Sifat-sifat Luhur (Brahma Vihara)
Brahma Vihara berarti suatu kediaman yang penuh kebahagiaan. Brahma Vihara juga dapat dikatakan sebagai hasil pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk mencapai Brahma Vihara kita harus mengembangkan cinta kasih (Metta) dan melenyapkan kebencian (Dosa);
Mengembangkan rasa belas kasih (Karuna) dan melenyapkan keserakahan (Lobha); mengembangkan perasaan simpati (Mudita) dengan melenyapkan iri hati (Irsia) dan dengan mengembangkan keseimbangan batin (Upekkha) dengan melenyapkan kebodohan (Moha).
Untuk mengembangkan cinta kasih, kita hendaknya melaksanakan Metta Bhavana. Untuk mengembangkan rasa belas kasihan kita melaksanakan Karuna Bhavana.
1.) Arti Sifat-sifat luhur
a. Metta Bhavana
Brahma Vihara sebagai kekuatan seseorang
yang ber-Ketuhanan yang memancar dari empat sifat-
sifat luhur/Brahma Vihara.
Dalam upaya kita mencapai kediaman yang
luhur yang penuh kebahagiaan yang disebut Brahma
Vihara, pertama-tama kita harus dapat merenungkan
akibat dari pikiran yang membenci dan keberkahan
yang telah diberikan oleh pikiran yang penuh cinta
kasih. Selama kita belum dapat merenungkan akibat
dari pikiran jahat, maka selama itu kita tidak akan
4
dapat mencapai keadaan pikiran yang luhur atau mulia
sebelum kita mengerti akan keberkahan dari pikiran
yang penuh cinta kasih.
Kita seharusnya menyadari bahwa kebencian
tidak berakhir, akan berakhir kalau dibalas kebencian,
tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan
cinta kasih. Bilamana kebencian telah menodai pikiran
kita, maka perbuatan, ucapan kita akan menjadi tidak
benar dan kita ridak akan mencapai kebahagiaan yang
kita harapkan baik kebahagiaan untuk diri kita sendiri
maupun kebahagiaan untuk orang lain. Bilamana
pikiran membenci itu telah dapat kita atasi, maka kita
akan mengembangkan pikiran cinta kasih yang akan
menuntun kita memasuki kehidupan yang bahagia dan
sejahtera, baik untuk diri kita maupun untuk
kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain.
Menurut Visudhi Magga, pada tingkat
permulaan, kita hendaknya jangan menunjukkan cinta
kasih kita pada seseorang yang kita senangi atau orang
yang berlainan jenis, pertama kali kita harus memulai
dengan diri kita sendiri, dengan menyatakan kepada
diri kita sendiri dengan ucapan dalam hati seperti
berikut:
“ Semoga kami bahagia, bebas dari penderitaan ” atau
“ Semoga kami bebas dari kebencian, penindasan, dan
kecemasan. Semoga kami dapat mencapai kehidupan
yang penuh kebahagiaan ”.
“ Seperti halnya kami mencintai kebahagiaan
dan tidak menyukai penderitaan, seperti halnya kami
menyukai kehidupan dan menghindari kematian,
5
semoga semua makhluk demikian pula ”.
Di bagian langit yang manapun kita pergi, tidak
ada kita jumpai seorang yang lebih mencintai orang
lain, selain dirinya sendiri. Karena itu kita
menyaksikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap
orang pertama-tama mencintai dirinya sendiri,
kemudian cinta kasihnya baru diberikan kepada
gurunya yang sangat dihormati atau kepada orang lain
yang patut dihormati seperti misalnya kepada orang
yang selalu memikirkan kehidupan suci yang sering
merenungkan tentang penerangan sempurna. Setelah
itu, barulah kita merenung dalam hati sambil berdoa “
Semoga mereka yang senantiasa melahirkan hidup
suci dan merenungkan tentang penerangan sempurna,
selalu hidup bahagia, bebas dari penderitaan ”.
Setelah cinta kasih berkembang dalam hati kita,
kemudian pancarkanlah cinta kasih itu kepada teman-
teman yang kau kasihi dan kemudian kepada orang-
orang yang kamu nilai kurang penting dan setelah itu
barulah kau memancarkan cinta kasihmu kepada
orang-orang yang tersebut di atas.
Marilah kita mencoba merenungkan akibat dari membenci itu, dengan menghayati syair Dhammapada di bawah ini :
Mereka yang membalas kebencian dengan kebencian
Lebih jahat dari orang yang pertama membencinya
Mereka yang tidak membenci orang yang membencinya
Ia adalah pejuang yang dapat menenangkan perjuangannya
6
Yang sangat berat, yang sangat sulit dan berbahaya
Mereka yang dibenci dengan penuh dendam kesumat
Tetapi mereka tetap tenang dan selalu sabar
Maka berkah akan terlimpah kepada kedua-duanya
Untuk dirinya sendiri dan bagi musuh-musuhnya itu
Seorang yang pikirannya ternoda oleh kebencian
Karena kegelapan telah menyelubungi jiwanya
Maka ia tidak dapat menghayati hakekat kebahagiaan
Sehingga ia tidak akan dapat melihat kenyataan
Semua akan dapat dihancurkan oleh si pembenci
Baik yang mahal maupun yang murah harganya
Tetpai setelah kebendannya lenyap dan musnah
Maka ia menjadi lemas dimakan api kebenciannya
Jika api kebendan telah berkobar
Maka dunia akan terbawa dalam kebakaran
Demikianlah hasutan si pembenci menjalar
Bagaikan asap api membumbung terus keudara
Ia yang tidak memmpunyai perasaan mulia
Tidak takut melakukan perbuatan salah
Kalau berkata, selalu kurang bijaksana
Pikirannya selalu diliputi kebencian
Baginya tidak ada lagi tempat berpijak
Diri kita adalah teman bagi yang lainnya
Kita sendiri mencintai semua orang
Tetapi dalam keadaan marah dan membenci
Ia sampai hati membunuh temannya
7
Karena pilirannya menjadi tidak seimbang
Karena batinnya dipenuhi oleh kesombongannya
Orang yang mengambil jiwa orang lain
Dan menghabisi jiwanya sendiri
Karena perasaan benci dan putus asa
Sebenarnya ia memiliki pandangan yang gelap
Bawasannya di belakang takbir kebencian
Tersembunyi suatu belenggu kematian
Karena itu, hancurkanlah belenggu itu
Dengan Vipassana, panna dan Viriya
(Pandangan Terang, kebijaksanaan, dan semangat)
Bila manusia telah melihat kenyataan
Dapat menaklukan sifat-sifat jahatnya
Kemudian, mengamalkan kebajikan
Maka semua kegilaan bukan lagi miliknya
Sembuh dari kebencian dan putus asa
Bebas dari keserakahan dan nafsu keinginan
Barulah dapat mengolah diri dengan tenang
Dan selalu menjauhi segala kekotoran batin
Jika kita telah melaksanakan meditasi Metta bhavana dengan mengembangkan “cinta kasih” atau “Metta” (Maitri), tetapi kita belum dapat menghapus dendam dan benci, maka kita hendaknya kembali merenungkan sifat-sifat yang baik dari musuh-musuh kita dan jangan lagi menghiraukan kejelekan-kejelekan yang dimiliki oleh musuh kita. Tetapi kalau dengan jalan ini kita belum dapat
8
juga mengatasi dendam dan kebendan, maka kita harus kembali ingat dan merenungkan sabda Sang Buddha sebagai berikut : “Wahai para siswa, ada lima cara untuk mengatasi kebendan dan menaklukan kemarahan yang telah timbul dari diri kalian” Lima cara tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Kepada orang yang menimmbulkan perasaan benci di hatimu, kita harus memancarkan cinta kasih, kasih sayang, simpati, dan keseimbangan batin kepadanya.
2.) Jangan mempehatikan sesuatu keburukan yang dimilikinya.
3.) Jangan menggambarkan dalam diri kita sendiri tentang akibat dari kamma yang kita miliki, demikian pula pada orang yang kita musuhi.
4.) Kita harus sadar, bahwa kita adalah pemilik dari perbuatan kita sendiri yang semuanya timbul dari diri kita pula.
5.) Bahwa perbuatan kitalah yang akan menjadi pelindung bagi diri kita atau akan menjadi musuh dari diri kita sendiri, karena kita harus menjadi ahli waris dari perbuatan baik kita atau perbuatan kita yang tidak baik.
Demikianlah ada lima cara yang kita dapat laksanakan untuk mengatasi kebencian.
Untuk lebih menghayati bahaya dari kebencian, marilah kita simak syair yang terdapat dalam Kitab Visudhimagga sebagai berikut:
9
Jika di dalam hatimu terdapat musuh
Yang akan mencelakakan dirimu
Mengapa ka uterus menyiksa batinmu
Yang tidak berada di daerah musuhmu ?
Keluargamu telah kau berikan cinta kasih
Tetapi suatu ketika kau tinggalkan mereka
Dalam keadaan sedih dan dalam keadaan duka
Megapa tidak kau musnahkan pikiranmu yang membenci
Yang telah memberimu begitu banyak penderitaan ?
Sadarlah kau telah bermain-main denga kebencian
Yang akan menimbulkan kehancuran total pada dirimu
Kebajikan yang kau citakan telah kau tinggalkan
Bukanlah ini, karena ini merupakan kebodohan yang keterlaluan ?
Bila seorang berbuat jahat kepadamu
Wajahmu menjadi merah oleh kemarahanmu
Kemudian kamu tanyakan hati nuranimu sendiri
Apakah kau mau berbuat jahat seperti dia ?
Jika ada seorang telah mengganggumu
Dengan perbuatannya yang tidak menyenangkannmu
Mengapa kau biarkan hatimu menjadi marah
Mengikuti kesenangannya sipenggoda ?
Bila dalam keadaan marah kau melakukan
Satu perbuatan jahat terhadap musuhmu
Atau kau tidak berbuat jahat kepada musuhmu
Sekurang-kurangnya kau akan merasa tersiksa
10
Oleh kebendan yang berkobar di dalam hatimu
Jika seorang berlaku bagaikan babi yang buta
Pada waktu kemarahan menyerang dirinya
Mengapa kau mau meniru perbuatannya itu
Dan membiarkan kebencianmu terpelihara dalam hatimu
Kemarahan dan kebencian seseorang kepadamu
Telah membawamu ke dalam kegelisahan batin
Kebencian itulah yang seharusnya dilenyapkan
Mengapa kau bersedih tanpa sebab yang jelas ?
Bila seseorang membenci orang lain
Siapa yang sebenarnya yang menderita ?
Kalau bukan dirimu sendiri
Kaulah yang menjadi sebab penderitaanmu
Mengapa kau harus membenci orang lain ?
Kalau hendak menghayati hakekat dari perasaan cinta kasih (Metta/Maitri) cobalah hayati dan amalkan khotbah Sang Buddha tentang cinta kasih yang terkenal dengan “Karaniya Metta Sutta” atau khotbah tentang cinta kasih.
b. Karuna Bhavana
Karuna Bhavana berarti pengembangan dari kasih sayang. Menurut Kitab Visudhi Magga, setiap orang hendaknya berusaha untuk memiliki perasaan kasih sayang
11
(Karuna) di dalam kehidupan ini, maka kita telah dapat
menembus semua makhluk dengan kasih sayang.
Selanjutnya kasih sayang yang kita miliki, sama halnya dengan cinta kasih, pertama-tama janganlah ditujukan kepada orang yang paling kita senangi. Keberkahan yang kita dapat dari perasaan kasih sayang,
nilainya sama dengan berkah dari kalau kita memiliki cinta kasih. Cara untuk mengembangkan Karuna atau perasaan kasih sayang, caranya sama dengan cara kita mengembangkan cinta kasih.
c. Mudita Bhavana
Mudita Bhavana adalah pengembangan dari
perasaan simpati melihat orang lain berbahagia dan
berhasil. Perasaan Mudita ini dapat mulai kepada teman
yang kita senangi dengan menumpahkan perasaan
Mudita sambil berkata : “Oh alangkah bahagianya
mahkluk yang mendapat kegembiraan. Oh alangkah baik
dan nikmatnya memiliki perasaan Mudita”. Bilamana
kita menyaksikan orang yang berbudi luhur hidup
bahagia dan sentosa hidupnya, hendaknya kita berusaha
untuk turut merasakan kebahagiannya.
Bagaimana caranya kita pada tingkat permulaan
menembus suatu tujuan dengan pikiran yang berisi
Mudita? Caranya adalah demikian: “Bila melihat seorang
yang berbudi luhur dan menyenangkan hati, hati kita lalu
menjadi gembira”. Demikianlah caranya menembus
12
semua orang dengan Mudita. Keberkahan dan cara
mengembangkan Mudita sama dengan bagaimana
caranya mengembangkan Metta.
Betapa bahagianya dan gembiranya hatiku
Menyaksikan kebahagiaan orang lain
Tiada perasaan iri di dalam hatiku
Menyaksikan kebahagiaan dan keberhasilan
Yang telah dicapai oleh siapapun dalam hidupnya
Karena hatimu telah penuh dengan perasaan Mudita.
d. Upekkha Bhavana
Perenungan ini pertama-tama harus ditujukan
kepada orang yang telah mencapai kesempurnaan, yang sudah tidak terikat lagi kepada suka dan suka seperti yang dikatakan di dalam Vibh XIII : “Bagaimana caranya supaya kita dalam menghadapi segala macam tantangan dan godaan itu ? Caranya ialah bilamana melihat seseorang yang acuh dan tak acuh terhadap sesuatu yang mengenai dirinya baik terhadap sesuatu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, ia tetap tenang, demikian pula caranya kita menembus semua makhluk dengan keseimbangan batin itu”.
Dengan memiliki Upekkha ini, maka kita dapat mencapai jhana yang ke IV, sedangkan melalui pengembangan cinta kasih (Metta), kasih sayang (Karuna)
13
dan simpati terhadap kebahagiaan dan keberhasilan orang lain (Mudita), maka kita mencapai pada jhana ke III. Bilamana pikiran kita telah benar-benar terpusat, maka
pikiran kita menjadi tenang dan kita tidak lagi dapat terpengaruh oleh hal-hal jahat, yang tidak baik. Untuk mencapai perkembangan batin ini, kita harus melatih diri untuk mengembangkan Metta, Karuna, dan Mudita di dalam hati kita sehingga kita benar-benar memiliki pedoman serta landasan hidup yang kokoh, yang dapat menjadi kendaraan bagi hidup kita.
Bilamana kita telah berhasil melatih diri dalam empat kediaman luhur tersebut, yakni mengembangkan cinta kasih melalui meditasi Metta Bhavana, mengembangkan kasih sayang melalui meditasi Karuna Bhavana, mengembangkan rasa simpati terhadap kebahagiaan dan keberhasilan orang lain melalui Mudita Bhavana, dan mengembangkan keseimbangkan batin melalui meditasi Upekkha Bhavana, maka kita akan berhasil mencapai Brahma Vihara yakni suatu kediaman luhur.
Dengan terwujudnya Brahma Vihara di dalam kehidupan, berarti kita telah berhasil menghayati dan mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
14
Kata Pengantar
Namo Sanghyang Adi Buddhaya,
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkah Sang Triratna, Penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Agama , Buddha Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berjudul Sifat-sifat Luhur Brahma Vihara ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Pendidikan Agama Buddha pada Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan untuk meningkatkan keyakinan (Saddha) dan ketaqwaan (Bhakti) terhadap Tuhan Yang maha Esa, moral (Sila), meditasi (Samadhi) dan kebijaksanan (Panna) sesuai dengan ajaran Buddha (Buddha Dharma) dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa didik menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, seperti yang berbudi pekerti luhur, seperti yang disabdakan oleh Sang Buddha :
“Orang yang mengenal Dharma akan hidup bahagia dengan pikiran tenang. Orang bijaksana selalu bergembira: (Pandita Vagga Bab VI-4). “Mereka yang hidup sesuai dengan Dharma yang telah diterangkan dengan baik, akan mencapai seberang, memperoleh kebahagiaan sejati: (Pandita Vagga VI-11).
Makalah ini memberikan Penerangan Dharma yang bermanfaat bagi siswa didik, semoga para siswa didik dapat
1
dengan baik menggunakan makalah ini yang telah ditulis sesuai dengan Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi (KBK).
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu sangat dibutuhkan saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun demi lebih baik dan sempurnanya makalah ini untuk masa-masa yang akan datang, baik dari segi isi maupun penampilannya.
Sabhe Satta Bhavantu Sukhitata, semoga semua makhluk hidup berbahagia,
Sadhu, sadhu, sadhu.
Guru Pembimbing
2
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Kata Pengantar…………………………...…………....1-2
Daftar isi………………………………...……………….3
Bab II Pembahasan
Sifat Luhur Brahma Vihara
a. Metta Bhavana……...……………………………...4-11
b. Karuna Bhavana…...……………………………..11-12
c. Mudita Bhavana…...……………………………...12-13
d. Upekkha Bhavana...………………………………13-14
Bab III Penutup
Daftar Pustaka…..………………………………………15
3
Daftar Pustaka
Panjika, Rampai Dhammadesana, Jakarta: DPP Persaudaraan
Vihara Theravada Umat Buddha Indonesia 2000.
Tim Penyusun Departemen Agama, Buku Pelajaran agama Buddha
SLTA Kelas 1, Jakarta: CV Felita Nusantara lestari
Jakarta, 2002.
Tim Penyusun Departemen Agama, Buku Pelajaran agama Buddha
SLTP Kelas II, Jakarta: CV Dewi Kayana Abadi, 2003.
Pandita .S. Widyadharma, Riwayat Hidup Buddha Gotama,
Jakarta: CV. Nita Kencana Buana, 2004.
E.B Cowell, Profesor.Seksi Penerbit PVVD, Jataka: Bandung,
1991.
Paritta Suci, Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama,
2002.
Pandita J Kaharuddin, Kamu Buddha Dharma, Edisi Niramayanara
P. Jakarta: 1981.
Rashid Teja S.M, Drs, Sila dan Vinaya, Jakarta: Buddhis Bodhi,
1997
15
Makalah Agama Buddha
Sifat Luhur Brahma Vihara
O
L
E
H
Shinta
SMA X Nas Sariputra
Jambi
Guru Pembimbing: Harto A.S, S.Ag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar