Senin, 03 Desember 2012

perbuatan benar



Perbuatan Benar
Willy Yandi Wijaya
Perbuatan Benar
Penulis : Wlly Yandi Wijaya
Editor : Seng Hansun
Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm
Kertas Sampul : Art Cartoon 210 gsm
Kertas Isi : HVS 70 gsm
Jumlah Halaman : 40 halaman
Jenis Font : Calibri, Segoe UI, Gaudy Sans
Rancang Grafis : Poise design
Diterbitkan oleh :
Vidyāsenā Production
Vihāra Vidyāloka
Jl. Kenari Gg. Tanjung I No. 231
Telp. 0274 542 919
Yogyakarta 55165
Cetakan Pertama, Mei 2011
UNTUK KALANGAN SENDIRI

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam
bentuk apapun tanpa seizin penerbit.
Kupersembahkan buku kecil ini untuk:
Ibu yang tanpa lelah
memberikan cahaya cinta tanpa batas
Ayah yang mendidik dan mendorong
kebijaksanaan
&
Semua makhluk hidup sebagai saudara-saudaraku
Semoga semuanya selalu berbahagia
&
hidup dalam kedamaian

Perbuatan Benar


Daftar Isi
Prawacana Penerbit vii
Kata Pengantar (dari penulis) ix
Pendahuluan 1
Etika Buddhis 3
Definisi Perbuatan Benar 7
Pentingnya Perbuatan Benar 7
Kaitan Antara Perbuatan Benar
dengan Unsur-unsur Lainnya 9
Sisi Pasif dan Aktif Perbuatan Benar 11
Menghindari Pembunuhan Makhluk Hidup 13
Mengembangkan Kepedulian dan Simpati 15
Menghindari Pengambilan Barang
yang Tidak Diberikan 17
Melatih Kejujuran dan Kemurahan Hati 19
Menghindari Perbuatan Seksual yang Salah 20
Melatih Kepuasan dan Kesetiaan 22
Menaati Aturan Moralitas (Sila) 23
Menghindari Mengonsumsi Zat
yang Melemahkan Kesadaran 25
Melatih Kewaspadaan dan Perhatian 26
Tindakan Total 27
Daftar Pustaka 29
vi Perbuatan Benar
Perbuatan Benar vii
Prawacana Penerbit
Untuk menyambut datangnya hari Tri Suci Waisak 2555
Tahun 2011, Insight Vidyasena Production kembali
menerbitkan buku yang berjudul “PERBUATAN BENAR”.
Ini adalah kelanjutan buku saku yang ke empat dari seri
Jalan Mulia Berunsur Delapan, yakni Perbuatan Benar.
Buku ini adalah kelanjutan dari buku saku sebelumnya
yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar serta Ucapan
Benar.
Penerbit berharap buku ini dapat membawa manfaat
bagi pembaca untuk mengenal lebih jauh apa yang
dimaksud dengan perbuatan benar. Sebagai salah satu
dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, perbuatan benar
merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan kita
pada tujuan akhir kita sebagai manusia, yaitu mencapai
pembebasan sejati. Dengan memahami perbuatan
benar, diharapkan setiap saat kita semua selalu berhati -
hati ketika berbuat dan menyadari akibat dari perbuatan
tersebut.
Penerbit memberikan apresiasi tinggi kepada penulis
yang telah menulis buku ini. Penerbit mengucapkan
terima kasih kepada Sdr. Willy Yandi Wijaya yang telah
menulis naskah ‘Perbuatan Benar’ ini dan kepada
Sdr. Seng Hansun yang telah bersedia menjadi editor
buku ini. Dengan diterbitkannya buku ini, Penerbit
mengharapkan semakin banyak munculnya penulispenulis
lokal, khususnya generasi muda sehingga
viiiPerbuatan Benar
memajukan perkembangan ajaran Buddha di Indonesia.
Terima kasih juga kepada para donatur karena tanpa
Anda buku ini tidak akan terbit. Terima kasih kepada
para pembaca karena tanpa Anda, buku ini hanya akan
menjadi sebuah buku yang tidak bermakna. Untuk
semakin memperluas cakrawala dan pandangan,
marilah kita semakin membiasakan diri untuk membaca
buku, khususnya buku Dhamma.
Selamat hari Tri Suci Waisak 2555 tahun 2011.
Semoga Anda semua selalu berbahagia.
Semoga semua mahluk hidup berbahagia.
Insight Vidyasena Production
Manajer Produksi Buku
Fengky
Perbuatan Benar ix
Kata Pengantar (dari penulis)
Dalam keseharian, kita tidak terlepas dari melakukan
suatu perbuatan. Dalam ajaran Buddha, perbuatan yang
dilakukan setiap saat merupakan cerminan seberapa
jauh tingkat spiritual seseorang. Semakin seseorang
dapat menyadari dan mengendalikan perbuatannya,
maka ia semakin dekat dengan nibbana atau kedamaian
sejati.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
banyaknya pihak yang mendorong dan menantikan buku
ini. Terima kasih kepada Insight Vidyasena Production
yang bersedia menerbitkan buku kecil ini, khususnya
kepada Sdri. Lisa Wen yang terus mendorong penulis
menyelesaikan buku ini. Juga ucapan terima kasih
mendalam kepada teman-teman yang telah mendukung
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sama seperti pada buku sebelumnya, penulis berusaha
mengumpulkan sumber dari Sutta Pitaka secara langsung
untuk ‘mendengar’ secara langsung ucapan-ucapan
Sang Buddha yang begitu bijak, indah dan mendalam.
Pada buku ini, Majjhima Nikaya disingkat MN, Samyutta
Nikaya disingkat SN, Digha Nikaya disingkat DN,
Anguttara Nikaya disingkat AN, Sutta Nipatta disingkat
Sn, dan Dhammapada disingkat Dhp.
Semoga setelah membaca buku kecil ini, kita semakin
menyadari bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan
berdampak terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Perbuatan Benar
Dengan demikian, marilah kita bersama-sama belajar
untuk mengendalikan setiap perbuatan yang akan kita
lakukan.
Akhir kata, penulis berharap masukan, kritikan, saran
ataupun komentar terhadap isi buku ini, sehingga dapat
membantu penulis dalam menyempurnakan buku-buku
selanjutnya. Komentar, saran maupun kritikan dapat
disampaikan melalui penerbit atau facebook http://
www.facebook.com/willy.yandi.w
Terima kasih.
Semoga Anda semua senantiasa berbahagia.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Salam,
Willy Yandi Wijaya
Perbuatan Benar
Pendahuluan
Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah salah satu
ajaran Buddha yang paling penting. Untuk mencapai
kebahagiaan sejati, kedamaian sesungguhnya atau
Nibbana, praktik Jalan Mulia Berunsur Delapan ini harus
disempurnakan. Tanpa melaksanakan ajaran ini atau
yang selaras dengan ajaran Jalan Mulia Berunsur Delapan
ini, kedamaian sesungguhnya tidak akan diperoleh.
Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah satu jalan dengan
delapan unsur atau faktor. Masing-masing unsur dalam
Jalan Mulia ini tidaklah berdiri sendiri. Semuanya saling
terkait dan terhubung bagaikan jaring laba-laba. Jalan
Mulia Berunsur Delapan terdiri dari tiga kelompok
utama, yaitu
Kelompok Kebijaksanaan (panna)
1. Pandangan Benar
2. Pikiran Benar
Kelompok Moralitas (sila)
3. Ucapan Benar
4. Perbuatan Benar
5. Penghidupan Benar
Kelompok Konsentrasi (samadhi)
6. Daya Upaya Benar
7. Perhatian/ Perenungan Benar
8. Konsentrasi Benar
Barangsiapa
meninggalkan
perbuatan jahat
yang pernah
dilakukan dengan
jalan berbuat
kebajikan, maka
ia akan menerangi
dunia ini bagaikan
bulan yang
bebas dari awan.
(Dhp.173)
Perbuatan Benar
Perbuatan Benar merupakan bagian dari Kelompok
Moralitas (sila) dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Dalam praktik ajaran ini, disiplin moral (sila) menempati
urusan yang paling dasar sekaligus penting sebagai
fondasi bagi latihan konsentrasi/ meditasi (samadhi).
Tanpa displin moral yang baik, kebijaksanaan tidak akan
tumbuh.
Pengertian sila sangat luas mencakup seperangkat aturan
moralitas, perbuatan yang sejalan dengan prinsip moral,
serta sebagai suatu tindakan luhur. Dalam pengertian
Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, sila memiliki makna
yang lebih tinggi yaitu suatu usaha mentalitas untuk
menjauhi tindakan atau ucapan buruk. Pelaksanaan sila
sebagai pedoman latihan, yaitu aturan moralitas seperti
pada Lima Aturan-moralitas (Pancasila Buddhis) sangat
berguna bagi pemurnian batin atau pengembangan
batin.
Perbuatan Benar
Etika Buddhis
Ulasan ajaran Buddha
mengenai Perbuatan Benar
jelas membicarakan suatu
etika. Etika pada beberapa
ajaran agama didasarkan
pada ketentuan yang telah
ditetapkan oleh suatu
makhluk. Lalu bagaimana
dengan standar etika
dalam ajaran Buddha?
Bagaimana kita tahu bahwa
sesuatu itu dikatakan baik
atau buruk? Apakah yang
menjadikan suatu perbuatan itu benar?
Menurut ajaran Buddha, suatu perbuatan itu dikatakan
baik atau buruk tergantung pada keadaan pikiran pelaku
saat perbuatan tersebut dilakukan. Jadi, kriteria dasar
etika Buddhis bukanlah teologis, melainkan psikologis.
Dalam tataran praktis, ada tiga azas untuk mengetahui
dan membatasi apa yang baik dan apa yang buruk.
Ketiga azas tersebut adalah:
1. Azas tujuan
2. Azas hasil akibat
3. Azas universalitas
“Janganlah meremehkan
kebajikan walaupun
kecil, dengan berkata:
“Perbuatan bajik tidak
akan membawa akibat.”
Bagaikan sebuah tempayan
akan terisi penuh oleh air
yang dijatuhkan setetes
demi setetes, demikian pula
orang bijaksana sedikit
demi sedikit memenuhi
dirinya dengan kebajikan.”
(Dhp.122)
Perbuatan Benar
Azas tujuan adalah mengetahui
suatu perbuatan baik atau
buruk berdasarkan pada tujuan.
Tujuan akhir Buddhis adalah
Nibbana, yaitu lenyapnya nafsu
(keserakahan, kemelekatan),
lenyapnya kebencian, dan
lenyapnya kebodohan
(ketidaktahuan, kekelirutahuan)
[Jambukhādakasayutta,
SN 38.1]. Berdasarkan hal ini,
maka apabila kita melakukan
suatu perbuatan yang dapat
melemahkan nafsu, kebencian
dan kebodohan, maka perbuatan
tersebut dikatakan baik, seperti berdana dan membantu
tetangga sekitar. Suatu perbuatan dikatakan netral
apabila tidak menambah serta tidak pula melemahkan
nafsu, kebencian dan kebodohan. Contoh perbuatan
netral adalah berjalan, berpikir mengenai asal muasal
alam semesta, dan tidur.
Azas hasil akibat adalah mengetahui suatu perbuatan
baik atau buruk berdasarkan hasil akibat suatu
perbuatan. Buddha mengatakan, “Bila suatu perbuatan
setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal
dan akibatnya membuat ratapan dan air mata, maka
perbuatan itu tidak baik. Bila suatu perbuatan setelah
“Apa Perbuatan
Benar itu?
Menghindari
pembunuhan,
menghindari
pengambilan apa
yang tidak diberikan,
menghindari
perbuatan seksual
yang salah.
Inilah Perbuatan
Benar itu.”
(Mahasatipatthana
Sutta, DN 22.21)
Perbuatan Benar
selesai dilakukan tidak membuat seseorang menyesal,
berakibat kegembiraan dan kepuasan, maka perbuatan
itu baik.” [Dhp. 67-68]
Azas universalitas adalah mengetahui suatu perbuatan
baik atau buruk berdasarkan penerimaan secara
umum, yaitu bahwa semua manusia menghindari dan
tidak ingin menderita dan semua orang mendambakan
kebahagiaan. Hal tersebut berarti kita bisa menyimpulkan
bahwa apa yang membuat saya menderita berarti orang
lain juga tidak ingin. Jadi, azas universalitas ini berarti
bahwa kita seharusnya tidak melakukan sesuatu yang
tidak kita inginkan orang lain lakukan kepada diri kita.
Azas-azas tersebut semuanya sebagai panduan kita
dalam menilai perbuatan kita sendiri, bukan menilai
atau menghakimi perbuatan orang lain. Pada dasarnya,
semua perbuatan baik bersumber dari kehendak atau
niat kita. Selama bersumber dari niat-niat negatif,
jelas perbuatan tersebut dikatakan perbuatan buruk,
sebaliknya juga demikian.
Perbuatan Benar
Definisi Perbuatan Benar
Perbuatan Benar (samma kammanta) terdiri dari dua
kata, yaitu perbuatan atau tindakan (kammanta) dan
benar/ sejati (samma). Makna perbuatan di sini sangat
jelas, yaitu melakukan sesuatu dengan badan jasmani.
Buddha mengatakan bahwa perbuatan benar adalah
perbuatan yang memenuhi kriteria berikut:
1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan barang yang tidak
diberikan
3. Menghindari perbuatan seksual yang salah
Hal tersebut berarti bahwa perbuatan seseorang
dikatakan benar, sejalan dengan Jalan Mulia Berunsur
Delapan, apabila kriteria tersebut telah terpenuhi.
Esensi di balik hal tersebut adalah, selama suatu
tindakan tidak didasari oleh keserakahan, kebencian
atau ketidaktahuan, maka dikatakan sebagai perbuatan
benar. Sebaliknya, apabila ada unsur keserakahan,
kebencian atau ketidaktahuan maka perbuatan tersebut
dikatakan salah.
Pentingnya Perbuatan Benar
Setiap hari, dimanapun, kita tidak terlepas dari
melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Perbuatan
kecil yang dilakukan tentu akan berakibat atau berefek
Perbuatan Benar
kepada orang-orang sekitar
kita.
Dalam pengalaman seharihari,
kita dapat merasakan
manfaat perbuatan benar
yang dilakukan. Begitu pula
kita bisa melihat akibat
perbuatan salah dalam
kehidupan nyata di sekitar
kita.
Mencuri misalnya, dapat
mengakibatkan dihakimi
massa, dipenjara, atau
dihantui ketakutan karena
melakukan perbuatan
yang salah. Begitu pula apabila seseorang melakukan
perzinahan, ketakutan dan kecemasan akan ketahuan
membuat hidupnya jauh dari ketenangan dan
kebahagiaan.
Jadi, jelas apabila perbuatan yang kita lakukan
merupakan perbuatan benar, tidak akan ada kecemasan,
ketakutan atau ketidaktenangan dalam menjalani hidup
ini. Apabila setiap manusia menjalankan hidup sesuai
dengan panduan Sang Buddha yaitu banyak melakukan
perbuatan benar, maka dunia ini tidak akan ada perang,
hidup manusia akan damai dan tentram.
Apabila seseorang berbuat
jahat, hendaklah ia tidak
mengulangi perbuatannya
itu, dan jangan merasa
senang dengan perbuatan
itu; sungguh menyakitkan
akibat dari memupuk
perbuatan jahat.
Apabila seseorang berbuat
bajik, hendaklah ia
mengulangi perbuatannya
itu dan bersuka cita dengan
perbuatan itu, sungguh
membahagiakan akibat
dari memupuk perbuatan
bajik. (Dhp.117-118)
Perbuatan Benar
Kaitan Antara Perbuatan Benar
dengan Unsur-unsur Lainnya
Unsur-unsur atau faktor-faktor
dalam Jalan Mulia Berunsur
Delapan saling berkaitan dan
berhubungan. Semuanya
merupakan satu kesatuan
yang disebut sebagai Jalan
Tengah. Semuanya merupakan
satu kesatuan karena ketika
dipraktikkan dalam kehidupan,
kedelapan unsur tersebut
muncul hampir bersamaan dan
saling terkait satu sama lain. Sebagai contoh ketika kita
mempunyai pikiran buruk terhadap seseorang, pasti
tindakan dan ucapan kita akan terpengaruh ketika
terjadi interaksi dengan orang tersebut.
Pandangan Benar sebagai dasar, membentuk cara kita
mengenali dan memahami suatu perbuatan dikatakan
benar atau salah. Buddha mengatakan, “Melihat
perbuatan salah sebagai perbuatan salah dan perbuatan
benar sebagai perbuatan benar. Inilah Pandangan Benar
seseorang.” (Mahacattarisaka Sutta, MN 117.22).
Maksud Buddha adalah bahwa dengan kebijaksanaan
Pandangan Benar, seseorang melihat suatu perbuatan
apakah betul-betul benar atau dibenar-benarkan.
Bergegaslah
berbuat kebajikan
dan kendalikan
pikiranmu dari
kejahatan; barang
siapa lamban
berbuat bajik,
maka pikirannya
akan senang dalam
kejahatan (Dhp.116)
Perbuatan Benar
Seringkali pikiran kita membenar-benarkan sesuatu
yang telah kita lakukan.
Sebagai contoh, seseorang yang mempunyai pandangan
bahwa ras/ sukunya yang paling tinggi atau suci.
Pandangan seperti itulah yang membuat Hitler dan
prajurit-prajuritnya dengan mudah membantai begitu
banyak manusia, karena mempunyai pandangan bahwa
perbuatan tersebut bukanlah perbuatan salah. Contoh
lainnya adalah ketika umat manusia mempunyai
pandangan bahwa segala apa yang ada di lingkungan
bumi ini adalah miliknya, maka terjadilah kehancuran
lingkungan akibat perbuatan manusia. Perbuatan
merusak alam dibenar-benarkan dengan alasan ekonomi
atau ribuan alasan lainnya. Inilah yang dikatakan oleh
Sang Buddha bahwa kita harus melihat perbuatan benar
sebagai “Perbuatan Benar” dan perbuatan salah sebagai
“Perbuatan Salah”, bukan membenar-benarkan.
Berkaitan dengan Daya Upaya Benar dan Perhatian
Benar (unsur ke-6 dan ke-7 dari Jalan Mulia Berunsur
Delapan), Buddha mengatakan bahwa, “Seseorang
melakukan usaha atau upaya untuk meninggalkan
Perbuatan Salah dan memasuki Perbuatan Benar, Inilah
Usaha Benar. Seseorang dengan waspada/ perhatian
meninggalkan Perbuatan Salah dan dengan penuh
perhatian atau waspada berdiam di dalam Perbuatan
Benar, inilah Perhatian Benar”. (Mahacattarisaka Sutta,
MN 117.27) Jadi, artinya adalah dengan pengembangan
10 Perbuatan Benar
Daya Upaya dan Perhatian Benar, Perbuatan Benar akan
muncul mengikutinya.
Jadi, ada tiga keadaan yang berputar dan melingkupi
sekeliling perbuatan benar, yaitu Pandangan Benar, Daya
Upaya (Usaha) Benar dan Perhatian (Kewaspadaan) Benar
(MN 117.27). Maknanya adalah bahwa suatu perbuatan
benar atau salah yang kita lakukan bergantung atau
dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Contohnya, jika
kita mempunyai pandangan salah mengenai perbuatan,
pasti tindakan yang kita lakukan merupakan perbuatan
salah. Begitu pula, tanpa kewaspadaan, seringkali
kita bertindak salah yang menjadi kebiasaan di dalam
pikiran kita. Upaya atau usaha yang kita lakukan akan
mengendalikan perbuatan kita dari tindakan-tindakan
salah.
Sisi Pasif dan Aktif
Perbuatan Benar
Praktik Perbuatan Benar dalam
ajaran Buddha meliputi dua hal, yaitu
pasif dan aktif. Dalam pengertian
pasif, suatu Perbuatan Benar
dilakukan dengan cara melatih diri
menghindari tindakan-tindakan yang
salah. Pengertian aktif adalah anjuran
untuk melakukan banyak perbuatan
Sungguh mudah
untuk melakukan
hal-hal yang
buruk dan tak
bermanfaat, tetapi
sungguh sulit
untuk melakukan
hal-hal yang baik
dan bermanfaat
bagi diri sendiri.
(Dhp.163)
Perbuatan Benar 11
bajik dalam kehidupan sehari-hari.
Alasan perbuatan benar secara aktif sangat dianjurkan
karena perbuatan baik yang dilakukan akan membuat
kita menjadi bahagia. Sebagai contoh, apabila kita
melihat orang lain mengalami kecelakaan, kemudian
kita membiarkannya, memang hal tersebut bukan
merupakan perbuatan salah, karena tidak ada tindakan
salah yang dilakukan. Namun, hal tersebut bisa
membuat kita merasa bersalah dan akan membuat kita
dicela karena telah begitu kejam membiarkan orang
kecelakaan dan diam saja. Ketika ada kondisi seperti
itu, segera bantu orang tersebut dan itulah bentuk
perbuatan benar. Ajaran Buddha mengajarkan bahwa
tindakan aktif merupakan wujud perbuatan benar dan
harus dikembangkan agar hati kita menjadi tenang dan
bahagia.
Sisi pasif Sisi aktif
Menghindari pembunuhan
makhluk hidup (termasuk
menyakiti)
Mengembangkan kepedulian
dan simpati
Menghindari pengambilan
barang yang tidak diberikan
Melatih kejujuran dan
kemurahan hati
Menghindari perbuatan
seksual yang salah
Melatih kepuasan dan
kesetiaan
12 Perbuatan Benar
Menghindari Pembunuhan
Makhluk Hidup
Pengertian ‘makhluk hidup’ dalam ajaran Buddha
sedikit berbeda dengan makhluk hidup dalam ilmu
Biologi. Dalam pengertian ajaran Buddha, ‘makhluk
hidup’ adalah makhluk yang mempunyai kesadaran.
Dengan kata lain, tumbuhan tidak termasuk ‘makhluk
hidup’ dalam pengertian ajaran Buddha. Tidak
semua jenis hewan dalam pengertian Biologi juga
dikategorikan sebagai ‘makhluk
hidup’ menurut perspektif Buddhis.
Batasannya adalah mempunyai
sistem syaraf atau tidak, sehingga
bakteri dan beberapa makhluk
hidup mikro menurut Biologi, bukan
dikategorikan ‘makhluk hidup’
dalam ajaran Buddha karena belum
terdapat kesadaran pada makhluk
tersebut. Secara gampang, makhluk
hidup menurut Biologi yang terlihat,
yang dapat berjalan atau bergerakdalam ajaran Buddha dikatakansebagai ‘makhluk hidup’.Salah satu wujud perbuatan benar adalah ‘menghindaripembunuhan makhluk hidup’ artinya jelas, yaituketika seseorang membunuh ‘makhluk hidup’ dalampengertian Buddhis, berarti orang tersebut telahSemua orangtakut akanhukuman; semuaorang takut akankematian. Setelahmembandingkanorang lain dengandiri sendiri,hendaknyaseseorang tidakmembunuh ataumengakibatkan pembunuhan. (Dhp.129)
Perbuatan Benar 13
melakukan perbuatan salah. Ketika ada sekumpulansemut yang sedang berjalan, kemudian secara sengajadibunuh dengan cara ditekan atau diinjak, itu merupakanperbuatan salah. Apabila seseorang merebus air danbanyak bakteri yang terbunuh, dalam pengertianBuddhis hal tersebut bukanlah perbuatan membunuhmakhluk hidup.
‘Membunuh’ di sini mempunyai tingkatan pengertiandari yang halus sampai yang paling kuat. Bentuk haluspengertian ini adalah ‘menyakiti’ suatu makhluk. Contohmenyakiti suatu makhluk adalah membuat takut suatuhewan dengan berbagai cara. Bagi sebagian orang, halini dianggap kesenangan atau keisengan belaka, namunsebenarnya hewan tersebut menderita atau takut.Misalnya ada kucing yang dikejar-kejar atau melemparbatu kepada anjing hanya untuk iseng.Bentuk ‘membunuh’ dalam tingkatan menengah adalahseperti membunuh nyamuk dengan tangan, sedangkan‘membunuh’ dalam tingkatan paling kuat, biasanyaada unsur penganiayaan suatu makhluk hidup. Apabilaada orang yang sebelum melakukan pembunuhan,ia menyiksa si korban dengan sadis, itulah bentuk‘membunuh’ yang paling kuat.Kita melatih diri menghindari pembunuhan makhlukhidup dari yang paling jelas, yaitu tingkat menengah.Cobalah kita mengurangi membunuh semut yang seringditemukan di sekitar kita.
14 Perbuatan Benar
Dalam ajaran Buddha, niat adalah yang palingmenentukan apakah perbuatan diri sendiri tergolongmembunuh atau bukan. Apabila tanpa sengaja banyakserangga yang terinjak, itu bukanlah kategori membunuhkarena tidak ada niat.Mengembangkan Kepeduliandan SimpatiSelain menghindari menyakiti dan membunuh makhluklain, kita perlu menumbuhkan kualitas bajik yaitukepedulian, simpati, dan perhatian kepada semuamakhluk hidup. Kepedulian kepada makhluk lain berartiada perhatian terhadap makhluk lain. Kepedulian inibersumber dari cinta kasih atau belas kasih.Bertolak belakang darimenyakiti dan membunuhmakhluk hidup, Sang Buddhamengajarkan bahwa seseorangseharusnya mengembangkankepedulian, pelayanan, merawat,memperhatikan makhluk hidup.Contoh terbaik kepedulian yangbersumber dari cinta dan kasihayang adalah guru kita, SangBuddha.Barangsiapamencarikebahagiaan bagidirinya sendiridengan tidakmenganiayamakhluk lain yangjuga mendambakankebahagiaan, makasetelah mati, iaakan memperolehkebahagiaan.
(Dhp.132)
Perbuatan Benar 15
Pada suatu ketika, seorang bhikkhu menderita sakitperut dan terbaring di atas tanah tempat ia terjatuh(karena lemah) dengan kotoran-kotoran melekatpada badannya. Sang Buddha dan Bhikkhu Anandayang sedang berkunjung ke tempat kediaman parabhikkhu, mendatangi tempat bhikkhu yang sakittersebut terbaring. Kemudian Sang Buddha bertanyakepadanya, “Bhikkhu, apa yang terjadi denganmu?”
“Saya menderita sakit perut, Bhante.”
“Tidak adakah orang yang merawatmu?”
“Tidak, Bhante.”
“Mengapa bhikkhu-bhikkhu lain tidak merawatmu?”“Karena saya tidak berguna bagi mereka, Bhante.”Kemudian Sang Buddha berkata kepada BhikkhuAnanda, “Pergi dan ambillah air. Kita akanmembersihkan tubuh bhikkhu ini”Maka Bhikkhu Ananda mengambil air dan SangBuddha menyiramkannya ke tubuh bhikkhu yangsakit tersebut. Keduanya, Sang Buddha dan BhikkhuAnanda merawat bhikkhu tersebut bersama-sama.Sang Buddha menasihati murid-muridnya untuksaling merawat, dan di akhir Beliau berkata:“Ia yang ingin merawat Aku (Tathagata),sesungguhnya sama saja dengan merawat si sakit.”[Vinaya IV hal. 301, melalui buku Buddhavacanano.115]
16 Perbuatan BenarDalam sehari-hari wujud nyata yang dilakukan umatBuddha adalah melepas makhluk hidup ke alam. Kitadapat mencontoh Sang Buddha dalam memberikanperhatian, kepedulian, melayani dan merawat orangorangdi sekitar kita. Perhatikan mereka. Inilah wujudaktif Perbuatan Benar, melakukan kebajikan secaranyata.
Menghindari PengambilanBarang yang Tidak DiberikanPengertian ini secara mudah dapat dikatakan sebagaimencuri. Cakupannya adalah mengambil barang yangmilik orang lain atau milik umum (fasilitas umum). Dalamhal ini barang di alam di sekitar kita yang belum dinyatakansebagai milik orang atau Negara, seperti mengambilbatu bukanlah dikategorikan mencuri, meskipun barangtersbut tidak diberikan. Menemukan kucing liar danmerawatnya juga tidak dikategorikan mengambil barangyang tidak diberikan, namun apabilamenangkap hewan yang dilindungiNegara, jelas merupakan tindakanpencurian.
Faktor yang menentukan mencuriatau tidak, lagi-lagi adalah niat.Segala perbuatan yang dilakukanapabila tidak ada niat maka bukanlahHarumnyakebajikan adalahjauh melebihiharumnya kayucendana, bungatagara, terataiataupun melatihutan. (Dhp.55)
Perbuatan Benar 17perbuatan salah. Pengertian pengambilan barang yangtidak diberikan mencakup antara lain: merampok/mencuri, memalsukan barang, korupsi, mengingkarijanji, menyelundupkan barang secara ilegal, membantumenyimpan atau memasarkan hasil curian, menerima
suap. Menggunakan fasilitas umum atau bersamasecara sewenang-wenang juga dapat dianggap tindakan‘mencuri’, seperti mobil perusahaan atau Negaradigunakan untuk kepentingan pribadi .Seperti pada perbuatan membunuh, perbuatan mencurijuga ada tingkatannya dari yang halus sampai denganyang kuat/ berat. Merampok digolongkan dalamtingkatan yang berat, dan korupsi merupakan tingkatanyang paling berat. Tingkatan yang menengah adalahmenggunakan fasilitas bersama secara berlebihan dantingkatan yang halus adalah tidak mengembalikanbarang yang dipinjam yang terkadang sudah dilupakanpemiliknya. Cara menentukan tingkatan ini adalahberdasarkan efek terhadap orang lain maupun dirisendiri. Apabila semakin banyak membuat orangmenderita, maka pencurian yang dilakukan makin beratdalam tingkatannya, semisal korupsi.
18 Perbuatan BenarMelatih Kejujuran dan KemurahanHati
Setiap orang boleh mempunyai harta atau barang-barangsebagai milik pribadi. Ketika kita mengalami kehilanganbarang tentu rasanya menyakitkan atau sedih. Denganmenyadari hal tersebut hendaknya kita secara sadarberusaha untuk tidak mengambil yang bukan miliksendiri. Dalam hal ini, kejujuran sangat diperlukan.Kejujuran berarti kita jujur padadiri sendiri dan orang lain. Sesuatuyang bukan milik sendiri janganlahdinyatakan sebagai hak milik apabilasampai diambil. Jujurlah pada dirisendiri bahwa banyak barang yangdiinginkan erkadang hanya untukmemuaskan nafsu keinginan saja,bukan benar-benar dibutuhkan.Tidak berhenti hanya pada kejujuran,Sang Buddha mengajarkan kita agarbermurah hati. Bertolak belakangsecara langsung dengan mengambilbarang, Sang Buddha menganjurkan kita untuk memberiatau bermurah hati dengan berdana.Perbuatan dana adalah perbuatan yang bersumber darikemurahan hati dan merupakan ajaran Buddha yangsangat penting. Memberi dengan dana bisa berupaSebaiknya seseorangtidak melakukanperbuatan jahat,karena di kemudianhari perbuatanitu akan menyiksadirinya sendiri.Lebih baik seseorangmelakukan perbuatanbaik, karena setelahmelakukannya iatidak akan menyesal.(Dhp.314)Perbuatan Benar 19barang maupun tidak berwujud. Contohnya menyisihkanwaktu menjenguk teman yang sakit, menyumbang untukpanti asuhan, melakukan donor darah, meminjamkanbarang kepada orang lain serta menyempatkan waktumembersihkan lingkungan sekitar rumah.Menghindari Perbuatan Seksualyang Salah
Makna perbuatan seksual yangsalah mencakup perkosaan,perzinahan dan pasangan yangdilarang. Perkosaan merupakantingkatan yang paling beratdalam perbuatan salah ini karenamemaksakan kegiatan seksualkepada orang lain yang tidakingin melakukannya. Perzinahanyang dilakukan seseorang dapatmembuat hubungan antar suamiistri rusak dan berdampak kepadakeluarga, merupakan perbuatanseksual salah yang cukup berat.Menurut Sang Buddha, pasangan yang dilarang adalahpasangan yang masih di bawah lindungan ayah, ibu,atau keluarganya. Dengan kata lain yang dimaksudadalah anak di bawah umur. Perbuatan ini jika dilakukanOrang yang lengahdan berzinah akanmenerima empatganjaran, yaitu:pertama, ia akanmenerima akibatburuk; kedua, iatidak dapat tidurdengan tenang;ketiga, namanyatercela; dankeempat, ia akanmasuk ke alamneraka. (Dhp.309)
20 Perbuatan Benarmengakibatkan kerugian bagi anak di bawah umur
tersebut dan keluarganya.Bagi pria ada tiga jenis wanita yang dapat dianggapdilarang, yaitu:
1. Wanita yang telah menikah. Maknanya jugaberupa wanita tersebut telah dianggap sah secaraumum sebagai pasangan orang lain, seperti telahbertunangan. Untuk janda atau wanita yang telahbercerai tidaklah dilarang, kecuali jika ada alasanalasanlain.
2. Wanita yang dilindungi oleh ayah, ibu, keluarganya,atau walinya. Aturan ini menghindari orangmelakukan kawin lari atau kawin diam-diam.3. Wanita yang dilarang secara adat. Dalam kategoriini, tercakup para bhikkhuni, wanita yang menjalanihidup selibat (tidak menikah), keluarga dekat danyang menurut hukum setempat dilarang.Bagi wanita, ada dua jenis pria yang dapat dianggap
terlarang, yaitu:
1. Pria yang sudah menikah. Selain suaminya sendiri,seorang wanita dianggap melakukan perbuatanseksual yang salah apabila ia melanggar janjikesetiaan pasangan. Pengecualian untuk seorangduda atau pria yang bercerai.2. Pria yang dilarang secara adat, termasuk parabhikkhu, para pria yang menjalani hidup selibat
Perbuatan Benar 21
(tidak menikah), keluarga dekat dan yang menuruthukum setempat dilarang.
Melatih Kepuasan dan KesetiaanPuas dengan pasangan sendiri dan bersikap setiaterhadap pasangan merupakan ciri kehidupan rumahtangga atau pasangan yang harmonis. Perluasan darihal ini mencakup kesetiaan akan komitmen terhadappacar atau tunangan sendiri. Bila sudah sepakat untukmemulai suatu hubungan, hendaknya hal janji tersebutditaati.
Poligami yang diketahui oleh semua pihak baik istrimaupun suami, tidaklah dilarang dalam ajaran Buddha,namun tidaklah dianjurkan. Sebaiknya dihindari karenarisiko, kecemburuan, pembagian harta warisan danmasalah lainnya akan banyak muncul belakangan.Cobalah untuk melatih kepuasan dan setia terhadapsatu pasangan hidup.
Dalam suatu rumah tangga, rasa cukup atau kepuasantidak berarti hanya hubungan seksual. Cobalah menerimasegala hal yang ada dalam pasangan kita. Variasi seksualyang bermacam-macam jenisnya tidaklah dilarang dalamajaran Buddha, selama hal tersebut dilakukan denganpasangan sah dan suka sama suka. Walaupun demikian,janganlah terlalu terlena oleh kegiatan seksual danerbawa oleh nafsu seksual yang berlebih-lebihan.
22 Perbuatan Benar
Dalam beberapa kondisi, pasangan yang sedang tidakingin berhubungan seksual, seharusnya dihormati.Pemaksaan untuk melakukan kegiatan seksual akanmeruntuhkan jalinan kesetiaan yang telah dibangun.Komunikasi merupakan kunci keharmonisan dalamrumah tangga dan dalam suatu hubungan.Menaati Aturan Moralitas (Sila)Pembahasan mengenai perbuatan tentu saja sangatberkaitan dengan aturan moralitas (sila). Ketikaseseorang berusaha menaati aturan moralitas Buddhis,seperti Lima Aturan-Moralitasbagi umat awam, dengan katalain perbuatan tersebut adalahperbuatan benar.
Lima Aturan-Moralitas adalah:
1. Menghindari pembunuhanmakhluk hidup
2. Menghindari pengambilanbarang yang tidak diberikan
3. Menghindari perbuatanseksual yang salah
4. Menghindari ucapan tidak
benarBarangsiapamembunuh makhlukhidup, sukaberbicara tidakbenar, mengambilapa yang tidakdiberikan, merusakkesetiaan istri oranglain. Atau menyerahpada minuman yangmemabukkan; makadi dunia ini orangseperti itu seakan menggali kubur bagi dirinya sendiri.  Dhp.246-247)
Perbuatan Benar 23
5. Menghindari mengonsumsi zat yang melemahkan
kesadaran Dalam pembahasan Ucapan Benar (silahkan merujuk pada buku Ucapan Benar oleh Penulis yang sama) dan Perbuatan Benar sebelumnya, telah mewakili pembahasan mengenai aturan moralitas (sila) itusendiri, pengecualian sila ke-5 yang akan dibahas jugakarena mendukung Perbuatan dan Ucapan Benar.Walaupun Ucapan Benar dan Perbuatan Benar jauhlebih luas dari sekedar menaati aturan moralitas (sila),dalam tahap praktik nyata, aturan moralitas memegangkunci pelatihan menuju penyempurnaan Ucapan Benardan Perbuatan Benar. Dengan melatih, menaati danmenjaga aturan moralitas (sila) kehidupan masyarakatakan bahagia.Ucapan Benar dan Perbuatan Benar diarahkan ke dalambatin untuk memurnikan batin. Untuk mendorong haltersebut terjadi, aturan moralitas (sila) memegangperanan sebagai rambu-rambu, sehingga tidak hanyademi tatanan masyarakat yang harmonis namun jugasebagai dasar dari pemurnian batin. Inilah letak pentingmengapa aturan moral atau sila otomatis diperlukan.Pembahasan mengenai lima aturan moralitas ataulima sila telah dibahas sebelumnya kecuali poin ke-5yaitu menghindari mengonsumsi zat yang melemahkankesadaran. Walaupun dalam definisi perbuatan benartidak dikatakan secara eksplisit bahwa menghindari4 Perbuatan Benar konsumsi sesuatu yang dapat melemahkan kesadaran,namun dengan analisa dan pemahaman akan dampaktindakan ini, maka perbuatan benar mencakup juga halini atau hal-hal lainnya.Pemahaman lebih lanjut terhadap esensi dari PerbuatanBenar adalah kriteria ini ditentukan dengan melihatdampak terhadap masyarakat dan diri sendiri apakahbaik atau buruk.Menghindari Mengonsumsi Zatyang Melemahkan KesadaranMakna dari mengonsumsi zat yang melemahkankesadaran mencakup mabuk-mabukan, menggunakannarkotika dan obat-obat terlarang, atau sejenisnya.Akibat dari lemahnya kesadaran adalah kesulitan dalammengontrol diri, sehingga dapat berdampak buruk bagidiri dan orang lain.Sebagian orang menggunakan alasan bahwa denganmengonsumsi sedikit saja minuman keras tidaklahmasalah. Walaupun minuman keras dapat diterima dalambatas tertentu oleh tubuh, namun sebaiknya dihindarisama sekali, terutama minuman keras yang berdaya kuatdan memabukkan. Banyak kasus ketika mabuk, aturanmoralitas (sila) dilanggar karena melakukannya saatkesadaran lemah, seperti perkelahian atau hubunganseksual yang salah.Perbuatan Benar 25Barang-barang seperti narkoba jelas dilarang. Narkobadapat menyebabkan kesadaran seseorang menjadi lemahdan lebih parahnya adalah kecanduan. Ketergantunganterhadap narkoba dapat menghancurkan si penggunadan juga orang-orang disekitarnya.Mengetahui akan efek rokok yang dapat berbahaya bagikesehatan dan menyebabkan ketergantungan, maka kitasebaiknya sama sekali tidak menggunakan barang ini.Akibat dari mengonsumsi minuman keras atau narkobaadalah:
1. Kehilangan pengendalian diri
2. Merusak kesehatan
3. Mencemarkan nama baik keluarga
4. Memboroskan kekayaanMengetahui akan akibat buruk dari minuman keras dan
narkoba, maka Buddhis yang bijak akan menghindarinyasama sekali.Melatih Kewaspadaan danPerhatianBertolak dari menghindari mengonsumsi sesuatuyang dapat melemahkan kesadaran, Sang Buddhamenganjurkan kita melatih kesadaran dan perhatiankita. Dalam hal ini terdapat dua unsur yang terlibat,yaitu jasmani dan batin.26 Perbuatan BenarAspek jasmani berarti menjaga kesehatan. Kesehatantubuh yang prima mendorong kewaspadaan danperhatian yang bagus. Dari pengalaman tentu kitamenyadari bahwa ketika sakit, sangat sulit untukmenjaga kesadaran tetap baik.Aspek batin berarti melatih diri dengan pikiran ataukesadaran agar tetap waspada dan penuh perhatian.Cara yang dapat dilakukan adalah dengan melatihkesadaran melalui meditasi atau perenungan.Kedua aspek tersebut, yaitu jasmani dan batin salingmendukung dan tidak boleh diremehkan salah satunya.Dari pengalaman ketika meditasi, kondisi tubuh yang tidakbaik atau dalam keadaan lelah dan ngantuk, membuatkita sulit berkonsentrasi. Begitu pula sebaliknya apabilapikiran banyak masalah, jika dibiarkan terus-menerusdapat merusak kesehatan seseorang. Tindakan Total Perbuatan Benar adalah suatu perbuatan atau tindakan total, artinya seseorang melakukan suatu tindakan atau perbuatan secara utuh, secara total, tidak setengahsetengah. Sebagai contoh, ketika melakukan sesuatu, tapi kita tidak benar-benar memberikan energi, Orang yang penuhsemangat, selalu sadar, murni dalamperbuatan, memilikipengendalian diri,hidup sesuai denganDhamma dan selaluwaspada, makakebahagiaannya akanbertambah. (Dhp.24)Perbuatan Benar 27perhatian, dan semangat kita sepenuhnya. Ketika sedang
bekerja, mungkin untuk beberapa saat perhatian fokus,namun kemudian pikiran kita teralihkan untuk cepatcepatmenyelesaikan pekerjaan atau ada hal-hal yanglain yang terpikir dan mengalihkan perhatian kita.
Tindakan total ini juga mencakup kesadaran akan setiapperbuatan yang dilakukan, akan akibat-akibatnya,
menyadari akan manfaat-manfaat atau alasan-alasandi balik tindakan tersebut. Di sisi lain, tindakan total
mencakup kebijaksanaan, cinta, kasih, usaha, minat,antusias yang menyatu dalam perbuatan kita seharihari.
Memang hanya seorang Buddha yang betul-betul secarasempurna bertindak total; namun setidak-tidaknya
dalam melakukan suatu perbuatan, mari kita curahkandengan penuh energi semangat dan perhatian.

Daftar Pustaka
Kitab SuciCintiawati, Wena, dkk (Penerjemah Inggris-Indonesia).2007. Majjhima Nikaya 6, Kitab Suci Agama Buddha.Klaten: Vihara Bodhivamsa Wisma Dhammaguna.Cintiawati, Wena, dkk (Penerjemah Inggris-Indonesia).2010. Samyutta Nikaya 8, Kitab Suci Agama Buddha.Widya, R. Surya (Penerjemah). 2002. Kitab SuciDhammapada. Jakarta: Penerbit YayasanDhammadipa Arama.Buku Ajaran Buddha Bodhi, Bhikkhu. 2006. Jalan Kebahagiaan Sejati. Jakarta:Karaniya.Bodhi, Bhikkhu. 2008. Aku berlindung Aku Bertekad.Palembang: Penerbit Serlingpa Dharmakirti.Chia, Vajiro (Richard). 2004. Panduan Kursus DasarAjaran Buddha. Yogyakarta: Vidyasena ProductionDhammika, Shravasti. 2006. Buddhavacana, RenunganHarian dan Kitab Suci Agama Buddha, edisi revisi.Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya.Dhammika, Ven. S. 2004. Dasar Pandangan AgamaBuddha. Surabaya: Yayasan Dhammadipa Arama.Sangharakshita, Ven. 2004. Jalan Mulia BerunsurDelapan. Jakarta: Karaniya.Surya, Ronald Satya. 2009. 5 Aturan-Moralitas Buddhis,Pengertian, Penjelasan, dan Penerapan. Yogyakarta:Insight Vidyasena Production.Vajirananavarorasa, H.R.H. the late Supreme PatriarchPrince. Pancasila dan Pancadhamma dalam AgamaBuddha. Jakarta: Sangha Theravada Indonesia.Wijaya, Willy Yandi. 2008. Pandangan Benar. Yogyakarta:Insight Vidyasena Production.Wijaya, Willy Yandi. 2009. Pikiran Benar. Yogyakarta:Insight Vidyasena Production.Wijaya, Willy Yandi. 2010. Ucapan Benar. Yogyakarta:Insight Vidyasena Production.Situs“Right Action: samma kammanto”, edited by John T.Bullitt. Access to Insight, 26 May 2010,
 http://www.accesstoinsight.org/ptf/dhamma/sacca/sacca4/ samma-kammanto/index.html.

Jumat, 30 November 2012

demam berdarah


Demam Berdarah

waspada_demam_berdarahDBD adalah penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Gejala-gejala awal adalah panas tinggi, sakit pada kepala, daerah sekitar mata, tulang belakang, sendi dan otot, diare, kemerahan di kulit, depresi, dan gejala lebih lanjut adalah muntah-muntah, sakit di daerah perut (2-4 hari kemudian), mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik di kulit, pendarahan spontan, muntah darah.
Kriteria klinis DBD
  1. Demam atau adanya riwayat demam akut
  2. Manifestasi pendarahan
  3. Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3
  4. Kebocoran plasma akibat peningkatan permaebilitas pembuluh darah (peningkatan hematokrit 20% di atas normal)
Jenis-jenis virus Dengue
Virus Dengue ini termasuk golongan Flavi virus, sampai saat ini terdeteksi adanya 4 jenis (serotipe) yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis tidak menimbulkan kekebalan terhadap jenis lain, hanya menimbulkan kekebalan untuk jenis yang bersangkutan, malahan jika seseorang pernah terinfeksi oleh salah satu jenis virus Dengue dan terinfeksi oleh jenis virus lainnya dapat menyebabkan reaksi yang lebih berat.
Tingkatan DBD
  1. Derajat 1, demam dan gejala konstitusional yang non spesifik, tes torniket (karet bendung) positif
  2. Derajat 2, derajat 1 + pendarahan spontan
  3. Derajat 3, kegagalan sirkulasi
  4. Derajat 4, shok berat (denyut nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur).
Penularan
Melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah.
Pencegahan
Lebih diarahkan pembasmian nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi perantara, dengan cara:
  1. Pendekatan kimiawi : Abatasi (membunuh jentik)
  2. Pendekatan biologi : predator ikan kecil
  3. Pendekatan lingkungan : program 3M yaitu : menguras bak mandi, menutup wadah/tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk, mengubur barang bekas yang bisa menampung air
Pengobatan
  1. Pemberian obat penurun panas seperti Parasetamol
  2. Pemberian cairan seperti oralit, jus buah atau infus
  3. Transfusi darah segar atau trombosit
  4. Oksigen tambahan
  5. Pemantauan tekanan darah, urine yang terbuang, hematokrit, trombosit dan tingkat kesadaran
Pertolongan pada penderita DBD
  1. Berikan cairan sebanyak-banyaknya, berupa air teh, air putih, jus buah atau sayur
  2. Kompres dengan air es atau berikan obat penurun panas
  3. Cepat bawa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit terdekat
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
  1. Berukuran kecil
  2. Berwarna hitam dengan galur-galur putih
  3. Terbang siang atau sore hari
  4. Menyukai tempat bersih dan gelap
  5. Meletakkan telurnya di genangan air jernih dan tidak langsung kontak dengan tanah.
*Artikel ini pernah dimasukan ke buletin Media Promabi
Related posts: