Rabu, 17 September 2014

link terkait








Posting lain yang mungkin perlu Anda baca juga :
  1. Daftar CD MP3 Ceramah Dhamma Bhikkhu Uttamo
  2. Sukses dalam Dhamma bag. 1
  3. Sukses dalam Dhamma bag. 2
  4. Ananda Penjaga Dhamma
  5. Bahagia dan Sukses Dalam Kebersamaan

Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
22
neraka, di alam binatang, di alam set
an; atau sekurang
-
kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi
oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)
"
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi jelas tidak akan pernah dapat dibendung oleh siapapun juga. Orangtua
sebaiknya selain mengawasi perkemb
angan anak
-
anaknya, hendaknya juga dapat memberikan pendidikan
sebagai pedoman yang jelas agar mereka memiliki kemantapan dalam menapaki kehidupan ini.
Pendidikan seks perlu diberikan kepada para remaja sejak usia dini agar mereka dapat mengerti manfaat
da
n akibat dari penyalahgunaan organ seks mereka. Namun dari semua nasehat, remaja hendaknya diberi
bekal moral agar dapat mandiri menghadapi dampak negatif gelombang pergaulan. Hal ini disebabkan
kerena orangtua jelas tidak mampu mengawasi anaknya setiap sa
at. Anak suatu ketika harus dibiarkan
mandiri. Bekal moral itu berupa petunjuk Sang Buddha yang terdapat dalam
Anguttara Nikaya I, 51:
1.
Hiri: Rasa malu berbuat jahat
2.
Ottappa: Rasa takut akibat perbuatan jahat
Dengan tumbuhnya rasa malu dan takut me
lakukan perbuatan yang salah, anak akan selalu berusaha
menghindari perbuatan keliru di mana pun ia berada. Pancasila Buddhis akan dapat dilaksanakan dengan
baik di depan orangtua maupun apabila anak jauh dari orangtua. Sesungguhnya Sang Buddha telah
bersa
bda dalam
Khuddaka Nikaya, Jataka, 1048
bahwa tanpa pegetahuan dan tanpa belajar peraturan
Vinaya, manusia niscaya akan menempuh kehidupan seperti kerbau buta di tengah rimba.
SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA.
5.
5.
KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA
KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA
"Oleh diri
sendiri kejahatan dilakukan,
oleh diri sendiri pula seseorang ternoda.
Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan,
oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri;
tak seorang pun yang dapat mensucikan ora
ng lain.
(Dhammapada XII, 9) "
PENDAHULUAN
Masa kanak
-
kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua tidak lebih hanyalah merupakan
suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap
-
tahap pertumbuhan yang harus dilalui
oleh seor
ang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri
-
ciri tersendiri. Masing
-
masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai
masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja serin
g menimbulkan kekuatiran bagi
para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi remaja,
masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
23
hendaknya berkenan menerima remaja se
bagaimana adanya. Jangan terlalu membesar
-
besarkan
perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah
membangkitkan semangat dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peral
ihan dari kanak
-
kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa
remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak
lagi dapat dikatakan sebagai kanak
-
kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk da
pat dikatakan
dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui
metoda coba
-
coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyen
angkan bagi lingkungannya, orangtuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena
mereka semua memang sama
-
sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan
-
kesalahan yang
menimbulkan kekesalan lingkungan
inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
PEMBAHASAN
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu peradilan
untuk anak
-
anak nakal atau juvenile court pada tahun 1899 di Cook County, Illinois, Amer
ika Serikat.
Pada waktu itu, peradilan tersebut berfungsi sebagai pengganti orangtua si anak
-
in loco parentis
-
yang
memutuskan perkara untuk kepentingan si anak dan masyarakat. Dalam pandangan umum, kenakalan
anak dibawah umur 13 tahun masih dianggap wa
jar, sedangkan kenakalan anak di atas usia 18 tahun
dianggap merupakan salah satu bentuk kejahatan.
Dalam makalah ini hanya akan dibahas kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dalam usia 13 s.d.
18 tahun.
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan
oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah :
1. PENGARUH KAWAN SEPERMAINAN
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin
banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman
-
temannya. Apalag
i mereka dapat memiliki teman
dari kalangan terbatas, misalnya anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah
setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh
kawan bermain ini bukan hanya
membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya.
Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu
tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, perg
aulan
itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai
gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal
ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak a
kan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi,
maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang dlsb.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar. Oleh karena itu dalam
Manggala Sutta
, Sang Buddha
bersabda:
Tak be
rgaul dengan orang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, itulah
Berkah Utama.
Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus
dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang
kayu cendana
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
24
dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan
sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika
remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para rem
aja hendaknya berhati
-
hati dan bijaksana dalam
memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan
-
kawan yang tidak
benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan
masalah bagi oran
gtuanya.
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain remaja diarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan
mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si re
maja. Pemberian tanggung jawab ini
hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada
-
ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu,
sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
mengurangi waktu anak 'kluyuran' tid
ak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan
kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu
memecahkan masalah sehari
-
hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada
mereka tentang batasan teman yang baik. Dalam
Digha Nikaya III, 188,
Sang Buddha memberikan
petunjuk tentang kriteria teman baik yaitu mereka yang:
1.
Memberikan perlindungan apabila kita kurang hati
-
hati
2.
Menjaga barang
-
barang dan harta kita apabila kita l
engah
3.
Memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya
4.
Tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan
5.
Membantu sanak keluarga kita
Sebaliknya, dalam
Digha Nikaya III, 182
diterangkan pula kriteria teman yang
tidak baik. Mereka
adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi:
1.
Penjudi
2.
Orang yang tidak bermoral
3.
Pemabuk
4.
Penipu
5.
Pelanggar hukum
2. PENDIDIKAN
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak
seperti
yang telah diterangkan oleh Sang Buddha dalam
Digha Nikaya III, 188.
Agar anak dapat memperoleh
pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang
agama pengelola sekolah. Hal ini penting unt
uk menjaga agar pendidikan agama Buddha yang telah
diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang
benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian
tenta
ng alasan orangtua memilih agama Buddha serta alasan seorang anak harus mengikuti agama
orangtua, Agama Buddha.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan
memilih perguruan tinggi. Orangtua hen
daknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si
anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
25
semata
-
mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang
mema
ksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan
keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, memang
ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya te
rsebut, tetapi tidak sedikit pula yang
kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali.
Mereka malahan pergi bersama dengan kawan
-
kawannya, bersenang
-
senang tanpa mengenal waktu
bahkan mungkin kemudian
mereka menjadi salah satu pengguna obat
-
obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobby tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak
memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobby si anak. Tetapi b
ila
anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobbynya, maka berilah pengertian kepadanya
bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobby adalah kegiatan
sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah s
elesai dikerjakan.
3. PENGGUNAAN WAKTU LUANG
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha
menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa
kegiatan ini ter
lalu banyak, remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan
masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan
dapat terganggu. Sering
perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga
tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang
diharapkan dapat berasal dari oran
gtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya
sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat
membanggakan, misalnya ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras,
obat bius
dsb.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan
teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, apabila seseorang tidak mengikuti gaya
hidup anggota kelompoknya maka ia akan di
jauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas
tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan
-
kawannya.
Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang b
erdasarkan cinta kasih bahwa
sikap iseng negatif itu akan merugikan diri sendiri dan juga orangtua maupun lingkungannya. Dalam
memberikan pengarahan orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka akan tetapi jangan
terlalu ikut campur dengan urusan re
maja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam
'refreshing' atas kejenuhannya dengan urusan tugas
-
tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi,
orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut
memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari
-
hari. Orangtua
hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja. O
rangtua hendaknya juga memperhatikan
perkembangan batinnya. Remaja selain membutuhkan materi, sebenarnya mereka juga membutuhkan
perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan
kegiatan keluarga sekaligus se
bagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
26
seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa pembacaan Paritta bersama di cetiya dalam
rumah ataupun melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya
scrabble,
monop
oli dlsb.
Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati, misalnya dengan makan
malam bersama, atau duduk santai di ruang keluarga. Pada hari Minggu, seluruh anggota keluarga dapat
diajak kebaktian di vihara setempat. Men
gikuti kebaktian, selain memperbaiki pola pikir agar lebih positif
sesuai dengan Buddha Dhamma juga dapat menjadi sarana rekreasi. Hal ini dapat terjadi karena di vihara,
kita dapat berjumpa dengan banyak teman dan juga dapat berdiskusi Dhamma dengan para
bhikkhu
maupun pandita yang dijumpai. Selain itu, di hari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama
-
sama
pergi berenang, ke taman ria, mal dlsb.
4. UANG SAKU
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapa
t
diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang.
Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak
diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uan
g dengan selalu menggunakan prinsip hidup
'Jalan tengah' seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung
bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk mengharg
ai uang yang didapat dengan
kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku
diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak
bijaksana akan dapat
menimbulkan masalah:
1.
Anak menjadi boros
2.
Anak tidak menghargai uang
3.
Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang
5. PRILAKU SEKSUAL
Pada masa ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para rem
aja dengan
bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat
-
tempat umum, para
remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal
istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi m
ereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang
membanggakan. Oleh karena itu, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan
pacar. Sedangkan, pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan
pengertian p
acaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena
hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan
kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan se
ring tidak seperti harapan kita,
sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan
kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan t
erhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua
hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak,
semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak
ketakutan
dengan orangtua dan kemudian mereka pacaran dengan sembunyi
-
sembunyi. Apabila usia
makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
27
dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakuka
n sesungguhnya kurang
bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya,
orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan
bijaksana. Jangan hanya d
engan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik
-
baiknya. Bila tidak
berhasil, gunakanlah fihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya
komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahaba
t anak. Orangtua
hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik
-
baiknya sehingga anak tidak
merasa takut menyampaikan masalahnya dengan orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis dimasa kini, orangtua hen
daknya
memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar dan bijaksana kepada para remaja.
Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari
adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya membe
rikan teladan dalam menekankan bimbingan
serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah
memberikan pedoman untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para remaja.
Mereka hendaknya dididik selalu in
gat dan melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau
lima latihan kemoralan ini adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran
kesusilaan, kebohongan dan mabuk
-
mabukan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja
akan
lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas
tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian,
mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaks
anakan perbuatan yang harus
dilakukan.
KIAT POKOK MENGATASI KENAKALAN REMAJA
Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah. Mereka sudah tidak
mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak
-
anaknya pe
rgi. Padahal,
kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya dapat
memberikan inti pendidikan kepada para remaja. Inti pendidikan adalah sebuah pedoman dasar pergaulan
yang singkat, padat dan mudah diingat serta mudah
dilaksanakan. Pedoman ini telah diberikan oleh Sang
Buddha dalam Kitab Suci Tripitaka,
Anguttara Nikaya I, 51.
Dengan memberikan inti pendidikan ini, kemana saja anak pergi ia akan selalu ingat pesan orangtua dan
dapat menjaga dirinya sendiri. Anak menja
di mandiri dan dapat dipercaya, karena dirinya sendirinyalah
yang akan mengendalikan dirinya sendiri. Selama seseorang masih memerlukan fihak lain untuk
mengendalikan dirinya sendiri, selama itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendal
i
tidak berada di dekatnya.
Inti pendidikan ini terdiri dari dua hal yaitu :
HIRI = MALU BERBUAT JAHAT
Beteng penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan
Hiri
atau rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar
atau jahat.
Dalam memberikan pendidikan, orangtua hendaknya dengan tegas dapat menunjukkan kepada anak
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
28
perbedaan dan akibat perbuatan baik dan tidak baik. Perbuatan benar dan tidak benar. Kejelasan orangtua
menerangkan hal ini akan dapat menghilangkan ker
aguan anak dalam mengambil keputusan. Keputusan
untuk memilih kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Penjelasan akan hal ini sebaiknya diberikan sejak
dini, semakin awal semakin baik.
Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan. Berikanlah ke
sempatan anak agar dapat
meniru prilaku kebajikan orangtuanya. Ajarkan dan didiklah mereka untuk tidak melakukan pembunuhan,
pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan dan mabuk
-
mabukan. Pergunakanlah acara
-
acara di
televisi sebagai alat pengajaran. Tun
jukkan kepada mereka bahwa kejahatan tidak akan pernah menang.
Kejahatan akan musnah pada akhirnya. Sebaliknya, walaupun kebaikan kadang menderita di awalnya
akhirnya akan memperoleh kebahagiaan juga.
Apabila anak sudah dapat dengan jelas membedakan
kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya
adalah menumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan. Kondisikanlah pikiran anak punya rasa
malu, merasa tidak pantas melakukan pelanggaran peraturan kemoralan baik yang diberikan oleh Sang
Buddha maupun oleh mas
yarakat lingkungan. Mengkondisikan munculnya rasa malu dapat menggunakan
cara seperti ketika orangtua mengenalkan pakaian kepada anak
-
anaknya. Orangtua selalu berusaha
memberikan pakaian yang layak untuk anak
-
anaknya. Namun, apabila suatu saat anak mengena
kan
pakaian dengan tidak pantas atau mungkin tersingkap sedikit, orangtua segera membenahinya dan
mengatakan, menegaskan bahwa hal itu memalukan. Sikap itu masih berkenaan dengan masalah pakaian
fisik. Pakaian batin pun juga demikian. Orangtua bila mengeta
hui bahwa anaknya melakukan suatu
perbuatan yang tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Kemudian berikanlah saran
agar dia tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Bila perbuatan itu masih diulang, berilah sanksi. Berilah
hukuman yang mendid
ik bila perbuatan itu tetap diulang. Usahakan dengan berbagai cara agar anak tidak
lagi mengulang perbuatan yang tidak baik itu.
OTTAPPA = TAKUT AKIBAT PERBUATAN JAHAT
Apabila anak bertambah besar, orangtua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan t
ertentu tidak
pantas, memalukan untuk dilakukan oleh anaknya, maka orangtua dapat meningkatkannya dengan
memberikan uraian tentang akibat perbuatan buruk yang dilakukan anaknya. Akibat buruk terutama
adalah yang diterima oleh si anak sendiri, kemudian tera
ngkan pula dampak negatif yang akan diterima
pula oleh orangtua, keluarganya serta lingkungannya. Orangtua dapat memberikan perumpamaan bahwa
bila diri sendiri tidak ingin dicubit, maka janganlah mencubit orang lain. Artinya, apabila kita tidak
senang terh
adap suatu perbuatan tertentu, sebenarnya hampir semua orang pun bahkan semua mahluk
cenderung tidak suka pula dengan hal itu. Rata
-
rata semua mahluk, dalam hal ini, manusia memiliki
perasaan serupa. Penjelasan seperti ini akan membangkitkan kesadaran anak
bahwa perbuatan buruk yang
tidak ingin dialaminya akan menimbulkan perasaan yang sama bagi orang lain. Dan apalagi bila telah tiba
waktunya nanti, karma buruk berbuah, penderitaan akan mengikuti si pelaku kejahatan.
Menumbuhkembangkan perasaan malu
dan takut melakukan perbuatan yang tidak baik ataupun
berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan menjadi pengawas setia dalam diri setiap orang, khususnya
para remaja. Selama dua puluh empat jam sehari, pengawas ini akan melaksanakan tugasnya. Kemanapun
a
nak pergi, ia akan selalu dapat mengingat dan melaksanakan kedua hal sederhana ini. Ia akan selalu
dapat menempatkan dirinya sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu
membahagiakan dirinya sendiri, orangtua dan juga lingkungannya. Orangtua s
udah tidak akan merasa
kuatir lagi menghadapi anak
-
anaknya yang beranjak remaja. Orangtua tidak akan ragu lagi menyongsong
era globalisasi. Orangtua merasa mantap dengan persiapan mental yang telah diberikan kepada anak
-
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
29
anaknya. Oleh karena itu, pendidikan
anak di masa kecil yang sedemikian rumit tampaknya, akan dapat
dinikmati hasilnya di hari tua.
Sesungguhnya memang diri sendiri itulah pelindung bagi diri sendiri. Suka dan duka yang kita alami
adalah hasil perbuatan kita sendiri. Sebab, oleh diri
sendiri kejahatan dilakukan; oleh diri sendiri pula
kejahatan dapat dihindarkan. Oleh karena itu, dengan memberikan pengertian yang baik tentang inti
pendidikan tersebut kepada anak
-
anak, diharapkan anak akan dapat membawa diri dan menjaga dirinya
sendiri
agar dapat tercapai kebahagiaan. Kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Kebahagiaan bagi
orangtuanya. Kebahagiaan bagi lingkungannya.
SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA.
6.
6.
KIAT MENINGKATKAN SEMANGAT HIDUP
KIAT MENINGKATKAN SEMANGAT HIDUP
"Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi diri se
ndiri,
karena siapa pula yang akan menjadi pelindung bagi dirinya?
Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik,
ia akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari.
(Dhammapada XII, 4) "
PENDAHULUAN
Kehidupan yang selalu
berubah serta penuh dengan perbedaan antara keadaan seseorang dengan orang
yang lain, seringlah menimbulkan kejengkelan, kecemburuan dan putus asa. Apalagi dengan adanya krisis
moneter yang berkepanjangan. Dampak negatif krisis itu semakin terasa di mana
-
m
ana. Banyak
perusahaan mem
-
PHK karyawannya. Kenaikan harga barang
-
barang kebutuhan pokok yang hampir tidak
terjangkau oleh masyarakat. Kerusuhan massal terjadi di mana
-
mana sehingga menakutkan warga
masyarakat, serta masih banyak lagi penderitaan yang dial
ami oleh para anggota masyarakat. Namun,
sebaliknya, krisis moneter ini juga dapat menimbulkan kebahagiaan bagi sebagian orang. Para eksportir,
misalnya, akan lebih banyak memetik keuntungan daripada importir. Demikian pula dengan orang yang
bergelut dalam
jual beli dollar, tentunya dengan lonjakan nilai tukar dollar akan memperoleh peningkatan
keuntungan pula.
Akhirnya, timbullah perbedaan tajam dalam masyarakat. Ada kelompok yang menderita dan ada
kelompok yang teruntungkan dengan keadaan ini. Melihat ke
nyataan ini, apabila kita di fihak yang
menderita, akan timbullah penyesalan, kenapakah orang lain lebih bahagia daripada kita, padahal mereka
tingkah lakunya tidak lebih baik daripada kita sendiri. Kita yang telah berusaha berbuat baik, penderitaan
malah
sering mengikuti seperti bayangan kita sendiri. Apakah ada kesalahan kita?
Mengapa pula di dunia ini selain adanya perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin, terdapat pula
perbedaan antara orang sehat dengan sakit
-
sakitan, umur panjang dengan umur pe
ndek, cantik
-
jelek,
pandai
-
bodoh dan masih panjang lagi daftar dualisme ini bila semua dituliskan. Perasaan kita kadang
lebih hancur lagi apabila ingat penderitaan kita seakan lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan orang
lain. Kita kecewa. Kita kemu
dian bertanya dalam hati, apakah kesalahan kita? Apakah benar ini cobaan
hidup? Siapakah yang mencoba? Kita terus berusaha mencari 'kambing hitam' atas kesulitan yang dialami.
Namun, Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk menyalahkan fihak lain atas ke
sulitan kita. Semua
penderitaan dan masalah kehidupan pasti ada penyebabnya. Setiap orang memiliki penyebabnya masing
-
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
30
masing. Oleh karena itu, sungguh tidak tepat bila dalam diri kita masih juga muncul kejengkelan, iri hati
terhadap kebahagiaan orang lain,
bahkan amat keliru kalau kita sampai putus asa, patah semangat hidup
dalam menghadapi perubahan yang terus terjadi dalam kehidupan kita. Buddha Dhamma telah sempurna
dibabarkan oleh Sang Buddha. Buddha Dhamma memberikan jalan untuk memperoleh kebahagiaan.
Buddha Dhamma juga menguraikan cara untuk mempertahankan kebahagiaan yang kita alami.
SETIAP MAHLUK MEMILIKI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Sang Buddha sejak hampir tiga ribu tahun yang lalu telah mengerti dan menyadari bahwa kehidupan
ini memang selalu
berisikan perbedaan, saling bertolak belakang. Perbedaan dalam dunia ini malah sering
diibaratkan sebagai saudara kembar. Artinya, kita tidak mungkin hanya menerima satu sisi dan menolak
sisi yang lainnya. Kita hanya mau menerima sisi kebahagiaan saja dan
menolak sisi yang berisikan
penderitaan. Tidak bisa. Tidak mungkin. Kita pasti menerima keduanya.
Mengalami kedua kenyataan hidup yang silih berganti ini sering membuat pikiran kita menjadi tidak
seimbang. Kadang pikiran merasa senang, tetapi tidak jarang
pikiran menjadi sedih. Sungguh sulit untuk
bertahan pada pikiran yang penuh kebahagiaan. Permasalahannya sekarang, adakah sistem yang dapat
mempertahankan pikiran agar selalu berbahagia walaupun kita harus menerima kenyataan bagaimanapun
juga? Ada. Buddha
Dhamma yang telah dibabarkan sempurna oleh Sang Guru Agung Buddha Gotama
mampu memberikan jalan kebebasan menuju kebahagiaan sejati.
Bila diamati, kondisi bahwa segala sesuatu selalu berubah ini adalah merupakan hakekat kehidupan.
Perubahan itu send
iri adalah netral, tidak menyedihkan maupun menggembirakan. Munculnya perasaan
suka maupun duka dalam menghadapi perubahan itu adalah hasil pikiran kita sendiri. Kita tidak mungkin
mampu mengubah dunia. Tidak mungkin kita mengubah kenyataan. Hal yang mampu
kita lakukan adalah
mengubah cara berpikir kita sendiri. Siap menerima kenyataan sebagai kenyataan, bukan seperti yang kita
harapkan menjadi kenyataan. Cara berpikir yang salahlah yang membuat kita menderita. Cara berpikir
yang salah ini karena kita terla
lu mengharapkan kenyataan dapat berubah sesuai dengan keinginan kita.
Makin besar keinginan untuk mengubah kenyataan, makin besar pula penderitaan dan kekecewaan yang
akan dirasakan. Kita ingin selalu berkumpul dengan segala sesuatu yang dicinta. Sebalikny
a, kita selalu
berusaha menolak untuk bertemu dengan apapun yang kita benci. Kenyataannya, kita pasti akan berpisah
dengan segala yang dicinta dan bertemu dengan hal
-
hal yang dibenci. Karena itu, kita hendaknya
mengubah cara berpikir agar mampu menerima ke
hidupan ini sebagaimana adanya.
Dalam pergaulan dengan sesama manusia, sering muncul benturan dan ketidakselarasan. Masalah ini juga
timbul karena harapan tidak selalu sesuai dengan keinginan. Untuk mengatasi masalah ini kita hendaknya
mengembangkan pola
pikir bahwa semua orang selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita memiliki
kekurangan, tetapi juga pasti ada kelebihannya; sebaliknya orang lain di samping kelebihannya, dia pasti
mempunyai kekurangan pula. Kita semua sama. Punya kelebihan dan kekuran
gan masing
-
masing. Ada
orang yang memiliki kelebihan di bidang penampilan fisik tetapi mungkin memiliki kekurangan dalam
bidang kecerdasan. Orang lain yang memiliki kekurangan dalam kecerdasan, mungkin ia adalah orang
yang sukses dalam berniaga. Serta masi
h banyak contoh lainnya. Dengan memiliki cara berpikir seperti
ini membuat kita dapat lebih menerima perbedaan
-
perbedaan itu. Dalam kehidupan ini, sesungguhnya
orang hanya saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya. Apabila ia melihat orang lain
memiliki sesuatu yang ia sendiri belum memiliki maka ia katakan orang itu berbahagia. Kenyataannya,
kebahagiaan relatif sifatnya. Kebahagiaan adalah urusan pribadi, tidak dapat diukur oleh orang lain.
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
31
KARMA BURUK DILAWAN KARMA BAIK
Apabila kita suda
h mengerti adanya kekurangan dan kelebihan pada setiap mahluk, maka kita
hendaknya mulai merenungkan penyebab perbedaan ini muncul. Perbedaan ini muncul karena adanya
Hukum Karma atau hukum perbuatan. Dalam
Samyutta Nikaya I,227
telah disebutkan bahwa sesu
ai
dengan benih yang ditanam demikian pula buah yang akan kita petik, pembuat kebajikan akan
memperoleh kebahagiaan, sebaliknya pembuat kejahatan akan mendapatkan penderitaan. Jadi, orang yang
memiliki penampilan menarik, salah satunya, adalah karena buah
kebajikannya dari kehidupan
lampaunya, sedangkan apabila seseorang mempunyai cacad tubuh, salah satunya, adalah buah karma
buruknya di masa lampau pula.
Membahas masa lampau memang sulit. Dibahaspun tidak akan menyelesaikan masalah, malah mungkin
menimbulk
an masalah baru. Debat kusir. Oleh karena itu, sekarang yang paling penting adalah bagaimana
menyelesaikan masalah atau kesulitan yang timbul dalam kehidupan kita saat ini, tanpa harus mencari
'kambing hitam'. Karena kesulitan dan permasalahan adalah bagia
n dari buah karma buruk kita, maka
untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan menambah karma baik. Penambahan karma baik dapat
dilakukan melalui perbuatan badan, ucapan dan juga pikiran. Semakin banyak karma baik kita lakukan,
semakin besar kondisi kita un
tuk mencapai kebahagiaan. Ibarat pada segelas air dimasukkan satu sendok
garam, lalu diaduk, terasa sangat asin. Untuk mengurangi rasa asin itu, kita dapat menambah air sedikit
demi sedikit. Apabila air sudah sebanyak lima atau sepuluh gelas maka satu send
ok garam yang ada di
dalam air itu sudah tidak terasa lagi asinnya. Demikian pula dengan hukum perbuatan, garam diibaratkan
sebagai perbuatan buruk kita; air adalah perbuatan baik kita. Jika seseorang mengalami kesulitan hidup,
hal ini disebabkan karena ju
mlah garam atau karma buruknya cukup banyak sehingga ia harus terus
menambah air kebajikan sekaligus menghentikan kejahatannya. Sebaliknya, orang yang telah berbahagia
dalam kehidupan ini diibaratkan seperti orang yang memiliki air dalam jumlah banyak deng
an sedikit
garam. Asinnya hampir tidak terasa. Meskipun demikian, hendaknya ia tidak dengan seenaknya saja
menyia
-
nyiakan kebahagiaan dan kesempatan dalam hidupnya dengan melakukan karma buruk, atau
digambarkan seperti menambah jumlah garam ke dalam air. S
ebab, meskipun memiliki air kebajikan
dalam jumlah yang banyak, apabila terus ditambah dengan garam kejahatan, lambat laun
perbandingannya pun semakin kecil dan buah kejahatan akan menimbulkan penderitaan padanya.
CARA MENCAPAI KEBAHAGIAAN
Dalam Bud
dha Dhamma, terdapat tiga perbuatan baik yang dapat digunakan untuk memperbaiki
tingkat kehidupan kita. Ketiga perbuatan itu adalah
kerelaan
(dana)
,
kemoralan
(sila)
dan
konsentrasi
(samadhi).
Ketiga Ajaran Sang Buddha ini dapat diibaratkan sebagai air dal
am contoh air dan garam di
atas. Oleh karena itu, jika ketiganya dilaksanakan terus dalam kehidupan akan membuat kehidupan kita
lebih baik dan bahagia. Sedangkan, apabila penderitaan dan kegagalan sedang dihadapi, dengan
melaksanakan ketiga hal ini dapatla
h mengurangi kesulitan tersebut. Bahkan, kebahagiaan bukan hanya
dapat dialami dalam kehidupan ini saja, kebahagiaan dapat pula dinikmati dalam kehidupan yang akan
datang yaitu mempunyai kesempatan terlahir di salah satu dari dua puluh enam alam surga
Agar lebih jelas, maka ketiga perbuatan itu akan diuraikan satu persatu:
Kerelaan
(dana)
adalah awal kebajikan. Kerelaan pada mulanya dilatih dengan hal
-
hal yang bersifat
materi. Apabila seseorang telah terbiasa, maka ia dapat meningkatkan latihannya de
ngan kerelaan yang
tidak berbentuk materi. Kerelaan berbentuk materi, misalnya memberikan empat kebutuhan pokok kepada
mereka yang membutuhkan. Kerelaan yang bukan berbentuk materi, misalnya mau memperhatikan
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
3
2
kesulitan orang lain, bersedia memaafkan orang
lain, ataupun mau menyadari segala kelebihan dan
kekurangan orang lain. Pokok pemikiran latihan kerelaan ini adalah agar seseorang dapat memiliki pola
pikir:
Semoga semua mahluk berbahagia.
Sebab, dengan pemikiran awal ini saja, kebencian, iri hati
maupun
kecemburuan akibat perbedaan dalam kehidupan akan dapat dilenyapkan. Kita bahkan ikut
berbahagia atas kebahagiaan mahluk lain. Kita bersimpati dengan kebahagiaan orang lain. Kita menjadi
orang yang mempunyai tingkat toleransi yang tinggi terhadap lingkunga
n. Dengan latihan kerelaan, kita
berusaha
menurunkan tingkat keinginan
kita
-
bila memang tidak mampu mencapainya
-
agar sesuai
dengan kenyataan yang sedang kita hadapi. Apabila kita bertemu dengan orang yang menjengkelkan, kita
bisa menghindarinya sambil
merenungkan: mungkin memang tingkah semacam itulah yang membuatnya
bahagia.
Kemoralan
adalah berintikan kedisiplinan. Latihan ini diawali dengan pelaksanaan Pancasila Buddhis
atau Lima Latihan Kemoralan. Isi Pancasila Buddhis ini adalah latihan peng
endalian diri untuk tidak
melakukan pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, berbohong dan mabuk
-
mabukan. Inti latihan
ini adalah agar kita dapat meningkatkan kualitas diri kita.
Meningkatkan disiplin diri.
Menumbuhkembangkan disiplin diri diperlukan
agar kita mampu mencapai harapan kita. Jadi apabila
kedermawanan ditujukan untuk menurunkan harapan, disiplin diri ditujukan untuk meningkatkan sistem
kerja agar tercapai target yang diharapkan. Peningkatan sistem kerja ini dengan merenungkan dua hal
yang
telah diajarkan dalam Dhamma
(Anguttara Nikaya II, 16).
Pertama, menganalisa kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Faktor kelebihan hendaknya kita kembangkan terus sehingga kebahagiaan akan
semakin sering dirasakan. Sebaliknya, unsur kekurangan, hendaknya
kita hindari agar penderitaan tidak
lagi datang pada diri kita. Kedua, menganalisa kelebihan dan kekurangan orang lain. Apabila kita dapat
menemukan kekurangan orang, segera hindarilah sikap buruk semacam itu karena kita memiliki
kemungkinan yang sama untu
k melakukannya. Sedangkan apabila kita melihat kelebihannya, segera
tirulah agar kita juga memperoleh keberhasilan yang sama. Dengan demikian, bila kita melihat
keberhasilan orang lain, tidak akan muncul rasa iri hati, justru kita akan bersemangat untuk
me
neladaninya. Kalau orang lain mampu melakukan, kita pun harus berusaha untuk melakukannya pula.
Konsentrasi
atau latihan meditasi ditujukan untuk mencapai ketenangan pikiran. Latihan meditasi
dilakukan dengan menggunakan pernafasan sebagai sarana. N
amun, meditasi bukanlah mengatur
pernafasan, juga bukan menahan nafas. Meditasi hanyalah merasakan pernafasan kita sendiri. Kita dengan
sungguh
-
sungguh merasakan udara yang masuk dan keluar melalui lubang hidung kita. Dengan
melaksanakan meditasi setiap pa
gi dan sore selama 15 menit akan membentuk kebiasaan berpikir untuk
selalu menyadari bahwa hidup adalah saat ini. Tadi kita pernah hidup, tetapi sudah tidak hidup; nanti kita
akan hidup tetapi belum tentu hidup; hidup adalah saat ini.
Pengembangan pola pi
kir agar dapat hidup saat ini akan dapat menghasilkan ketenangan. Hal ini dapat
terjadi karena seseorang timbul emosi, kejengkelan, kegelisahan, stress adalah dikarenakan dalam
pikirannya selalu membandingkan antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi
nya. Apabila sesuai,
bahagialah ia; sebaliknya apabila tidak sesuai timbullah penderitaan. Jadi, segala bentuk perasaan suka
dan duka itu adalah hasil dari pikiran itu sendiri. Oleh karena itu, perasaan pasti dapat dikendalikan
apabila orang dapat menguasa
i pikirannya sendiri. Meditasi inilah sebagai salah satu cara mengendalikan
pikiran.
Meditasi memang tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Meditasi hanyalah sarana
untuk menenangkan pikiran agar dapat lebih mudah menyelesaikan masalah. Den
gan memiliki
ketenangan pikiran, seseorang dapat menentukan kapankah ia harus menurunkan harapan; atau kapankah
ia harus meningkatkan sistem kerjanya. Ataukah, kapan saatnya untuk melakukan keduanya sekaligus,
menurunkan harapan dan meningkatkan kinerja. P
emilihan ini membutuhkan ketenangan dan
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
33
keseimbangan batin. Dengan memiliki kemampuan memberikan pilihan yang tepat, seseorang akan dapat
menghindarkan diri dari penderitaan dan meningkatkan kebahagiaan dalam hidup.
CARA MENCAPAI KEBAHAGIAAN
1.
Semua mahluk
memang selalu memiliki kelebihan dan kekurangan
2.
Perbedaan yang ada pada mahluk hidup adalah karena setiap mahluk memiliki karmanya sendiri
-
sendiri.
3.
Kita dapat memperbaiki kehidupan kita dengan melaksanakan kerelaan, kemoralan dan samadhi
setiap hari.
4.
Ke
relaan digunakan untuk menyesuaikan harapan kita agar sama dengan kenyataan. Dapat
menerima kenyataan.
5.
Kemoralan ditujukan agar kita dapat memperbaiki kualitas diri dan sistem kerja kita agar harapan
dapat tercapai.
6.
Samadhi dimanfaatkan untuk menentukan
apakah keinginan ataukah sistem kerja yang harus kita
perbaiki. Atau menentukan tindakan yang tepat untuk menghadapi masalah.
RENUNGAN
Segala suka dan duka sesungguhnya
adalah karena buah perbuatan kita sendiri.
Karena itu bila kita sedang berbahagia tam
bahlah terus kebajikan
agar dapat terus mempertahankan kebahagiaan yang sedang kita rasakan.
Bila sedang mengalami penderitaan,
maka janganlah bosan menambah kebajikan
agar karma buruk yang kita alami segera berlalu
SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA.
7
7
.
.
NASIB...DAPATKAH DIUBAH ?
NASIB...DAPATKAH DIUBAH ?
PENDAHULUAN
Kemajuan jaman telah banyak mengubah prilaku orang. Semakin lama semakin marak penggunaan
teknologi canggih untuk mempermudah seseorang menjalani kehidupan. Seseorang yang ingin
mengadakan perjalanan jauh, se
mula hanya mampu mempergunakan mobil, kini ia dapat menggunakan
pesawat terbang. Pemanfaatan pesawat TV meningkatkan perolehan arus informasi global yang semula
hanya didapat dari surat kabar dan radio saja. Demikian banyak segi kehidupan yang telah dipeng
aruhi
oleh kemajuan jaman. Akan tetapi, meskipun jaman telah banyak berubah, masih cukup banyak sikap dan
cara berpikir masyarakat yang relatif tetap. Konsep tentang nasib, misalnya. Sampai saat ini, masih
banyak orang yang mempercayai adanya nasib. Mereka
menganggap nasib telah ditentukan terlebih
dahulu sebelum seseorang dilahirkan ke dunia. Nasib berlaku sejak dilahirkan sampai dengan meninggal.
Nasib ini tidak akan dapat diubah walau sedemikian hebat seseorang berusaha memperbaikinya. Konsep
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
34
ini memang
sangat sederhana dan bermanfaat untuk membuat seseorang lebih mudah menerima
penderitaan dalam kehidupan. Apabila mereka menjumpai kesulitan hidup yang tidak terpecahkan, maka
jalan keluarnya adalah menyalahkan nasib buruknya sendiri dan akhirnya mereka ak
an tenang. Namun,
apakah hal ini ada di dalam pengertian Buddhis?
Umat Buddha yang mengerti sedikit
-
sedikit Ajaran Sang Buddha menyadari bahwa segala sesuatu dalam
kehidupan ini tidak kekal, selalu berubah. Hal ini memang sesuai dengan pengertian yang tela
h diuraikan
oleh Sang Buddha. Oleh karena itu, mereka juga menyadari bahwa nasib pun tidaklah kekal. Artinya,
nasib dapat diubah. Namun, cara untuk mengubah nasib inilah yang tidak tepat, tidak sesuai dengan
Ajaran Sang Buddha. Banyak orang dalam suasana t
ahun baru mengunjungi para tukang ramal untuk
mengetahui nasib dan masa depan mereka. Apabila sang peramal mengatakan bahwa pada tahun itu nasib
mereka baik maka sungguh bahagia mereka. Sebaliknya, bila si peramal memberikan kabar buruk, mereka
menjadi gel
isah, cemas dan takut. Mereka kemudian bertanya dan memohon kepada si peramal untuk
mengadakan upaya atau upacara tertentu yang dapat membebaskan mereka dari nasib buruk. Mereka
menghabiskan banyak uang untuk mengadakan upacara tertentu tersebut agar dapat
selamat dari
penderitaan. Apakah hal ini bermanfaat? Kadang memang dapat memberikan manfaat, tetapi lebih sering
mereka menjadi mangsa empuk paranormal gadungan. Justru pada akhirnya si paranormal lah yang lebih
bahagia daripada 'mangsanya'.
Agama Buddha
memang melihat kehidupan ini tidaklah kekal, selalu berubah. Dengan demikian, memang
benar bahwa nasib seseorang pun dapat berubah. Nasib sesungguhnya adalah merupakan kumpulan buah
perbuatan baik maupun buruk yang telah pernah dilakukan seseorang. Salah s
atu sabda Sang Buddha yang
sangat terkenal tentang ini adalah: "Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah buah yang akan
dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan dan pembuat kejahatan akan menerima
kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji
-
biji benih dan engkau pulalah yang akan memetik buah
-
buah dari
padanya"
(Samyutta Nikaya I, 227).
Jelas sudah sekarang bahwa suka dan duka adalah buah perbuatan
sendiri. Dengan demikian, nasib pasti dapat diperbaiki dengan melakukan suatu tindakan tertentu
. Agar
lebih jelas memahami Ajaran Sang Buddha yang dapat dipergunakan untuk mengubah nasib maka
disusunlah makalah ini. Namun, agar terhindar dari kerancuan pengertian istilah 'nasib' yang telah
berkembang di tengah masyarakat bahwa nasib tidak dapat diub
ah maka dalam makalah ini digunakan
istilah yang lebih sesuai yaitu
Kamma
(Pali) atau
Karma
(Sanskerta). Istilah 'kamma' memang telah
dipergunakan oleh Sang Buddha sendiri. Dalam pembahasan makalah akan digunakan istilah yang cukup
memasyarakat yaitu 'karm
a'.
PEMBAHASAN
Pengertian akan adanya Hukum Karma sudah cukup lekat dalam masyarakat kita, baik di kalangan
umat Buddha maupun bukan. Walaupun pengertian itu masih bersifat setengah
-
setengah. Masyarakat
dengan mudah mengatakan bahwa orang jahat yang
kemudian tertimpa bencana itulah akibat buah
karmanya. Sebaliknya, jarang terdengar bahwa orang baik yang hidup bahagia adalah juga akibat buah
karmanya. Kebanyakan orang menganggap bahwa istilah 'karma' selalu berarti karma buruk. Padahal
dalam pengertia
n Buddhis, karma berarti segala bentuk perbuatan yang dilakukan dengan niat
(Anguttara
Nikaya II, 82).
Niat melakukan perbuatan ini dapat diwujudkan dengan prilaku badan, ucapan maupun
tetap dalam pikiran saja. Perbuatan yang dilakukan dapat merupakan perb
uatan baik maupun perbuatan
buruk. Memperhatikan perumpamaan yang diberikan Sang Buddha tentang Hukum Karma, dapatlah
dimengerti bahwa Hukum Karma sebenarnya adalah Hukum Sebab dan Akibat. Apabila ada sebab maka
timbul pula akibat; apabila hilang penyebabn
ya maka hilang pula akibat. Hukum Sebab dan Akibat ini
adalah merupakan hakekat kehidupan. Oleh karena itu, ada beberapa kondisi alam yang juga dipengaruhi
oleh Hukum Sebab dan Akibat. Kondisi ini diuraikan dalam
Abhidhamma Vatara 54
sebagai
HUKUM
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
35
ALAM
(Pa
ncaniyama Dhamma)
yaitu:
1.
Bija Niyama:
Hukum mengenai biji
-
bijian
2.
Utu Niyama :
Hukum yang berkenaan dengan temperatur
3.
Kamma Niyama:
Hukum Perbuatan
4.
Citta Niyama:
Hukum akibat dari kemampuan pikiran
5.
Dhamma Niyama:
Adanya gravitasi
Hukum Karma
(
Kamma Niyama)
ternyata adalah salah satu dari Hukum Sebab dan Akibat. Sesuai
dengan prinsip dasar Hukum Sebab dan Akibat berarti setiap suka dan duka yang dialami pasti ada
sebabnya. Apabila dapat mengatasi penyebabnya maka akibatnya pun dapat diubah. Jadi
, kebahagiaan
dapat dimunculkan dan penderitaan dapat dihindari asalkan mengetahui penyebab kebahagiaan dan
penderitaan. Untuk dapat menumbuhkan kebahagiaan dan menghindari penderitaan, cara kerja karma
harus diketahui terlebih dahulu. Pada kitab
Visuddhim
agga 601,
cara kerja karma dibagi menjadi:
1. Karma yang menyebabkan kelahiran
Pada saat kelahiran, seseorang tidak dapat menentukan sendiri agar dapat lahir dengan bentuk tubuh
tertentu, jenis kelamin tertentu dan sebagainya. Apa yang didapat pada
saat kelahiran adalah mutlak buah
karma yang telah pernah diperbuat dalam kehidupan sebelumnya. Lahir sebagai lelaki atau wanita, lahir
sempurna atau cacad adalah hasil kerja karma yang melahirkan berdasarkan timbunan karma baik maupun
buruk yang dimilikin
ya.
2. Karma yang mendukung buah karma yang tengah dialami
Kerja karma jenis kedua ini adalah memberikan tambahan atas karma yang muncul pada saat
kelahiran. Apabila seorang anak lahir dengan lebih banyak memiliki karma baik sehingga ia mempunyai
be
ntuk tubuh indah, sehat, ganteng / cantik dan sempurna maka karma yang mendukung memberikan nilai
tambah lagi yaitu misalnya ia lahir dalam keluarga kaya raya, keturunan yang terhormat dan seterusnya.
Sebaliknya, anak yang lahir dengan timbunan karma buruk
yang cukup banyak sehingga ia memiliki
tubuh cacad, wajah buruk maka akan ditambah pula dengan kelahirannya di keluarga pra sejahtera,
kondisi keluarga yang amburadul.
Inti kerja karma ini adalah jika seseorang lahir bahagia maka akan ditambah kebahagiaan
nya; bila saat
lahir sudah menderita maka ditambah pula penderitaannya.
3. Karma yang mengurangi buah karma yang sedang dialami
Kehidupan bahagia dan tambah bahagia serta mereka yang menderita semakin menderita ternyata
masih dapat diperbaiki. Kebah
agiaan dapat ditingkatkan dan penderitaan dapat dikurangi. Inilah yang
menjadi tugas karma jenis ini. Namun, tugas tersebut harus dilaksanakan sendiri. Artinya, mereka yang
ingin tambah bahagia dan menghindari penderitaan harus mampu melakukan perbuatan ba
ik. Ada banyak
perbuatan baik yang dapat dilaksanakan. Dalam bagian lain makalah ini nanti akan dibahas satu demi satu.
Pengertian tentang cara kerja karma jenis inilah yang akan dapat memberikan makna dalam kehidupan.
Orang akan terdorong untuk melakukan
kebajikan karena menyadari bahwa buah kebahagiaan akan
dialami sendiri. Sebaliknya bila ia mengalami kesulitan, ia tidak akan putus asa karena sadar bahwa ia
sendirilah yang dapat mengubah tangis menjadi tawa. Dari sinilah semangat hidup dapat dibangkitka
n.
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
36
Dari sini pula dibangkitkan kelebihan manusia sebagai penentu suka duka hidupnya sendiri. Tidak akan
ada kekecewaan di kala menderita; tiada kesombongan di kala suka karena orang telah menyadari bahwa
segala suka dan duka yang dialami adalah hasil perbu
atannya sendiri.
4. Karma yang memotong karma yang menyebabkan kelahiran
Perubahan yang sangat drastis akibat perbuatan sendiri dapat menimbulkan jalan hidup yang
bertentangan dengan karma yang dialami sewaktu dilahirkan. Seseorang yang sempurna tub
uhnya dan
lahir dari keluarga bangsawan namun ia suka mabuk
-
mabukan akan dapat mengakibatkan dia menderita
selamanya, misalnya apabila ia mengalami kecelakaan lalu lintas yang berakibat cacad seumur hidup.
Dengan demikian,, hilang kesempurnaan tubuhnya dan
tidak ada lagi arti keturunan bangsawan yang
dimilikinya.
Sebaliknya orang yang buruk wajahnya dan lahir di keluarga miskin, namun ia rajin dan penuh kejujuran
maka ia dapat memperoleh kepercayaan dari atasannya untuk jabatan penting tertentu dalam suatu
perusahaan, misalnya. Jabatan penting yang dipercayakan kepadanya akan dapat memperbaiki kondisi
ekonominya yang semula sulit. Jabatan itu juga menyebabkan ia menjadi orang terhormat yang bertolak
belakang dengan keadaan yang dialaminya sewaktu ia dilahirk
an.
Dengan mengerti cara kerja karma di atas, maka segala perbuatan baik dan buruk yang kita lakukan
adalah termasuk dalam jenis karma kelompok ketiga: Karma yang mengurangi buah karma yang sedang
dialami. Apabila banyak perbuatan baik yang kita lak
ukan, maka kebahagiaan dapat terus ditingkatkan
dan penderitaan dapat dikurangi. Sedangkan perbuatan jahat harus dihindari karena akan dapat
menurunkan kebahagiaan dan meningkatkan penderitaan yang tengah dialami. Inilah kunci penting
perubahan karma. Dala
m
Dighanikaya Atthakatha III, 999
terdapat sepuluh jalan berbuat kebaikan
(Dasa
Puññakiriyavatthu)
yaitu:
1. Dãnamaya: memberikan dana / kerelaan
Dana atau kerelaan dalam Agama Buddha adalah menjadi dasar segala perbuatan baik. Tidak akan ada
perbua
tan baik yang dilakukan seseorang apabila ia tidak memiliki kerelaan. Dana yang dimaksudkan di
sini tidaklah selalu hanya berhubungan dengan uang ataupun materi saja. Dana yang dibicarakan adalah
dana yang bersifat materi dan juga dana yang tidak bersifat
materi. Dana yang bersifat materi lebih biasa
di dengar, sedangkan salah satu contoh dana yang bersifat bukan materi adalah kesediaan seseorang
memberi maaf kepada orang yang bersalah. Pada tingkat awal, orang memang dianjurkan berdana dalam
bentuk materi,
misalnya uang, pakaian, makanan maupun kebutuhan yang lain. Sesungguhnya makna
dana ini adalah menumbuhkan kebiasaan berpikir untuk membahagiakan mahluk lain. Bahkan, semua
mahluk. Ia akan membahagiakan mereka dengan segala macam cara. Menumbuhkembangkan
pikiran
yang penuh cinta kasih. Dalam
Jataka 37
disebutkan bahwa apabila seseorang memiliki pikiran penuh
cinta kasih maka ia akan merasa welas asih kepada semua mahluk di dunia. Semua mahluk yang ada di
atas, di bawah dan di sekelilingnya, tak terbatas di
manapun juga. Apabila sikap ini sudah dapat terbentuk
dengan kemampuan materi, maka dapat dilanjutkan dengan memberikan hal
-
hal yang bukan materi. Mau
mendengarkan kesulitan orang lain adalah juga termasuk berdana yang bukan materi.
2. Sîlamaya: menjaga
sila (kemoralan)
Pelaksanaan kemoralan ditujukan agar seseorang selain mampu berbuat baik, ia hendaknya juga
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
37
mampu mengendalikan dirinya, mengendalikan tingkah lakunya. Dalam pelaksanaan sila, sebagai
permulaan, seseorang dapat melatih lima sila atau
disebut juga sebagai Pancasila Buddhis dalam
kehidupan sehari
-
hari di masyarakat. Lima latihan kemoralan itu adalah latihan untuk tidak membunuh
dan menganiaya mahluk hidup, tidak mencuri, tidak melanggar kesusilaan, tidak berbohong dan tidak
mabuk
-
mabuka
n
(Anguttara Nikaya III, 203).
Tujuan dari pelaksanaan sila ini agar si pelaku tidak
memiliki kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri maupun fihak lain. Dengan pelaksanaan sila, selain
si pelaku dapat diterima sebagai anggota masyarakat yang baik, ia p
un juga termasuk melakukan karma
baik. Dalam
Theragatha 608
disebutkan bahwa di sini, di dunia ini, seseorang haruslah melatih dengan
cermat untuk menyempurnakan kemoralan, karena kemoralan apabila dikembangkan dengan baik akan
menghantarkan semua keberhas
ilan ke dalam genggaman. Selanjutnya, apabila pelaksanaan latihan lima
sila ini ingin ditingkatkan, maka seseorang dapat melatih delapan sila sehari dalam seminggu. Lebih
meningkat lagi adalah dengan melaksanakan sepuluh sila yaitu dengan menjadi samanera
sementara
ataupun tetap. Paling banyak latihan sila adalah dengan melakukan bhikkhu sila yaitu melatih 227
peraturan kebhikkhuan.
3. Bhãvanãmaya: mengembangkan batin
Berdana dan melaksanakan kemoralan adalah latihan pembentukan kebiasaan yang masih
berkaitan
dengan unsur fisik seseorang. Kedua latihan ini sudah cukup baik, namun masih harus ditingkatkan.
Apabila seseorang hanya melatih diri sampai pada unsur fisik saja, maka ia akan menjadi orang yang
munafik, pandai berpura
-
pura; baik kelakuan tetap
i jahat pikirannya. Ia hendaknya juga melatih
pikirannya dengan meditasi. Meditasi sebaiknya dilatih setiap hari, pagi dan sore hari paling sedikit 15
menit atau 30 menit setiap latihan. Melalui meditasi orang dibiasakan berpikir yang baik, berkonsentrasi
pada segala hal yang sedang dipikirkan, dikerjakan dan diucapkan. Tujuan utama meditasi adalah
membentuk kebiasaan berpikir, hidup adalah saat ini. Pikiran seseorang sering melayang ke masa lampau
ataupun yang akan datang, akibatnya timbullah perasaan suka
dan duka. Suka adalah sebagai akibat
tercapainya keinginan di masa lampau atau karena membayangkan kebahagiaan yang akan diperoleh di
masa depan. Sebaliknya duka adalah karena keinginan di masa lampau tidak tercapai atau ketakutan
membayangan masa yang ak
an datang. Padahal, keduanya adalah tipuan pikiran belaka. Di masa lampau
seseorang pernah hidup tetapi ia sudah tidak hidup di masa itu lagi. Sedangkan masa depan, ia akan hidup
tetapi belum tentu hidup. Hidup adalah saat ini. Ketakutan maupun kebahagiaan
semu justru akan menyia
-
nyiakan kenyataan bahwa saat inilah seseorang sedang hidup!
4. Apacãyanamaya : bersikap rendah hati dan menghormati mereka yang lebih tua
Rendah hati adalah salah satu bentuk latihan mengurangi keakuan. Keakuan menjadikan se
seorang
merasa sebagai tokoh utama dalam hidup ini. Tanpa dirinya seakan dunia tidak akan berputar lagi.
Padahal menurut Buddha Dhamma kehidupan ini sesungguhnya dicengkeram oleh Hukum Sebab dan
Akibat. Artinya, seseorang mampu mencapai kondisi seperti saa
t ini pasti ada sebabnya. Dan dari salah
satu penyebab tersebut, pasti juga akan melibatkan fihak lain. Seseorang tidak akan pernah mampu untuk
hidup sendirian dalam dunia. Ia pasti membutuhkan fihak lain untuk saling membantu. Oleh karena itu,
apabila tel
ah disadari bahwa orang tidak dapat hidup sendirian, maka orang akan mampu mengurangi rasa
keakuan, mengikis kesombongan. Orang akan dapat hidup hormat menghormati. Orang akan
menghormati mereka yang patut memperoleh penghormatan. Orangtua misalnya, adalah
orang yang
menyebabkan seseorang ada di dunia ini. Mereka pula yang membesarkan dan mendidik anak
-
anaknya.
Oleh karena itu, sudah selayaknya mereka memperoleh penghormatan. Demikian pula dengan kakak yang
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
38
mungkin juga telah ikut berperan dalam menjaga dan
menghindarkan seseorang dari bahaya. Para guru
juga memiliki jasa dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada murid
-
muridnya. Serta masih sangat
banyak fihak lain lagi yang amat berjasa dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Penghormatan
selain sebagai s
arana mengurangi keakuan, juga untuk membiasakan seseorang agar dapat mengenal budi
baik orang lain. Dalam
Anguttara Nikaya I, 87
dinyatakan bahwa terdapat dua tanda yang dimiliki oleh
orang yang sulit dijumpai di dunia ini. Kedua tanda itu adalah, pertama
, orang tersebut memiliki
kemampuan dan kemauan untuk memberikan pertolongan kepada fihak lain, tanpa mengharapkan imbalan
apapun juga. Kedua, orang tersebut memiliki kesadaran atas kebaikan yang telah pernah diterimanya dan
berusaha untuk berbuat baik kep
ada fihak tersebut dengan lebih besar daripada kebaikan yang pernah
diterimanya. Sesungguhnya, adalah satu perbuatan baik yang dapat cepat mengubah karma seseorang
apabila ia dapat mengingat jasa kebaikan orang lain, memberikan penghormatan yang selayaknya
serta
membalas kebaikan mereka.
5. Veyyãvaccamaya: membantu dan bersemangat dalam melakukan hal yang patut
Perbuatan baik tidak berarti hanya berusaha menghindari kejahatan dengan melatih kemoralan.
Menghindari melakukan kejahatan adalah salah satu
bentuk perbuatan baik yang dikategorikan kebaikan
pasif. Sebutan ini diberikan karena sifat perbuatan baik tersebut dilakukan dengan usaha menahan diri
untuk tidak mengerjakan sesuatu (kejahatan). Selain itu, ada pula perbuatan baik secara aktif. Maksud
p
erbuatan baik jenis ini adalah seseorang didorong secara aktif dan terus menerus untuk melakukan
kebajikan sesuai dengan tuntunan Ajaran Sang Buddha. Banyak disebutkan dalam Dhamma tentang
anjuran melakukan kebajikan. Anjuran untuk menolong mahluk lain, be
rdana, mengembangkan kejujuran
serta masih banyak lagi bentuk perbuatan baik lainnya. Selain melakukan sendiri, seseorang hendaknya
juga mau menganjurkan orang lain melakukan kebajikan yang sama dengan yang telah dilakukannya
sendiri. Perbuatan ini dapat d
igolongkan sebagai berdana Dhamma. Bukankah dalam
Dhammapada
XXIV,21
disebutkan bahwa pemberian Dhamma dapat mengalahkan segenap pemberian lainnya?
6. Patidãnamaya: melimpahkan jasa baik kita
Walaupun dalam Hukum Sebab dan Akibat disebutkan bahwa si
pelaku akan memperoleh buah
perbuatannya sendiri, perbuatan baik ternyata dapat dilimpahkan jasanya. Proses ini digambarkan dengan
seorang anak yang menuntut ilmu di kota lain memberitakan kabar kelulusannya kepada orangtuanya di
kota kelahirannya. Menden
gar kabar gembira ini, ayah dan ibunya tentunya akan merasakan kebahagiaan.
Padahal apabila direnungkan, si anak yang lulus tetapi mengapa orangtuanya juga merasakan
kebahagiaan? Inilah yang disebut
muditã citta
atau ikut bergembira atas kebahagiaan yang d
irasakan oleh
orang lain
(Vibhangga 272 & 642). Muditã citta
adalah termasuk melakukan salah satu karma baik lewat
pikiran. Oleh karena itu, kondisi sedemikian inilah yang dimunculkan oleh seorang umat Buddha apabila
melimpahkan jasa kebaikan yang dilakuka
nnya kepada sanak keluarganya yang sudah meninggal. Sanak
keluarga yang meninggal adalah seperti orangtua yang tinggal di luar kota (pada perumpamaan di atas),
mereka akan ikut berbahagia atas kebajikan yang dilimpahkan kepadanya. Kebahagiaan ini berarti
p
enimbunan karma baik lewat pikiran. Apabila pelimpahan jasa ini sering dilakukan, berarti makin
banyak memberi kesempatan para leluhur menanam kebajikan. Akibatnya, apabila karma baik yang
ditimbunnya sudah cukup, meninggallah mereka dari alamnya dan terla
hir di alam yang lebih baik.
Dengan demikian, pelimpahan jasa ini akan banyak memberikan manfaat. Pertama, manfaat didapat oleh
si pelaku kebajikan sendiri. Kedua, para leluhur pun ikut menikmati kebajikannya sehingga memberikan
kondisi terlahir di alam ya
ng lebih baik. Ketiga, si pelaku dapat mengurangi keakuan, sebab semua
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
39
kebajikan yang dilakukan diatasnamakan para leluhur. Keempat, obyek perbuatan baik yang menerima
kebajikan juga akan memperoleh kebahagiaan. Minimal empat manfaat itulah yang dapat dira
sakan dalam
proses pelimpahan jasa. Oleh karena itu, dengan seringnya melakukan pelimpahan jasa akan
mengkondisikan penanaman karma baik yang cukup banyak pula untuk semua fihak.
7. Pattãnumodãnamaya: menerima dan bergembira atas perbuatan baik orang lain
Rasa berbahagia atas kebahagiaan yang didapatkan fihak lain,
muditã citta,
bukan hanya diperlukan
untuk para leluhur yang sudah meninggal saja. Sikap pikiran yang baik ini hendaknya juga dimiliki oleh
orang yang masih hidup. Hal ini karena sikap pik
ir ini jelas
-
jelas merupakan karma baik. Kebanyakan,
orang merasa iri hati dengan kebahagiaan orang lain ataupun tidak senang apabila orang lain mempunyai
kesempatan berbuat baik. Perasaan ini muncul karena sebagai orang yang belum mencapai kesucian,
seseo
rang masih diliputi oleh ketamakan, kebencian dan kegelapan batin. Oleh karena itu, agar
memperoleh ketenangan hidup dan sekaligus untuk menambah perbuatan baik, perasaan iri ini harus
dikendalikan bahkan kalau dapat dimusnahkan. Cara memusnahkannya adalah
dengan menyadari bahwa
segala suka dan duka yang dialami seseorang adalah buah dari perbuatannya sendiri. Kesempatan berbuat
baik dan kebahagiaan yang dialami seseorang adalah karena buah karma baiknya sendiri. Apabila
seseorang sering menambah kebajikan,
tentu saja kesempatan berbahagia semakin besar diperolehnya.
Sebaliknya, penderitaan yang dialami seseorang juga akibat buah karma buruknya. Dengan demikian,
seseorang hendaknya menghindari melakukan perbuatan yang tidak benar agar terhindar dari penderit
aan.
Dengan pengertian akan Hukum Sebab dan Akibat ini maka akan musnahlah iri hati dengan kebahagiaan
orang lain; serta merasa sombong ketika melihat penderitaan orang lain.
8. Dhammasavanamaya: mendengarkan Dhamma
Sebagai seorang umat Buddha, sese
orang wajib datang ke vihara mengikuti puja bhakti. Hal ini perlu
ditegaskan di sini karena banyak manfaat yang diperoleh dari mengikuti puja bhakti. Pertama, sewaktu
membaca ulang kotbah
-
kotbah Sang Buddha (Paritta) seseorang harus mempergunakan konsentra
si
pikirannya. Dengan konsentrasi, maka ia akan terbebas dari pikiran yang buruk. Selama membaca Paritta
pikirannya dapat diarahkan menuju ke kebaikan. Kedua, jika di kemudian hari seseorang dapat mengerti
makna Paritta yang dibacanya, ia akan memperoleh p
edoman hidup yang tiada taranya. Pedoman yang
sederhana, mudah dilaksanakan dan membimbing orang untuk lebih percaya diri. Ketiga, di vihara
seseorang diberi kesempatan untuk melatih meditasi yang merupakan salah satu sarana mengendalikan
pikiran. Dengan p
ikiran terkendali, niatan melakukan perbuatan jahat dapat dikikis sedangkan niat berbuat
baik dapat dipupuk. Keempat, di vihara seseorang memiliki kesempatan mendengarkan Ajaran Sang
Buddha. Seperti yang telah diketahui bahwa Dhamma yang telah dibabarkan d
engan sempurna oleh Sang
Buddha adalah merupakan bekal penting dalam kehidupan. Inti sari Ajaran Sang Buddha adalah
menumbuhkan sikap yang benar dalam menghadapi perubahan dalam hidup. Sebab orang sering kecewa
dengan kenyataan hidup. Segala sesuatu yang d
iinginkannya tidak tercapai, sebaliknya hal yang diperoleh
justru bukan yang diinginkannya. Mendengarkan Dhamma adalah ibarat memberikan tenaga tambahan
pada batin seseorang yang mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup. Mendengarkan Dhamma
menjadi p
enting karena banyak manfaat yang diperoleh. Kitab
Anguttara Nikaya III, 248
disebutkan
beberapa manfaat mendengarkan Dhamma, yaitu:
1.
Memperoleh pengertian yang belum pernah didengar sebelumnya
2.
Memperjelas hal yang telah pernah didengar sebelumnya
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
40
3.
Menghi
langkan keraguan tentang hal yang telah pernah didengar
4.
Memberikan pengertian yang benar
5.
Menimbulkan pikiran yang jernih, terang dan bahagia
Mengingat cukup banyak manfaat datang ke vihara mengikuti puja bhakti, maka jelas sudah tidak
akan ada lag
i keraguan untuk melaksanakannya. Bukankah setiap orang ingin meningkatkan kualitas
hidupnya? Bukankah orang ingin hidup lebih berbahagia daripada yang tengah dirasakan saat ini? Sering
pergi ke vihara adalah merupakan salah satu cara mencapainya. Ikut puj
a bhakti dan mendengarkan
Dhamma adalah cara efektif dan efisien untuk menambah kebajikan dan meningkatkan kualitas diri.
9. Dhammadesanãmaya: memberikan kotbah Dhamma
Ajaran Sang Buddha yang telah pernah di dapat baik dari vihara maupun dari sumber
-
sumber lainnya
hendaknya dilaksanakan dalam kehidupan sehari
-
hari. Pelaksanaan Dhamma ini jauh lebih penting
daripada hanya sekedar menghafalkannya. Dengan mencoba menjalankan Ajaran Sang Buddha, seseorang
akan dapat merasakan manfaat langsung. Merasakan
manfaat Dhamma secara nyata ini hendaknya
menjadi semangat untuk menceritakan dan mendorong orang lain agar melaksanakan Dhamma dengan
baik pula. Dalam pengertian Buddhis, seseorang dihargai bukan karena banyaknya Dhamma yang
dipelajari dan dimengerti teta
pi adalah dari seberapa banyak Dhamma yang telah dilaksanakan dalam
hidupnya.
Dhammapada VIII, 3
menyebutkan bahwa daripada seribu bait syair yang tidak bermanfaat,
adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberikan kedamaian kepada pendengarnya. Jel
aslah di
sini bahwa kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas. Oleh karena itu, bersedia menceritakan secara
sederhana pengalaman sendiri setelah melaksanakan Dhamma akan mendorong orang lain mengikutinya.
Menjadikan orang lain memiliki kesempatan menda
patkan pengalaman yang serupa, kebahagiaan.
Keberhasilan menganjurkan orang melaksanakan Dhamma adalah merupakan Dhamma dana yang diakui
akan memberikan buah terbesar melampaui segala bentuk pemberian lainnya. Banyak cara digunakan
untuk membagikan pengala
man melaksanakan Dhamma. Cerita bebas atau 'ngobrol' Dhamma, ceramah
resmi maupun hanya berupa 'kesaksian' Dhamma dalam forum terbatas, cetak buku Dhamma, membiayai
anak asuh ke sekolah Buddhis dsb. Adalah beberapa contoh cara memberikan Dhamma kepada oran
g
-
orang di lingkungan sendiri.
10. Ditthujukakamma: membenarkan pengertian salah
Perbuatan baik yang kesepuluh ini adalah kelanjutan dari uraian yang kesembilan di atas. Seseorang
pada saat akan membagikan pengalaman Dhamma, hendaknya memiliki tujua
n. Salah satu tujuan pokok
adalah untuk memberikan pengertian yang benar akan hakekat kehidupan. Cukup banyak pengertian yang
tidak tepat yang beredar dalam masyarakat. Misalnya, tentang pengertian nasib yang tidak dapat diubah
sama sekali atau cara mengub
ah nasib yang kurang sesuai. Akan menjadi tugas bersama para umat
Buddha untuk memberikan pengertian benar dengan berlandaskan cinta kasih. Kasihanilah mereka yang
masih belum mengerti. Janganlah mereka dimusuhi. Berilah kesempatan kepada mereka untuk
meni
ngkatkan kualitas dirinya. Dengan memiliki pola pikir demikian akan membangkitkan semangat para
umat Buddha membagikan Dhamma secara bijaksana dan penuh cinta kasih serta kesabaran. Tindakan ini
jelas
-
jelas akan menjadikan peningkatan karma baik kedua bela
h fihak secara maksimal. Pada akhirnya,
mereka yang memupuk karma baik yang terbanyaklah yang akan segera mendapatkan kebahagiaan.
Mendapatkan perubahan kualitas kehidupan.
Dewasa dalam Dhamma hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi
-
phala.or.id
41
KESLAN
1.
Segala sesuatu di dunia tidaklah kekal, selalu berubah
2.
Perjalanan hidu
p seseorang juga dapat berubah
3.
Perubahan perjalanan hidup ditentukan oleh perbuatannya sendiri
4.
Ada, paling sedikit, sepuluh perbuatan yang dapat mengubah kehidupan
SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA.