi. “ Suatu keuntungan bagiku, pendapatan yang baik sekali bagiku karena guruku memiliki kekuatan dan kemampuan yang hebat sekali.

Lalu Bhikkhu Udayi berkata kepada Bhikkhu Ananda : “ Avuso, Ananda, apakah manfaatnya bagimu, walaupn gurumu memiliki kekuatan dan kemampuan yang hebat seperti itu ?”

Mendengar kata – kata ini, Sang Bhagava berkata kepada Bhikkhu Udayi. “ Janganlah berkata begitu Udayi, janganlah berkata begitu !” Andaikata Ananda meninggal tanpa mencapai kebebasan, tapi dengan keyakinan teguh ini ia akan tujuh kali menguasai para dewata, tujuh kali ia akan menjadi maharaja jambudipa ini, Tetapi Udayi, pada kehidupan ini Ananda akan mencapai parinibbana. ( Ananda Vagga, Angutara Nikaya 

ANANDA VAGGA,ANGUTTARA NIKAYA

ANANDA VAGGA,ANGUTTARA NIKAYA

Pada suatu ketika,Bhikku Ananda pergi menemui Sang Bhagava.Ketika
bertemu,Ia menghormat Sang Bhagava,lalu duduk disamping Sang Bhagava
:"Bhante,Saya sendiri mendengar Sang Bhagava pernah mengatakan bahwa
murid Buddha Sikkhi bernama Abbibhu berada didalam alam Brahma dan Ia
dapat menyebabkan suaraNya didengar sampai sejauh seribu tatasurya
yang lain.Bhante,berapa jauh seribu tatasurya yang lain?Bhante,berapa
jauh seorang Arahat sama-sama Buddha dapat mendengarkan suaraNya?Sang
Bhagava menjawab:"Ananda,Abbhibhu masih seorang Murid.Suara Tathagata
adalah tidak terukur jangkaunNya."Untuk kedua kali dan sampai ketiga
kalinya Bhikku Ananda menanyakan hal tersebut.Maka Sang Bhagava
menjawab:"Ananda,apakah Kamu pernah mendengar tentang Sahassra
Culanikalokadhatu(seribu tatasurya kecil yang terdiri atas seribu alam
dengan 4 benua pada tiap-tiap alam)?" Sang Bhikku Ananda dengan
semangat menjawab Sang Bhagava:"Sekarang saatnya,Bhagava!Sekarang
saatnya Sugata,bagi Sang Buddha berkata.Para Bhikku akan memperhatikan
dengan sungguh-sungguh apa yang Sang Bhagava akan sabdakan."Lalu Sang
Bhagava berkata:"Maka dengarkanlah Ananda.Perhatikanlah,Saya akan
bicara."Kemudian Sang Bhagava bersabda:"Ananda,sejauh
matahari-matahari dan bulan-bulan berputar,bersinar dan memancarkan
sinarnya ke angkasa,sejauh itu pula sistem seribu tata surya.Di dalam
seribu tatasurya terdapat seribu matahari,seribu bulan,seribu gunung
Simeru,seribu Jambudvipa,seribu Apara yojana,seribu Uttarakuru,seribu
Pubbavidehana,empat ribu maha samudera,empat ribu maha raja,seribu
Catumaharajika-bhumi,seribu Tavatimsa-bhumi,seribu Yama-Bhumi,seribu
Tusita-Bhumi,seribu Nimmanarati-Bhumi,seribu
Paranimmitavassavati-Bhumi,dan seribu Brahmaloka.Inilah Ananda,yang
dinamakan seribu tatasurya kecil.Seribu kali seribu tatasurya kecil
dinamakan Dvisahasra majjhimanika lokadhatu.Seribu kali Dvisahasra
majjhimanika lokadhatu dinamakan Trisuhassra Mahasahassra
lokadhatu.Bilamana Sang Tathagata mau,maka Ia dapat memperdengarkan
suaraNya sampai terdengar di Trisuhassra Mahasahassra Lokadhatu
ataupun melebihi itu lagi."Lalu Bhikku Ananda bertanya: "Bhante,bagaimana hal
itu terjadi?"Sang Buddha menjawab:"Ananda,dalam hal ini Sang Tathagata diliputi
cahaya Trisuhassra Mahasahassra Lokadhatu.Bila mahluk-mahluk di tatasurya itu
melihat cahaya ini,maka Sang Tathagata akan berkata-kata dan suaraNya dapat
didengar mereka.Demikianlah hal itu terjadi."Setelah mendengar Dharma ini,
Bhikku Ananda berkata kepada Bhikku Udayi:"Suatu keuntungan bagiKu.Pengetahuan
yang baiksekali bagiKu,karena GuruKu memiliki kekuatan dan kemampuan yang hebat
sekali."Lalu Bhikku Udayi berkata kepada Bhikku Ananda:"Avuso Ananda,apakah
manfaatnya bagiMu,walaupun GuruMu memiliki kekuatan dan kemampuan yang hebat
seperti itu? "Mendengar kata-kata itu,Sang Bhagava berkata kepada Bhikku
Udayi:"Janganlah berkata begitu Udayi!Andaikata Ananda moksha tanpa mencapai
kebebasan,tetapi dengan keyakinan teguh ini,Ia akan tujuh kali menguasai para
Dewata,tujuh kali Ia akan menjadi Maha Raja Jambudvipa ini.Akan tetapi
Udayi,pada kehidupan ini Ananda akan mencapai Parinibbhana".

Panca Niyama Dhamma

Lima Hukum Alam (Panca Niyama Dhamma)



Salah satu pandangan keliru mengenai hukum kamma adalah menganggap hukum kamma merupakan satu-satunya hukum yang mengatur kehidupan manusia dan menganggap hasilnya (vipaka) sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah sehingga seseorang hanya bisa pasrah menerima hasil dari kamma (kamma vipaka). Tetapi kenyataannya tidak demikian.
Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Digha Nikaya Atthakatha II-432 dijelaskan bahwaHukum Kamma sendiri hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini, dan masing-masing merupakan hukum sendiri.

1. Utu Niyama
Hukum alam “physical inorganic” misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.
2. Bija Niyama
Hukum alam tumbuh-tumbuhan dari benih dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu dan sebagainya.
3. Kamma Niyama
Hukum alam sebab akibat, misalnya : perbuatan yang bermaksud bermanfaat (baik/membahagiakan) dan yang bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik maupun buruk.
4. Dhamma Niyama
Hukum alam terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam pada waktu seseorang Bodhisatta hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha, seperti bumi bergetar.
Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam sejenis lainnya, sebab-sebab dari keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini.
5. Citta Niyama
Hukum alam mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan batin dan sebagainya.
Telepati, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.

Selasa, 08 November 2011

soal agama buddha kelas 10 smtr 1

  1. Seperangkat nilai-nilai dan norma-norma ajaran moral spiritual kerohanian yang berfungsi mendasari dan membimbing kehidupan manusia disebut….
a. Agama
b. Tata tertib
c. Kitab Suci
d. Keyakinan
e. Aturan

2.   Pada masa kehidupan Sang Buddha, ada seorang guru dari sekte agama Jaima 
      yang bernama Nighanta Nataputha mengutus siswanya yang bernama. . .
a. Assaji
b. Upali
c. Kondana
d. Tapussa
e. Ananda

  1. Upali memohon kepada Sang Buddha agar diterima menjadi murid dan penganut
      Buddha sebanyak …
            a. 1 kali
      b. 2 kali
      c. 3 kali
      d. 4 kali
      e. 5 kali

        4. “Siapapun yang memuji agamanya sendiri dan merendahkan agama lain, hanya
      akan merendahkan agamanya sendiri. …”
            Kalimat tersebut terdapat dalam prasasti . . .
            a. Prasasti Talang Tuo
            b. Prasasti Telaga Batu
            c. Prasasti Kota Kapur
            d. Prasasti Nalanda
            e. Prasasti Raja Asoka

5.   Kerajaan yang telah berhasil menyatukan nusantara dan membawanya ke masa  
      kejayaannya, karena adanya kerukunan hidup beragama adalah . . .
            a. Kerajaan Majapahit
b. Kerajaan Sriwijaya
c. Kerajaan Kutai
d. Kerajaan Taruma Negara
e. Kerajaan Kalingga

      6.  Tiga kerangka dasar dari agama Buddha adalah . . .
           a. Moha, dosa, lobha
           b. Panna, sila, samadhi
           c. Saddha, sila, bhakti
           d. Amoha, adosa, alobha
           e. Anicca, anatta, dukha

       7. Berikut ini yang tidak termasuk dalam Sad Saddha adalah . . .
           a. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
           b. Keyakinan terhadap Tri ratna
           c. Keyakinan terhadap Hukum Kesunyataan
           d. Keyakinan terhadap Roh-roh para leluhur
           e. Keyakinan terhadap Kitab Suci

        8. Calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan bertekad untuk menjadi Buddha
            disebut . . .
            a. Bhikkhu
            b. Samanera
            c. Dewa
            d. Arahat
            e. Boddhisattva

        9. Berikut ini yang bukan merupakan bagian dari Hukum Kesunyataan adalah . . .
            a. Hukum Kamma
            b. Hukum Asoka
            c. Hukum Tillakhana
            d  Hukum Punarbhava
            e. Hukum Empat Kesunyataan Mulia

      10. Hukum Tillakhana (Hukum tentang Tiga Corak Umum) terdiri dari :
            a. Moha, dosa, lobha
            b. Anicca, dukkha, anatta
            c. Amoha. Adosa, alobha
            d. Sila, panna, Samadhi
            e. Saddha, sila, bhakti

       11. Samma Vayama adalah salah satu dari Jalan Mulia Berunsur Delapan yang
             berarti . . .
             a. Daya Upaya Benar
             b. Mata Pencaharian Benar
             c. Konsentrasi Benar
             d. Perbuatan Benar
             e. Pandangan Benar

      12. Mata pencaharian benar dalam jalan mulia berunsur delapan, bahasa palinya
            adalah…..
            a. Samma Kamanta
            b. Samma Vayama
            c. Samma Sati
            d. Samma Ajiva
            e. Samma Samadhi

      13. Hukum sebab musabab yang saling bergantungan disebut ……
            a. Hukum Kamma
            b. Hukum Tillakhana
            c. Hukum Empat Kesunyataan Mulia
            d. Hukum Punarbhava
            e. Hukum Paticca Samuppada


      14. Keyakinan umat Buddha terhadap adanya Nibbana didasarkan pada khotbah
            Sang Buddha yang pertama yaitu . . .
            a. Dhamma Niyama Sutta
            b. Dhammapada
            c. Dhammacakkha pavatthana sutta
            d. Sutta Pitaka
            e.Anguttara Nikaya Sutta

      15. Kasi Bharadvaja pada saat itu menghanturkan sebuah mangkuk besar kepada
            Sang Buddha atas khotbah yang telah diberikan-Nya, yang di dalamnya berisi . . .
            a. Tepung dan Madu
            b. Sayur – sayuran
            c. Nasi dicampur susu
            d. Tepung dan susu
            e. Nasi putih

     16. Pangeran Asoka naik tahta kerajaan sebagai raja muda di . . .
           a. Thailand
           b. Savatthi
           c. India Barat
           d. Kosambi
           e. Desa Kapilavathu

     17. Kitab apa yang menyebutkan bahwa Raja Asoka juga mendukung pelaksanaan
           Sangha yang ke-3 di Pataliputta ?
           a. Kitab Mahavamsa
           b. Kitab Dhammapada
           c. Kitab Lalitavistara
           d. Kitab Sukhavatyamrta vyuha
           e. Kitab Abhidamma

      18. Seseorang yang dikenal sebagai orang yang berjasa karena telah membimbing 
            Raja Asoka ke dalam kehidupan Buddha Dhamma, adalah ….
            a. Kumarajiva
            b. Sang Buddha
            c. Kasi Bharadjava
            d. Bandhudatta
            e. Moggaliputta Tissa

      19. Tradisi Cina mengatakan bahwa orang yang merupakan guru pertama dari aliran
            Madhyamika adalah ….
            a. Sang Buddha
            b. Kasi Bharadjava
            c. Moggaliputta Tissa
            d. Kumarajiva
            e. Bandhudatta

       20. Kumarajiva wafat pada tahun ….
             a. 413 S.M                                               d. 416 S.M
             b. 414 S.M                                               e. 417 S.M
             c. 415 S.M

       21. Kumarajiva sudah dibawa ibunya ke Kashmir untuk belajar kitab-kitab dan 
             filsafat agama sejak berumur …..
             a. 9 tahun                                       c.10 tahun                                        e. 7 tahun
             b. 8 tahun                                      d. 11 tahun
       
        22. Bhikkhu Mahinda putra Raja Asoka dipercayakan dengan misi menuju ke …..
              a. Kosambi
              b. Ceylon
              c. Savatthi
              d. Mandhata
              e. Deccan

        23. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha dapat kita 
              temui dalam kitab ….
              a. Dhammapada Yamaka Vagga
              b. Vinaya Pitaka 11.33
              c. Metta Sutta
              d. Udana VIII;3
              e. Manggala Sutta

        24. Tuhan dalam agama Buddha adalah “Atthi Ajatam Abhutam akatam 
              Asankhatam”. Kata yang bergaris bawah berarti …..
              a. Tidak dilahirkan
              b. Tidak menjelma
              c. Tidak tercipta
              d. Yang Mutlak
              e. Yang berkesadaran

        25. Dalam Dhammasangani Atthakatha 562, Dhammaniyama diuraikan menjadi
              ilmu hukum yang terdiri dari ….. macam Niyama.
              a.5                           b.4                           c.3                          d.2                         e.1

        26. Hukum universal yang mengatur tentang energi, alam semesta, terbentuk dan
              hancurnya Bumi, disebut …..
              a. Dhamma Niyama
              b. Citta Niyama
              c. Kamma Niyama
              d. Bija Niyama
              e. Utu Niyama


         27. “Para bhikkhu. Apakah para Tahtagata muncul di dunia ini atau tidak, Dhamma
                tetap ada yaitu Dhammaniyama”. Pernyataan Sang Buddha tersebut terdapat
                dalam kitab ….
                a. Dhammapada Yamaka Vagga
                b. Vinaya Pitaka 11.33
                c. Udana VIII;3
                d. Manggala Sutta
                e. Dhammaniyama Sutta


         28. Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, terdapat percakapan antara Sang
               Buddha dengan seorang Bhikkhu yang bernama …..
               a. Ananda
               b. Subhada
               c. Upali
               d. Kumarajiva
               e. Moggaliputta Tissa

          29. Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, terdapat keterangan yang dinyatakan
                dengan “adanya seribu sineru …”. Yang dimaksud dengan sineru adalah
                gunung….
                a. Krakatau
                b. Himalaya
                c. Agung
                d. Wetar
                e. Kinabalu

          30. Sejak 9 tahun tinggal di Changan, Kumarajiva telah memimpin suatu lembaga
                penterjemahan yang mencakup lebih dari …… bhiksu.
                a. 70                     b. 80                   c.700                    d. 800                   e. 780

          31. Dhammaniyama terdiri dari kata ‘Dhamma’ dan’niyama’. Niyama berarti…..
                a. Ajaran
                b. Kesucian
                c. Ketentuan/Hukum
                d. Keyakinan
                e. Kesadaran

          32. Hukum universal tentang pikiran atau batin disebut …..
                a. Citta Niyama
                b. Dhamma Niyama
                c. Utu Niyama
                d. Bija Niyama
                e. Kamma Niyama

          33. Bija Niyama adalah hukum universal yang berkaitan dengan ….
                a. Alam Semesta
                b. Pikiran / batin
                c. Tumbuh-tumbuhan
                d. Ajaran Sang Buddha
                e. Karma

           34. Dhammaniyama yang menyebabkan gempa bumi dahsyat ketika Sang Buddha
                 Mahaparinibbana adalah…
                 a. Utu Niyama
                 b. Bija Niyama
                 c. Citta Niyama
                 d. Kamma Niyama
                 e. Dhamma Niyama

           35. Perbuatan dapat didefinisikan sebagai kamma bila suatu perbuatan dilakukan
                 karena adanya ….
a. Ketidak sengajaan
b. Niat
c. Moral
d. Rasa belas kasih
e. Keseimbangan batin

           36. Untuk mengembangkan rasa belas kasihan hendaknya kita melaksanakan …..
                 a. Karuna Bhavana
                 b. Metta Bhavana
                 c. Mudita Bhavana
                 d. Upekkha Bhavana
                 e. Maitri Bhavana

           37. Menurut Visudhi Magga, pada tingkat permulaan, kita hendaknya
                 menunjukkan cinta kasih kita kepada …..
                 a. Ibu dan ayah
                 b. Teman-teman
                 c. Kakak/Adik
                 d. Guru
                 e. Diri kita Sendiri

          38. Khotbah Sang Buddha tentang perasaan cinta kasih (Metta/Maitri) terkenal
                dengan nama …..
                a. Metta Sutta
                b. Karuna Sutta
                c. Mudita Sutta
                d. Upekkha Sutta
                e. Karaniya Metta Sutta

         39. Dengan memiliki Upekkha, berarti kita telah mencapai jhana yang ke….
               a. II
               b. III
               c. IV
               d  V
               e. I

         40. Dengan memiliki cinta kasih (Metta), kasih sayang (Karuna), simpati (Mudita),
               berarti kita telah mencapai jhana ke ….
a. II                                                        d. V
b. III                                                       e. I
c. IV

          41. “Surameraya-majja-pamadatthana veramani sikkhapdam samadiyami”
                Dalam paritta Pancasila, berarti…..
                a. Saya berjanji melatih diri untuk menghindari pembunuhan
                b. Saya berjanji melatih diri untuk menghindari makanan dan minuman yang
                    memabukkan
                c. Saya berjanji melatih diri untuk menghindari pencurian
                d. Saya berjanji melatih diri untuk menghindari berkata dusta
                e. Saya berjanji melatih diri untuk menghindari perbuatan hubungan kelamin
                    yang tidak benar

          42. Ketika bumi ini mulai terbentuk kembali, mahkluk-mahkluk yang meninggal di
                Abhassara, biasanya terlahir kembali di bumi sebagai …..
a. Hewan                                                                  d. Manusia
b. Tumbuhan                                                            e. Mahkluk raksasa
c. Mahkluk gaib

          43. Bhumipappatiko merupakan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari…..
                a. Tanah
                b. Air
                c. Udara
                d. Api
                e. Cahaya


          44. Brahma Vihara adalah suatu kediaman yang penuh dengan…..
                a. Kebahagiaan
                b. Kekotoran
                c. Kepuasan
                d. Kesengsaraan
                e. Keributan

           45. Berikut ini yang bukan merupakan pencurian yang dilakukan secara langsung
                 adalah….
                 a. Mencuri
                 b. Merampas
                 c. Menipu
                 d. Menukar barang
                 e. Menerima suap

          46. Siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran
                Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari disebut…..
                a. Bodhisattva
                b. Arahat
                c. Dewa
                d. Sangha
                e. Brahma

          47. Berikut ini empat kebahagiaan bagi yang mencari nafkah dengan benar
                menurut hukum Negara dan ajaran agama, kecuali…..
                a. Rasa bangga
                b. Bebas dari rasa takut
                c. Dapat menggunakan harta yang dimiliki dengan batin damai
                d. Dapat menjadi contoh bagi para koruptor
                e. Memperkuat kemampuan dalam menghindari perbuatan jahat

          48. Hukum Tertib Kosmis dalam agama Buddha dikenal dengan sebutan….
                a. Dhammapada
                b. Dhamma Niyama
                c. Dhammaniyama
                d  Kamma Niyama
                e. Dhammasanti

          49. Munafik merupakan salah satu perbuatan yang telah melanggar sila ke…
                a. I                      b. II                      c. III                      d. IV                       e.V

          50. Berikut ini yang merupakan contoh dari perbuatan yang melanggar sila ke II
                adalah….
                a. Berbohong, munafik, dan membual
                b. Menipu, memeras, dan merayu
                c. Menyiksa, memukul, dan membunuh
                d. Memperkosa, asusila, dan menipu
                e. Berbohong, menipu, dan membunuh








            Kunci jawaban
            1. A                       11. A                       21. A                   31.C                       41.B
            2. B                       12. D                       22. B                   32. A                      42.D
            3. C                       13. E                       23. D                   33. C                       43.A
            4. E                       14. C                       24. C                   34. E                       44.A
            5. A                       15. C                      25. A                   35. B                       45.E
            6. C                       16. C                      26. E                    36. A                       46.B
            7. D                       17. A                      27. E                    37. E                       47.D
            8. E                        18. E                      28. A                   38. E                       48.C
            9. B                        19. D                     29. B                    39. C                      49.D
           10. B                       20. A                     30. D                    40. B                      50.B