hartoas67
Sabtu, 08 Oktober 2016
Buddha
Buddha
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
-
Untuk kegunaan lain dari Buddha, lihat Buddha (disambiguasi).
Untuk nama agama, lihat Agama Buddha.
Bagian dari serial tentang Agama Buddha |
|
Sejarah Garis waktu Konsili-konsili Buddhis |
|
Konsep ajaran agama Buddha Empat Kesunyataan Mulia Delapan Jalan Utama Pancasila · Tuhan Nirvana · Tri Ratna |
|
Ajaran inti Tiga Corak Umum Samsara · Kelahiran kembali · Sunyata Paticcasamuppada · Karma |
|
Tokoh penting Siddharta Gautama Siswa Utama · Keluarga |
|
Tingkat-tingkat Pencerahan Buddha · Bodhisattva Empat Tingkat Pencerahan Meditasi |
|
Wilayah agama Buddha Asia Tenggara · Asia Timur Tibet · India dan Asia Tengah Indonesia · Barat |
|
Sekte-sekte agama Buddha Theravada · Mahayana Vajrayana · Sekte Awal |
|
Kitab Suci Sutta · Vinaya · Abhidhamma |
|
Portal Buddhisme |
|
Istilah ini, yang berasal dari bahasa Sanskerta: "Budh" yang bermakna untuk mengetahui), adalah gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha adalah:
- Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri
- Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
- Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma.
Daftar isi
Tripitaka
- Vinaya Pitaka, isinya aturan-aturan sangha untuk biksu atau biksuni.
- Sutta Pitaka, isinya tentang wacana-wacana Buddha.
- Abhidhamma Pitaka, isinya tentang penjelasan sistematis atau ilmu pengetahuan dari Buddha.
Tiga Mustika
Tiga Mustika (Sanskrit: त्रिरत्न Triratna or रत्नत्रय Ratna-traya, Pali: तिरतन Tiratana)Pancasila
Terdapat 5 sila dalam Pancasila Buddhis yaitu:- Pannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
- Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
- Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila.
- Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari menghindari ucapan tidak benar.
- Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengonsumsi segala zat yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Referensi
- ^ anonymous. "बुद्ध". WordSense.eu. Diakses tanggal 20 November 2015.
- ^ "The Meaning of the Word Buddha". Parami. Diakses tanggal 8 Desember 2015.
Pranala luar
- Samaggi Phala
- Sabda Buddha
- Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI)
- Generasi Muda Buddhis Indonesia (GEMABUDHI)
- Buddha dan DhammaNya, Meditasi - Anāpānasati
|
|
Siswa Utama BUDDHA
Siswa Utama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagian dari serial tentang Agama Buddha |
|
Sejarah Garis waktu Konsili-konsili Buddhis |
|
Konsep ajaran agama Buddha Empat Kesunyataan Mulia Delapan Jalan Utama Pancasila · Tuhan Nirvana · Tri Ratna |
|
Ajaran inti Tiga Corak Umum Samsara · Kelahiran kembali · Sunyata Paticcasamuppada · Karma |
|
Tokoh penting Siddharta Gautama Siswa Utama · Keluarga |
|
Tingkat-tingkat Pencerahan Buddha · Bodhisattva Empat Tingkat Pencerahan Meditasi |
|
Wilayah agama Buddha Asia Tenggara · Asia Timur Tibet · India dan Asia Tengah Indonesia · Barat |
|
Sekte-sekte agama Buddha Theravada · Mahayana Vajrayana · Sekte Awal |
|
Kitab Suci Sutta · Vinaya · Abhidhamma |
|
Portal Buddhisme |
|
- Sariputta, berasal dari keluarga pendeta agama kuno di India. Menjadi salah satu dari dua siswa utama Buddha.
- Moggalana, adalah teman Sariputta sejak kecil, juga berasal dari keluarga pendeta.
- Maha Kassapa, gaya hidup pertapaanNya nomor dua paling keras setelah Sang Buddha. Setelah Sang Buddha wafat, Dia yang memprakarsai penyusunan ajaran Buddha yang kita kenal sekarang sebagai Tipitaka (Kitab Ajaran Buddha).
- Anurudha, pangeran Anurudha adalah sepupu Sang Buddha.
- Kondana, petapa Kondana pernah meramalkan Pangeran Siddhartha sewaktu bayi, akan menjadi Buddha. Dia adalah siswa pertama yang mencapai kesucian tertinggi.
- Upali, adalah bekas tukang cukur kerajaan. menjadi Bhikku lebih dulu daripada majikannya, yaitu Ananda dan Anurudha.
- Rahula, adalah anak Buddha. Dia menjadi petapa mengikuti jejak ayahNya sejak umur tujuh tahun.
- Sivali, adalah anak ratu Suppavasa dari kerajaan Koliya.
- Bakkula, adalah Bhikku dengan kesehatan dan kemandirian yang sempurna. Tidak pernah sakit dan selama menjadi Bhikku tidak pernah menerima atau meminta pelayanan dari orang lain. Pada usia 160 tahun, dengan kesaktianNya, dia menciptakan api yang membakar tubuhnya sendiri, dengan cara itulah Ia wafat.
- Ananda, adalah sepupu Sang Buddha. Setelah menjadi Bhikku, Dia diangkat menjadi ajudan Sang Buddha. Ananda wafat dengan membakar tubuhNya sendiri.
Lihat pula
Artikel bertopik Agama Buddha ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
Siddhartha Gautama
Siddhartha Gautama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Siddharta Gautama)
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya. |
-
Untuk kegunaan lain dari Buddha, lihat Buddha (disambiguasi).
Siddhārtha Gautama Buddha | |
---|---|
Patung Buddha dari Sarnath sejak abad ke-4 M
|
|
Lahir | c. 563 SM [1] Lumbini (sekarang di Nepal) |
Meninggal | c. 483 SM (80 tahun) atau 411 dan 400 SM Kushinagar, Uttar Pradesh (sekarang di India) |
Suku | Shakya |
Dikenal karena | Pendiri agama Buddha |
Pendahulu | Buddha Kassapa |
Pengganti | Buddha Maitreya |
Bagian dari serial tentang Agama Buddha |
|
Sejarah Garis waktu Konsili-konsili Buddhis |
|
Konsep ajaran agama Buddha Empat Kesunyataan Mulia Delapan Jalan Utama Pancasila · Tuhan Nirvana · Tri Ratna |
|
Ajaran inti Tiga Corak Umum Samsara · Kelahiran kembali · Sunyata Paticcasamuppada · Karma |
|
Tokoh penting Siddharta Gautama Siswa Utama · Keluarga |
|
Tingkat-tingkat Pencerahan Buddha · Bodhisattva Empat Tingkat Pencerahan Meditasi |
|
Wilayah agama Buddha Asia Tenggara · Asia Timur Tibet · India dan Asia Tengah Indonesia · Barat |
|
Sekte-sekte agama Buddha Theravada · Mahayana Vajrayana · Sekte Awal |
|
Kitab Suci Sutta · Vinaya · Abhidhamma |
|
Portal Buddhisme |
|
Siddhartha Gautama merupakan figur utama dalam agama Buddha, keterangan akan kehidupannya, khotbah-khotbah, dan peraturan keagamaan yang dipercayai oleh penganut agama Buddha dirangkum setelah kematiannya dan dihafalkan oleh para pengikutnya. Berbagai kumpulan perlengkapan pengajaran akan Siddhartha Gautama diberikan secara lisan, dan bentuk tulisan pertama kali dilakukan sekitar 400 tahun kemudian. Pelajar-pelajar dari negara Barat lebih condong untuk menerima biografi Buddha yang dijelaskan dalam naskah Agama Buddha sebagai catatan sejarah, tetapi belakangan ini "keseganan pelajar negara Barat meningkat dalam memberikan pernyataan yang tidak sesuai mengenai fakta historis akan kehidupan dan pengajaran Buddha."[4]
Daftar isi
Orang tua
Ayah dari Pangeran Siddhartha Gautama adalah Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Ratu Mahāmāyā Dewi. Ibunda Pangeran Siddharta Gautama meninggal dunia tujuh hari setelah melahirkan Pangeran. Setelah meninggal, dia terlahir di alam/surga Tusita, yaitu alam surga luhur. Sejak meninggalnya Ratu Mahāmāyā Dewi, Pangeran Siddharta dirawat oleh Ratu Mahā Pajāpati, bibinya yang juga menjadi isteri Raja Suddhodana.Riwayat hidup
Kelahiran
Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM[5] di Taman Lumbini, saat Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sala. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala, diramalkan bahwa Pangeran kelak akan menjadi seorang Chakrawartin (Maharaja Dunia) atau akan menjadi seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan tegas meramalkan bahwa Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Pangeran jangan sampai melihat empat macam peristiwa. Bila tidak, ia akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:
- Orang tua,
- Orang sakit,
- Orang mati,
- Seorang pertapa.
Masa kecil
Sejak kecil sudah terlihat bahwa Pangeran adalah seorang anak yang cerdas dan sangat pandai, selalu dilayani oleh pelayan-pelayan dan dayang-dayang yang masih muda dan cantik rupawan di istana yang megah dan indah. Pada saat berusia 7 tahun, Pangeran Siddharta mempunyai 3 kolam bunga teratai, yaitu:- Kolam Bunga Teratai Berwarna Biru (Uppala)
- Kolam Bunga Teratai Berwarna Merah (Paduma)
- Kolam Bunga Teratai Berwarna Putih (Pundarika)
- Istana Musim Dingin (Ramma)
- Istana Musim Panas (Suramma)
- Istana Musim Hujan (Subha)
Masa dewasa
Suatu hari Pangeran Siddharta meminta izin untuk berjalan di luar istana, di mana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya "Empat Kondisi" yang sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Pangeran Siddhartha bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, "Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian. Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini!". Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi. Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya, Channa. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup suci sebagai pertapa.
Masa pengembaraan
Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasihati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan:
“ | Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu. | ” |
Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Dia putus asa menghadapi godaan Mara, dewa penggoda yang dahsyat. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan keyakinan yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.
Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Samma sam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna biru (nila) yang berarti bhakti; kuning (pita) mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; merah (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih; putih (Avadata) mengandung arti suci; jingga (mangasta) berarti semangat ; dan campuran sinar tersebut (prabhasvara)
Penyebaran ajaran Buddha
Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, saat ia menyadari bahwa tiga bulan lagi ia akan mencapai Parinibbana.
Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswa-Nya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM).
Sifat Agung Buddha
- Berusaha menolong semua makhluk.
- Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
- Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.
- Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.
- Tubuh (kaya): pembunuhan, pencurian, perbuatan jinah.
- Ucapan (vaci): penipuan, pembicaraan fitnah, pengucapan kasar, percakapan tiada manfaat.
- Pikiran (mano): kemelekatan, niat buruk dan kepercayaan yang salah.
Sebagai Buddha yang abadi, Dia telah mengenal semua orang dan dengan menggunakan berbagai cara Dia telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakikat dunia, namun Dia tidak pernah mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Ia hanya menunjukkan tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Ia tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan. Meskipun bentuk fisik tubuh-Nya tidak ada akhirnya, namun dalam mengajar umat manusia yang mendambakan hidup abadi, Dia menggunakan jalan pembebasan dari kelahiran dan kematian untuk membangunkan perhatian mereka.
Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai masalah di dalam berbagai kesempatan yang pada hakikatnya adalah Dharma-kaya, yang merupakan keadaan sebenarnya dari hakikat yang hakiki dari seorang Buddha. Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Ia dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendaki-Nya. Buddha mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya. Bagi mereka yang mendengarkan khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta mengamalkan Sifat Agung Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup. Mereka tidak akan dapat tertolong hanya karena mengandalkan kepintarannya sendiri.
Wujud dan kehadiran Buddha
Buddha tidak hanya dapat mengetahui dengan hanya melihat wujud dan sifat-Nya semata-mata, karena wujud dan sifat luar tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui Buddha adalah dengan jalan membebaskan diri dari hal-hal duniawi/menjalani hidup dengan cara bertapa. Buddha sejati tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun Buddha dapat mewujudkan diri-Nya dalam segala bentuk dengan sifat yang serba luhur. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujud-Nya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujud-Nya atau sifat-Nya, dialah yang sesungguhnya yang telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar.Lihat pula
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai: |
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: |
Wikisource bahasa Inggris mempunyai halaman mengenai |
- (Indonesia) Ajaran Gautama Buddha dalam bahasa Indonesia
- (Inggris) Life of the Buddha
- (Inggris) A sketch of the Buddha's Life
- (Inggris) Critical Resources: Buddha & Buddhism
- (Inggris) The Emaciated Gandharan Buddha Images: Asceticism, Health, and the Body
- (Inggris) The Lalitavistara
- (Inggris) Life of Gautama Buddha - Free Audio Books
- (Inggris) Hidup Gautama Buddha dalam Gambar Bersiri 1
- (Inggris) Hidup Gautama Buddha dalam Gambar Bersiri 2
Referensi
- ^ "Lumbini, the Birthplace of the Lord Buddha". UNESCO. Diakses tanggal 26 May 2011.
- ^ (Inggris) The Buddha
- ^ (Inggris) The Dating of the Historical Buddha: A Review Article
- ^ (Inggris) [Lopez (1995). Buddhism in Practice. Princeton University Press. pp. 16.
- ^ L. S. Cousins (1996), "The dating of the historical Buddha: a review article", Journal of the Royal Asiatic Society (3)6(1): 57–63.
Karma
Karma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
-
Untuk kegunaan lain dari Karma, lihat Karma (disambiguasi).
Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya.
Referensi
- ^ yang netral n-batang, nominatif karma; कर्म; dari akar √ kr , berarti "untuk melakukan, membuat, melakukan, capai, sebab, efek, menyiapkan, melakukan"
- ^ The Manual of Life - Karma, Parvesh Singla, section 1. books.google.com
- ^ A Dictionary of Some Theosophical Terms, Powis Hoult, 1910, hal.67.
Lihat pula
- Dharma
- Brahmanisme
- Agama Buddha
- Agama Hindu
- Hukum Karma
- Kitab Hukum Karma
- Konsekuensi hukum
- Konsekuensi sosial
- Konsekuensi logis
Pranala luar
Paticcasamuppada
Paticcasamuppada
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagian dari serial tentang Agama Buddha |
|
Sejarah Garis waktu Konsili-konsili Buddhis |
|
Konsep ajaran agama Buddha Empat Kesunyataan Mulia Delapan Jalan Utama Pancasila · Tuhan Nirvana · Tri Ratna |
|
Ajaran inti Tiga Corak Umum Samsara · Kelahiran kembali · Sunyata Paticcasamuppada · Karma |
|
Tokoh penting Siddharta Gautama Siswa Utama · Keluarga |
|
Tingkat-tingkat Pencerahan Buddha · Bodhisattva Empat Tingkat Pencerahan Meditasi |
|
Wilayah agama Buddha Asia Tenggara · Asia Timur Tibet · India dan Asia Tengah Indonesia · Barat |
|
Sekte-sekte agama Buddha Theravada · Mahayana Vajrayana · Sekte Awal |
|
Kitab Suci Sutta · Vinaya · Abhidhamma |
|
Portal Buddhisme |
|
Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisa dan merenungkan Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama (yang pada saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]
“ | Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada.
|
” |
— Maha-hatthipadopama Sutta: Majjhima Nikaya 28
|
Daftar isi
Pengertian dasar
Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:“ | Dengan adanya ini, maka terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu. Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
|
” |
— Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61)[2]
|
Penerapan
Penerapan akan Paticcasamuppada terdiri dari dua bagian, satu bagian mengenai pengertian akan Dukkha, dan bagian lain mengenai kelahiran kembali.Pengertian akan Dukkha
Pengertian paticcasamuppada mengenai penderitaan Dukkha dikenal dengan sebutan Empat Kesunyataan Mulia:- Dukkha: Pengertian akan penderitaan (Dukkha).
- Samudaya: Asal-muasal penderitaan (Dukkha).
- Nirodha: Lenyapnya penderitaan (Dukkha).
- Magga: Jalan menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha) atau yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Dua belas Nidana
12 (dua belas) Sebab-musabab (Nidana) yang ada dalam setiap mahluk, khususnya manusia dapat dikategorikan sebagai berikut:
Kehidupan lampau
|
Kehidupan sekarang
|
Kehidupan yang akan datang
|
“ | ..... Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan. | ” |
— Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 (S 2.1)
|
Referensi
Langganan:
Postingan (Atom)