Orang-orang sering
menanyakan pertanyaan ini, kemanakah Sang Buddha pergi atau dimanakah Ia
sekarang tinggal? Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab bagi
mereka yang belum mengembangkan jalan hidup spiritual. Ini disebabkan
setiap orang memikirkan mengenai hidup dengan cara pandang duniawi.
Suatu hal yang sulit bagi orang-orang untuk memahami konsep tentang
Buddha. Beberapa misionaris agama tertentu mendatangi umat Buddha dan
berkata bahwa Sang Buddha bukanlah dewa (tuhan), Ia adalah manusia. Ia
telah mati dan menghilang. Bagaimana seseorang mendapatkan manfaat dari
menyembah orang yang sudah mati? Tetapi kita perlu memahami bahwa Sang
Buddha disebut sebagai Sattha Deva-manussanam, Guru para dewa (tuhan) dan
manusia. Kapan saja para dewa memiliki masalah, mereka mendatangi Sang
Buddha untuk mendapatkan nasihatNya. Kemudian para misionaris tersebut
mengklaim dewa (tuhan) mereka adalah dewa (tuhan) yang hidup dan itulah
kenapa setiap orang harus menyembahnya
Menurut ilmu
pengetahuan, memerlukan jutaan tahun bagi kita untuk mengembangkan
pikiran dan pemahaman kita. Ketika pikiran manusia belum sepenuhnya
berkembang, mereka menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat
alam bekerja. Karena mereka tidak dapat memahami bagaimana persisnya
alam itu bekerja, mereka mulai berpikir pastilah ada seseorang yang
menciptakan dan memelihara peristiwa ini. Untuk membantu yang lain
memahami konsep ini, mereka mengubah energi ini menjadi suatu bentuk dan
mewakilinya secara fisik sebagai patung-patung dan lukisan-lukisan.
“Roh-roh” atau kekuatan-kekuatan ini begitu penting untuk membuat
manusia melakukan sesuatu yang baik dan tidak melakukan sesuatu yang
buruk dan untuk memberi mereka pahala jika mereka melakukan hal yang
baik. Kita selalu memiliki rasa takut, khawatir, curiga, ketidakamanan,
sehingga kita membutuhkan seseorang untuk bergantung padanya, untuk
melindungi kita. Seringkali kekuatan ini dirubah menjadi tuhan yang
tunggal. Sekarang sebagian orang bergantung pada tuhan untuk segalanya.
Demikianlah mengapa mereka mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang
kekal yang pergi dari sini dan tinggal di surga yang abadi. Hal itu
memuaskan kehausan akan kehidupan kekal. Sang Buddha mengatakan bahwa
segala sesuatu yang muncul dalam suatu keberadaan adalah subjek dari
perubahan, kehancuran dan kelapukan.
Ketika kita
menganalisa kehidupan Sang Buddha, kita melihat Ia tidak pernah
memperkenalkan diriNya sebagai anak tuhan atau pembawa pesan (nabi)
tetapi sebagai Guru agama yang tercerahkan. Pada saat yang sama Sang
Buddha juga tidak memperkenalkan diriNya sebagai inkarnasi dari Buddha
lain. Sang Buddha tidak diciptakan oleh Buddha yang lain, jadi Buddha
bukanlah reinkarnasi dari Buddha yang lain. Beliau adalah seorang
individu yang dengan bekerja dalam periode waktu yang lama,
mengembangkan kehidupan setelah kehidupan dan menanam semua kualitas,
kebajikan, kebijaksanaan agung yang kita sebut sebagai paramita atau
kesempurnaan. Ketika Beliau menyempurnakan semua kualitas yang baik Ia
mencapai Pencerahan dimana merupakan pemahaman yang sempurna akan
bagaimana alam semesta bekerja. Ia menemukan bahwa tidak ada tuhan yang
menciptakan alam semesta.
Orang-orang bertanya
bagaimana Sang Buddha dapat mencapai Pencerahan tanpa dukungan dari
tuhan manapun. Umat Buddha mempertahankan bahwa setiap individu dapat
mengembangkan pikiran untuk memahami segalanya. Arti kata ”manussa”,
dalam berbagai bahasa berarti makhluk manusia. Tetapi arti dari kata
”mana” adalah pikiran. Oleh karena itu ”manussa” adalah manusia yang
dapat membangun dan mengembangkan pikiran menuju ke kesempurnaan. Selain
manusia tidak ada makhluk-makhluk hidup lain di alam semesta ini yang
dapat mengembangkan pikirannya sampai sedemikian luas, untuk mencapai
Pencerahan. Bahkan tidak ada makhluk-makhluk adikuasa yang bisa menjadi
Buddha karena mereka tidak bisa mengembangkan pikirannya sedemikian
luas. Mereka memiliki sensualitas duniawi, kedamaian, kehidupan yang
sejahtera, tetapi kekuatan pikiran mereka sangat lemah. Hanya manussa
atau manusia yang bisa menjadi Buddha atau Ia Yang Tercerahkan. Ketika
orang-orang mengatakan bahwa Buddha bukanlah tuhan, kita tidak
seharusnya mencoba membuktikan bahwa Ia adalah tuhan. Jika kita mencoba
membuktikan hal ini maka sebenarnya kita merendahkan konsep Pencerahan.
Beberapa orang mengklaim bahwa tuhan mereka telah memberikan pesan
kepada umat manusia. Jika pesan itu adalah untuk semua umat manusia di
dunia ini, mengapa tuhan tidak menyatakan pesannya kepada orang banyak,
tetapi justru menyatakannya kepada satu orang. Sang Buddha tidak
mendorong siapapun untuk percaya apapun atau mengklaim bahwa Beliau di
perintahkan oleh kekuatan tertinggi untuk melakukan sesuatu.
Suatu hari, seorang
pendeta Kristiani datang menemui saya bersama dengan pengikutnya untuk
berdiskusi mengenai Buddhisme dan bertanya, ”Sebenarnya dapatkah anda
mengatakan kepada saya apa yang umat Buddha percayai?” Kemudian saya
mengatakan kepadanya yang sebenarnya bahwa umat Buddha tidak “percaya”
apapun. Kemudian ia menunjuk pada buku saya "What Buddhists Believe"
(Apa yang Umat Buddha Percaya) dan ia bertanya “mengapa anda menulis
buku ini?” Saya mengatakan kepadanya, “Itulah mengapa saya menulis buku
ini, untuk anda membacanya, untuk melihat apakah ada sesuatu yang anda
percayai.” Saya mengatakan kepadanya, Sang Buddha telah memberikan
jawaban atas pertanyaan itu, Sang Buddha telah menasihati kita apa yang
sebaiknya kita lakukan. Daripada mempercayai, seseorang seharusnya
berlatih pariyatti, patipatti dan pativedha
(1). Ada tiga cara untuk berlatih. Pertama kita harus mencoba untuk
memahami karena kita tidak seharusnya mempercayai secara membuta apapun
yang tidak dapat kita pahami. Sang Buddha mengatakan bahwa pertama anda
harus mencoba untuk memahami.
Dalam ajaranNya mengenai Jalan Utama Berunsur Delapan, hal yang pertama adalah sammaditthi,
pengertian (pemahaman) benar. Sang Buddha memulai misiNya dengan
meminta kepada pengikutnya untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman
benar bukannya iman atau kepercayaan yang membuta. Setelah belajar kita
mendapatkan pengetahuan yang luar biasa mengenai Sang Buddha dan
ajaran-ajaranNya. Anda harus melatih apa yang telah anda pelajari. Jika
anda belum memahaminya anda akan mencoba menciptakan ide-ide
berdasarkan imajinasi anda sendiri. Nasihat Beliau adalah melatih apa
yang telah anda pelajari dengan pemahaman. Setelah berlatih anda akan
mengalami hasil atau efeknya. Inilah tiga metode yang Sang Buddha
ajarkan, yaitu belajar, memahami, dan berlatih. Inilah jalan untuk hidup
di dunia ini untuk terlepas dari penderitaan. Sekarang anda dapat
memahami bahwa jalan Sang Buddha dalam memperkenalkan agama dengan tidak
meminta kita untuk percaya apapun tetapi untuk belajar, berlatih, dan
mengalami hasilnya.
Sebagai contoh, Sang
Buddha mengatakan bahwa anda harus berbaik hati, anda harus jujur.
Setelah memahami ajaran ini, anda mencoba untuk melatihnya dan setelah
itu setiap orang menghormati anda ketika mereka mengetahui bahwa anda
sangat baik hati, sangat jujur. Tak seorang pun ingin mengganggu anda
atau menyalahkan anda, tetapi mereka menghormati anda. Itulah hasil yang
baik yang anda alami. Pada saat yang sama Sang Buddha mengatakan bahwa
anda harus mencoba untuk memahami sesuai dengan tingkat pengalaman anda
sendiri. Anda dapat melakukan tes pada hasil latihan anda sendiri. Anda
memahami mengapa beberapa hal adalah salah dan mengapa beberapa hal
adalah benar dan anda tidak mengikutinya karena suruhan atau perintah
yang datang dari surga. Anda memiliki pemikiran dan akal sehat untuk
memahami. Pemahaman kita dan pengalaman pribadi kita cukup untuk
memahami mengapa sesuatu itu adalah salah atau benar. Sebagai contoh
Sang Buddha menasihati kita untuk tidak menghancurkan kehidupan makhluk
lain. Beliau tidak memperkenalkan hal ini sebagai hukum agama karena
pemahaman manusia pasti dapat mengetahui bahwa membunuh itu adalah
kejam. Tidaklah sukar bagi kita untuk memahami mengapa hal ini buruk
karena ketika orang lain datang dan mencoba membunuh kita, pastilah kita
tidak akan menyukainya. Lagi, beliau mengatakan bahwa ketika anda
memiliki sesuatu yang berharga telah dicuri oleh seseorang, bagaimanakah
perasaan anda? Dalam cara yang sama ketika kita mencuri milik orang
lain mereka juga tidak menyukainya. Tidaklah diperlukan bagi kita untuk
menerima perintah dari tuhan manapun atau dari Buddha atau Yesus untuk
memahami konsep sederhana ini. Guru-guru agama muncul di dunia untuk
mengingatkan kita apa yang telah kita lalaikan atau lupakan. Pengalaman
dan pemahaman pribadi anda sendiri lebih dari cukup untuk anda
mengetahui mengapa hal-hal tertentu adalah benar atau salah.
Sang Buddha menasihati
kita untuk berpikir dan memahami. Kita memiliki pikiran yang beralasan.
Kita memiliki akal sehat tidak seperti makhluk hidup lainnya yang juga
memiliki pikiran tetapi tidak dapat berpikir secara rasional. Pikiran
mereka terbatas untuk mencari makanan, tempat bernaung, perlindungan dan
kenikmatan sensual. Mereka tidak meningkatkan pikiran mereka lebih
luas. Tetapi manusia memiliki pikiran untuk berpikir dan memahami sampai
tahap maksimal. Inilah kenapa para ilmuwan telah menyelidiki dan
menemukan berbagai hal yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Tidak
ada makhluk hidup lain di dunia ini yang dapat mengembangkan pikirannya
sampai seluas itu. Karena itulah hanya manusia saja yang dapat menjadi
Buddha. Hanya dengan mengembangkan pikiran mereka, manusia dapat
mencapai Pencerahan.
Sang Buddha mengatakan
kepada kita, untuk bertindak sesuai dengan pengalaman kita. Kemudian
kita dapat mengalami hasilnya. Pengikut dari semua agama lain, memberi
salam kepada yang lain, dengan mengucapkan, ”Tuhan memberkatimu”, tetapi
umat Buddha sangat jarang memberi salam kepada yang lain dengan
mengucapkan Buddha memberkatimu. Tetapi mereka membaca berulang ”Buddham
Saranam Gacchami” (Saya berlindung kepada Buddha). Jika mereka percaya
bahwa mereka mendapatkan perlindungan dari Buddha mengapa mereka tidak
memberi salam kepada yang lain dengan mengatakan, ”Sang Buddha
memberkatimu”. Sang Buddha juga menasihati orang-orang untuk mengingat
Sang Buddha ketika mereka merasa takut.
Jadi, “Dimanakah Sang
Buddha?” adalah topik kita. Dapatkah kita katakan bahwa Ia berada di
surga atau Ia tinggal di dalam Nirvana atau Ia tinggal di suatu tempat
lainnya? Kemanakah Ia pergi? Kita harus mengingat bahwa apapun yang
kita tanyakan adalah bentuk dari sudut pandang keduniawian. Setelah
mencapai Pencerahan Sang Buddha berkata (2), "ayam
antimaa jati, natthi daani punabbavo", inilah kelahiranKu yang
terakhir, tidak ada lagi tumimbal lahir. Aku telah menghentikan tumimbal
lahir yang tidak ada habisnya di dunia ini, kehidupan ke kehidupan, dan
mengalami penderitaan yang tidak ada akhirnya. Kenikmatan atau hiburan
yang orang-orang alami merupakan kepuasan emosi sementara yang akan
menghilang dalam waktu yang singkat. Hal ini menciptakan ketidakpuasan.
Dalam sepanjang hidup, secara batin dan fisik kita mengalami
penderitaan, kekhawatiran, permasalahan, kesakitan, kesukaran, bencana,
dan ketidakpuasan yang sangat besar. Tak seorang pun di dunia ini yang
mengatakan bahwa ia puas dengan kehidupan ini. Semua orang mengeluh dan
menggerutu tentang masalah fisik ataupun batin. Dengan memahami situasi
ini Sang Buddha telah menghentikan tumimbal lahir (rebirth). Hal
tersebut disebut sebagai keselamatan. Keselamatan berarti bebas dari
penderitaan fisik maupun batin. Dengan berada dalam wujud fisik maupun
wujud apapun kita tidak dapat mengatasi penderitaan fisik dan batin
kita. Oleh karena itu jika kita tidak menyukai penderitaan, hal yang
terbaik adalah menghentikan kelahiran. Kita haus akan
perwujudan/keberadaan. Kehausan dan kemelekatan ini sangat kuat dalam
pikiran kita.
Tetapi kita ingin
berada dalam semua kejengkelan atas penderitaan dan masalah, kesedihan,
kesakitan dan bermacam masalah lainnya karena kehausan dan kebodohan
kita. Sekarang lihatlah apa yang terjadi di dunia ini. Seluruh dunia
adalah medan pertempuran, orang-orang di seluruh dunia menciptakan
kekerasan dan pertumpahan darah dan perang dan kehancuran. Hewan-hewan
tidak hidup dengan menciptakan banyak masalah yang tidak perlu untuk
menderita. Ketika mereka lapar mereka pergi keluar dan menangkap makhluk
hidup lain, menghilangkan rasa lapar mereka dan pergi tidur. Tetapi
manusia tidak dapat merasa puas tanpa haus terhadap begitu banyak hal
lainnya. Kehausan, kemelekatan sangat kuat dalam pikiran manusia kita.
Oleh karena kecemburuan, permusuhan, kemarahan, kehendak buruk itu,
kekejaman dan kejahatan muncul. Makhluk hidup lain tidak mengembangkan
kekejaman mereka sampai sedemikian besar.
Manusia memiliki
agama. Agama bukan sekedar menyembah dan berdoa tetapi melakukan suatu
pelayanan kepada makhluk hidup lain dengan menjauhkan diri dari pikiran
buruk sehingga kita dapat melayani makhluk lain. Aspek pemujaan dalam
agama adalah penting tetapi dengan hal itu saja tidak akan bisa
mengembangkan pikiran untuk mencapai pemahaman yang semestinya atau
kebijaksanaan. Sebelum kemangkatan Sang Buddha banyak orang menyerahkan
bunga-bunga dan menghormati Beliau. Sang Buddha meminta mereka untuk
pulang ke rumah. Beliau mengatakan bahwa jika mereka benar-benar ingin
menghormatiNya, selain dengan bunga-bunga dan penyembahan, mereka harus
melatih setidaknya satu dari nasihat-nasihat yang pernah Beliau berikan.
Dengan demikian mereka benar-benar menghormati Sang Buddha.
Sekarang anda dapat
memahami apa yang Sang Buddha inginkan. Jalan hidup keagamaan bukan
hanya untuk berdoa tetapi meneladani beberapa nasihat yang diberikan
olehNya. Suatu ketika seorang bhikkhu bernama Bakkula datang dan duduk
di hadapan Sang Buddha dan memandangiNya setiap hari. Suatu hari Sang
Buddha bertanya kepadanya, ”Apa yang engkau lakukan di sini?” ia
menjawab, ” Ketika saya melihat tubuh fisik Sang Bhagava, hal itu
memberikanku banyak kebahagiaan.” Kemudian Sang Buddha berkata,
”Bakkula, dengan memandangi tubuh fisik yang kotor, menjijikkan, tidak
kekal ini, apa yang kau dapatkan? Engkau hanya menyenangkan perasaanmu
saja, engkau tidak akan pernah mencapai pengetahuan atau pemahaman
tetapi menyenangkan perasaanmu. Engkau tidak dapat melihat Buddha yang
sesungguhnya melalui tubuh fisik. Buddha bukanlah tubuh fisik.” Kemudian
Sang Buddha berkata, ”Hanya ia yang memahami Dhamma yang diajarkan oleh
Sang Buddha melihat Buddha yang sebenarnya.” Buddha yang sesungguhnya
muncul di dalam pikiran ketika kita memahami apa yang Sang Buddha
ajarkan. Di sini anda dapat memahami bahwa Sang Buddha bukanlah seputar
masalah tubuh fisik. Ketika anda belajar sejarah India, dalam hampir 500
tahun (setelah Sang Buddha parinibbana) tidak ada satu pun rupang
(patung, gambar) Sang Buddha karena Sang Buddha tidak menganjurkan
setiap orang untuk mendirikan rupang diriNya. Adalah bangsa Yunani yang
menciptakan rupang Sang Buddha dan bentuk-bentuk simbol keagamaan
lainnya. Sekarang tentu saja bentuk-bentuk rupang Sang Buddha yang
berbeda-beda telah menyebar ke seluruh dunia.
Penganut beberapa
agama lain mengutuk kita sebagai pemuja berhala. Padahal mereka tidak
mengetahui apa yang umat Buddha lakukan. Beberapa ratus tahun setelah
kehidupan Sang Buddha, ada seorang bhikkhu terkenal yang dipanggil
Upagupta. Ia adalah seorang penceramah yang sangat terkenal. Ketika ia
memberikan ceramah, ribuan orang berkumpul. Mara si jahat sangat tidak
senang karena lebih banyak lagi orang yang menjadi religius.
Mara bukanlah makhluk
hidup tetapi gangguan dan rintangan batin yang kuat yang menghalangi
seseorang menuju ke jalan kehidupan spiritual. Kemudian Mara
dipersonifikasikan sebagai Yang Jahat. Mara ini mulai menampilkan
pertunjukkan, tarian, nyanyian, kesukariaan yang menarik di depan
vihara. Kemudian para umat perlahan-lahan mulai beralih untuk melihat
Mara. Tak seorang pun yang mendengarkan ceramah Upagupta. Upagupta
memutuskan untuk memberikan pelajaran yang baik kepada Mara dan ia juga
pergi melihat pertunjukkan itu. Ketika pertunjukkan itu berakhir,
Upaguptha mengatakan bahwa ia sangat menghargainya. ”Untuk menghargai
pertunjukkanmu saya ingin menaruh rangkaian kalung bunga ini ke
lehermu.” Mara sangat bangga. Ketika Upagutha menaruh rangkaian kalung
bunga Mara merasa kalung bunga itu membelit di sekitar lehernya seperti
seekor ular python. Ia berusaha melepaskannya tetapi tidak bisa.
Kemudian ia pergi menemui Sakka, raja para dewa dan meminta kepadanya
untuk melepaskan kalung tersebut. Sakka juga berusaha sebaiknya tetapi
ia juga tidak bisa melepaskannya. Kemudian Mara pergi menemui Brahma
yang pada masa itu dipandang sebagai tuhan pencipta dan meminta
kepadanya untuk melepaskan kalung itu. Brahma juga mencoba melepaskannya
tetapi tidak berhasil melepaskannya. Kemudian Brahma mengatakan kepada
Mara bahwa hanya satu orang yang meletakkannya yang bisa melepaskannya.
Lalu Mara harus kembali ke Yang Mulia Upagupta dan memohon kepadanya
untuk melepaskannya kalau tidak Mara akan mati. Kemudian Upagupta
berkata, ”Tidaklah sukar tetapi saya hanya dapat melakukannya dengan 2
kondisi. Pertama, engkau harus berjanji di masa yang akan datang engkau
tidak akan mengganggu apapun terhadap kegiatan keagamaan kami.” Mara
setuju. ”Hal kedua yaitu engkau telah melihat Sang Buddha karena dalam
beberapa kesempatan kau berusaha mengganggu Sang Buddha. Kau hidup
beberapa ratus tahun setelah Sang Buddha. Kau memiliki kekuatan batin
untuk menampilkan tubuh fisik Sang Buddha.” Mara berkata, ”Ya, saya akan
melakukannya jika anda berjanji untuk tidak menyembahku ketika aku
muncul sebagai Sang Buddha karena aku bukanlah orang yang suci.”
Kemudian Y.M. Upagupta berkata, ”Saya tidak akan menyembahmu.” Namun
ketika Mara muncul sebagai wujud Sang Buddha, Y.M. Upagupta segera
menghormatinya. Kemudian Mara berteriak, ”Engkau berjanji untuk tidak
menyembah.” Kemudian Upagupta berkata, ”Saya tidak menyembah Mara tetapi
menghormati Sang Buddha.”
Ini adalah contoh yang
baik bagi orang-orang untuk mengatakan kepada yang lain arti dari
menghormati rupang (patung/gambar) Sang Buddha. Ketika anda menyimpan
rupang Sang Buddha dan menghormatinya, anda juga dapat menggunakannya
sebagai objek untuk meditasi. Hal ini bukanlah bentuk penyembahan
berhala. Anda mengundang Sang Buddha ke dalam pikiran anda melalui
simbol ini. Ini adalah simbol keagamaan. Bagaimana rupang Sang Buddha
berdaya tarik bagi pikiran manusia dapat dipahami melalui peristiwa
berikut. Selama Perang Dunia Kedua di Burma kepala komandan pasukan
menemukan rupang kecil Buddha yang indah. Rupang itu begitu menarik bagi
pikirannya. Ia mengirim rupang itu ke Sir Winston Churchill, yang pada
waktu itu adalah Perdana Menteri Inggris, dengan catatan yang berbunyi, “
simpanlah patung ini di atas meja anda. Kapan pun anda merasa khawatir
atau permasalahan, lihatlah pada wajah patung ini. Saya yakin anda akan
dapat menenangkan pikiran anda.”
Mr. Nehru, Perdana
Menteri India yang terdahulu penah ditangkap oleh pemerintah Inggris.
Ketika ia berada di tahanan ia memiliki patung kecil Buddha di dalam
sakunya. Ia mengeluarkan patung itu dan menaruhnya di atas meja dan
memandangnya serta berpikir, ”Dalam kejengkelan atas begitu banyak
gangguan, permasalahan dan kesusahan di dunia ini, jika Sang Buddha
dapat mengatur memelihara wajah tersenyumNya, mengapa kita tidak
meneladani manusia agung ini?”
Anatole France yang
merupakan sarjana Perancis, mengunjungi Musium London dan untuk pertama
kali dalam hidupnya ia melihat patung Buddha. Setelah melihat patung
Buddha itu, ia berkata, “Jika tuhan telah turun ke bumi dari surga, ia tidak
lain adalah sosok ini.” Namun rupang bukanlah hal yang terpenting.
Banyak orang yang dapat berlatih ajaran Sang Buddha tanpa rupang
(patung/gambar) apapun. Bukanlah suatu kewajiban mereka harus memiliki rupang (patung/gambar) .
Kita tidak menyembah, kita tidak berdoa, kita tidak memohon apapun dari
rupang (patung/gambar) tetapi kita memuja, kita memberi penghormatan
manusia spiritual agung.
Salah satu anggota
kita telah menyimpan rupang Buddha selama 45 tahun di dalam rumahnya.
Suatu hari beberapa misionaris dari agama lain datang dan mengatakan
kepadanya bahwa ia menyembah setan. Ia tidak tahu bagaimana menjawabnya.
Hal ini mengejutkan karena untuk 45 tahun ia telah mengormati rupang
itu dan ia tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika orang lain
mengutuknya. Ini adalah kelemahan dari beberapa umat Buddha kita. Mereka
mengikuti tradisi, menyembah, berdoa, melakukan persembahan, chanting
(3) tetapi mereka tidak mencoba memahami ajaran Sang Buddha. Sekarang
anda dapat memahami bahwa dengan atau tidak dengan rupang
(patung/gambar) Buddha anda bisa berlatih ajaran Sang Buddha. Karena
tubuh fisik bukanlah Sang Buddha.
Menurut aliran
Buddhisme Mahayana ada 3 tubuh Sang Buddha atau 3 kaya, yaitu
sambhogakaya, nirmanakaya, dharmakaya. Ia menggunakan sambhogakaya and
nirmanakaya untuk melakukan makan, tidur, berjalan, berbicara,
menasihati, mengajar. Semua aktivitas ini Ia lakukan dengan tubuh fisik.
Ketika Sang Buddha mencapai parinibbana kedua tubuh ini menghilang.
Tetapi dharmakaya atau tubuh dharma Sang Buddha tidak pernah dapat
menghilang. Menurut aliran Buddhisme Mahayana, Sang Buddha Amitabha
berada di tanah suci Sukhavati. Mereka yang melafalkan namaNya dengan
hormat dan mereka yang menghormatiNya akan lahir di tanah suci dan
mendapatkan kesempatan untuk mencapai nirvana. Menurut cara berpikir dan
kepercayaan mereka, konsep ini memberikan banyak harapan dan
kepercayaan bahwa Sang Buddha masih tetap hidup sampai semua makhluk
mencapai keselamatan terakhir.
Sang Buddha pernah
menyatakan, “Apakah Sang Buddha muncul atau tidak, dharma tetap ada
selamanya di dunia ini.” Ketika seorang Buddha muncul, Ia menyadari
bahwa orang-orang telah melupakan Dharma yang sejati. “Dharma yang saya
pahami ini bukanlah Dharma yang diciptakan olehKu”, kata Sang Buddha.
Dharma ini selalu eksis tetapi orang-orang telah salah menafsirkannya,
menciptakan konsep yang salah menurut imajinasi diri mereka sendiri dan
secara keseluruhan mencemarkan kemurnian Dharma. Bahkan hal ini terjadi
sekarang, setelah 2500 tahun Sang Buddha mengungkapkan kebenaran sebagai
Dharma. Orang-orang melakukan kesalahan-kesalahan dalam
berabad-abad lamanya di dalam nama Buddha. Hal ini bukan berarti mereka
benar-benar mengikuti nasihat yang diberi oleh Sang Buddha. Tetapi
mereka memperkenalkan praktik kebudayaan tradisional mereka yang
dicampur dengan Buddhisme dan memperkenalkannya sebagai Buddhisme.
Sebagai umat Buddha, kita harus berusaha untuk mempelajari apa yang
diajarkan oleh Sang Buddha dan berusaha untuk melatih apa yang Sang
Buddha ajarkan untuk mencari keselamatan kita.
Orang-orang bertanya
dimanakah Sang Buddha. Untuk berlatih Buddhisme tidak perlu bagi kita
untuk mengetahui dimanakah Sang Buddha, atau kemanakah Ia telah pergi. Ambillah
sebagai perumpamaan, kita memiliki listrik yang ditemukan oleh
seseorang. Apakah penting bagi kita untuk mengetahui orang yang
menemukan listri, dimanakah dia dan dari negara mana dia datang dan
siapa namanya? Tugas kita adalah menggunakan listrik itu. Lagi, mereka
yang menemukan atom atau energi atom, dapat menggunakan energi atom ini
untuk tujuan pembangunan ataupun penghancuran. Jadi adalah tugas kita
untuk menggunakan energi ini dalam cara-cara yang patut. Tidaklah perlu
untuk mengetahui sesungguhnya siapa yang menemukan energi atom ini.
Manusia telah menemukan komputer dan televisi tetapi bukanlah hal yang
penting bagi kita untuk mengetahui nama dan hal-hal mendetail lainnya
dari mereka, tugas kita adalah menggunakannya.
Dengan cara yang sama
janganlah bertanya dimanakah Sang Buddha, atau kemanakah Ia telah pergi.
Jika Dharma, apa yang Ia ajarkan adalah benar, tersedia, dan efektif
mengapa perlu untuk mengetahui dimana Sang Buddha. Sang Buddha tidak
pernah mengatakan bahwa Ia dapat memasukan kita ke dalam surga atau
neraka. Sang Buddha dapat memberitahu anda apa yang tidak dilakukan dan
apa yang dilakukan untuk mencapai keselamatan kita, itulah satu-satunya
yang dapat Sang Buddha lakukan. Ia tidak dapat melakukan apapun untuk
anda. Tugas anda adalah berlatih apa yang telah Sang Buddha ajarkan
kepada kita. Orang lain mengatakan bahwa tuhan mereka bisa menghapus
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia. Sang Buddha tidak
pernah mengatakan bahwa kesalahan yang diciptakan oleh seseorang dapat
dihapus oleh orang lain. Buddha, dewa/tuhan juga tidak dapat
melakukannya. Ketika seseorang hendak meninggal dan berkata ia percaya
akan tuhan setelah semua kesalahan yang dilakukannya dapatkah tuhan
menghapus kesalahan-kesalahannya? Sebagai perumpamaan mungkin anda
adalah seorang yang bertemperamen sangat tinggi dan anda tahu hal ini
adalah salah tetapi anda tidak tahu bagaimana menyingkirkannya. Lalu
anda pergi berdoa kepada tuhan dan memohon kepadanya untuk menghilangkan
keburukan dalam pikiran anda, apakah anda pikir tuhan manapun dapat
melakukannya? Anda boleh pergi menyembah Sang Buddha dan meminta kepada
Sang Buddha untuk menyingkirkan keburukan anda. Tapi Sang Buddha juga
tidak dapat menyingkirkannya dari pikiran anda. Sang Buddha hanya dapat
memberitahukan anda bagaimana memindahkan kemarahan anda dengan usaha
anda sendiri. Tak seorang pun dapat menolong anda, melainkan diri anda
sendiri melalui pemahaman anda. Diri anda sendirilah yang harus
menyadari, ”Kemarahan ini berbahaya, dapat menimbulkan banyak masalah,
gangguan, dan kesulitan dan menyakiti dan mengganggu yang lain. Saya
harus berusaha mengurangi rasa marah dengan kekuatan batin saya dan
menimbulkan keinginan kuat untuk menarik kemarahan dari pikiran.” Jadi
Sang Buddha ataupun tuhan tidak dapat menghapus kesalahan yang dibuat
oleh kita, tetapi kita sendiri yang dapat melakukannya. Ada nasihat yang
baik yang diberikan oleh Sang Buddha. Jika siapapun yang telah
melakukan sebuah perbuatan buruk atau karma buruk, mereka tidak dapat
menghapus dampaknya dengan berdoa kepada tuhan atau Buddha. Namun ketika
mereka mengetahui bahwa mereka telah melakukan perbuatan buruk, maka
mereka harus menghentikan melakukan perbuatan buruk lagi. Anda karus
menimbulkan tekad yang kuat dalam pikiran untuk menciptakan lebih dan
lebih banyak lagi karma baik atau perbuatan bajik. Ketika anda
mengembangkan perbuatan bajik anda, dampak dari karma buruk yang anda
perbuat sebelumnya akan dapat teratasi oleh karma baik.
Ambil sebagai contoh
Angulimala, seorang pembunuh yang membunuh hampir seribu manusia. Ketika
Sang Buddha mengetahuinya Beliau datang menemuinya. Angulimala ingin
membunuh Sang Buddha karena ia telah menyelesaikan 999 pembunuhan.Ia
bersumpah untuk membunuh seribu orang, sehingga ia sangat senang ketika
ia melihat Sang Buddha dan ia berusaha untuk menangkapNya. Sekali-kali
Sang Buddha menunjukkan sedikit keajaiban. Mengetahui bahwa sukar untuk
mengajar orang ini, Sang Buddha berjalan secara normal dan membiarkan
Angulimala untuk lari mengejar. Meskipun Angulimala telah berlari hampir
4 mil, ia tidak dapat mendekati Sang Buddha. Kemudian Angulimala
meminta kepada Sang Buddha untuk berhenti dan Sang Buddha mengetahuinya
bahwa sudah saatnya bagi Sang Buddha untuk berbicara kepada Angulimala.
Sang Buddha berkata, ”Saya telah berhenti, engkaulah yang berlari.”
Angulimala berkata, ”Bagaimana Engkau bisa katakan bahwa Kau telah
berhenti, saya melihatMu berjalan.” Sang Buddha menjawab, ”Saya telah
berhenti berarti saya telah berhenti membunuh atau menghancurkan
kehidupan makhluk hidup. Kau yang berlari berarti kau masih melakukan
kejahatan. Jika kau berhenti berlari maka kau dapat menangkapKu.”
Kemudian Angulimala berkata, “Saya tidak dapat memahami apa yang Kau
katakan.” Kemudian Sang Buddha berkata, ”Saya telah berhenti membunuh
dan kau masih melakukannya, itulah artinya berlari. Kau berlari dalam
samsara.” Lalu Angulimala mengetahui bahwa ia bersalah dan memutuskan
untuk mengikuti Sang Buddha dan ia menjadi bhikkhu dan mulai
bermeditasi. Kemudian ia mencapai kearahatan dan menggapai nirvana.
Karma buruk tidak memiliki kesempatan untuk datang kepadanya (4). Ia
mengembangkan karma baik dan karma buruk tidak memiliki kesempatan untuk
berbuah padanya. Itulah yang Sang Buddha telah katakan. Sang Buddha
mengajarkan medote ini untuk mengatasi efek atau dampak dari karma buruk
bukan dengan berdoa kepada tuhan manapun tetapi dengan melakukan lebih
dan lebih banyak perbuatan bajik.
Jika saya mengatakan
Sang Buddha tinggal di salah satu bagian dari alam semesta dalam wujud
fisik hal ini bertolak belakang dengan ajaran Sang Buddha. Di lain hal
jika saya mengatakan bahwa Sang Buddha tidak tinggal di salah satu
bagian alam semesta dalam wujud fisik banyak orang sangat tidak senang
karena mereka haus akan perwujudan/keberadaan dimana tidak dapat
dipuaskan. Selain itu mereka mengatakan hal ini merupakan ketidakadaan.
Hal ini bukanlah ketidakadaan; ini adalah akhir dari penderitaan fisik
dan batin dan pengalaman nirvana atau pembebasan. Di lain pihak ada
beberapa orang yang sangat membutuhkan wujud fisik dari rupang Sang
Buddha untuk menenangkan pikiran mereka, mengurangi ketegangan,
ketakutan dan kekhawatiran. Meskipun demikian tidaklah benar bagi kita
untuk mengatakan bahwa Sang Buddha hidup atau tidak. Lebih dari cukup
bagi kita jika doktrin atau ajaran Sang Buddha bermanfaat bagi kita
untuk mengalami kedamaian, kepuasan dalam kehidupan. Sebagai contoh
seorang dokter yang menemukan obat yang sangat efektif. Jika obat itu
bermanfaat, dapat menyembuhkan penyakit, tidaklah perlu bagi kita untuk
mengetahui dimana dokter ini dan apakah ia masih hidup atau tidak? Hal
yang penting adalah menyembuhkan penyakit kita dengan meminum obat
tersebut. Demikian pula halnya ajaran Sang Buddha lebih dari cukup bagi
kita untuk menyingkirkan segala penderitaan kita. Sang Buddha telah
memberikan kita hak untuk berpikir bebas dalam memahami apakah suatu hal
adalah salah dengan menggunakan akal sehat kita atau alasan bagi kita
untuk memahami hakikat sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada.
Di lain pihak tidak
ada satupun yang eksis di bagian alam semesta yang tanpa mengalami
perubahan, tanpa kelapukan dan tanpa kehancuran karena semuanya ini
adalah perpaduan dari unsur-unsur, energi dan kekuatan batin dan
kekuatan karma. Oleh karena itu mustahil bagi energi-energi dan
unsur-unsur atau kekuatan batin, kekuatan karma ini untuk tetap
selamanya tanpa perubahan. Jika anda bisa memahami hal ini maka ajaran
Sang Buddha akan membantu anda untuk memahami bagaimana menghadapi
permasalahan dan kesukaran anda, untuk mengatasi ketidakpuasan kita.
Jika tidak kita akan menghadapi penderitaan fisik dan batin,
ketidakpuasan dan kekecewaan. Kita
perlu bertindak dengan bijaksana untuk menyingkirkan permasalahan kita.
Adalah sulit bagi kita untuk menyingkirkan penderitaan kita hanya
dengan berdoa, menyembah kepada siapa saja, tetapi dengan melalui
pemahaman akan permasalahan dan kesulitan yang sebenarnya, kita akan
mampu menyingkirkan berbagai permasalahan.
Banyak orang bertanya
kemana Sang Buddha pergi? Jika seseorang mengatakan bahwa Sang Buddha
pergi ke nirvana maka mereka berpikir bahwa nirvana itu adalah suatu
tempat. Nirvana bukanlah suatu tempat, nirvana merupakan kondisi batin
bagi kita yang mencapai pengalaman akan pembebasan akhir. Kita tidak
bisa mengatakan bahwa Sang Buddha telah pergi ke suatu tempat atau Sang
Buddha tetap ada tetapi ia mengalami nirvana atau tujuan akhir dalam
hidup. Jadi jawaban terbaik untuk pertanyaan ”Dimanakah Sang Buddha?”
adalah Sang Buddha berada dalam pikiran anda yang telah merealisasikan
Kebenaran Tertinggi.
--End—
(Mengenang Venerable
Dr. K. Sri Dhammananda Nayaka Maha Thera 18 Maret 1919 – 31 Agustus
2006. Ini adalah artikel terakhir yang disampaikan Venerable Dr. K. Sri
Dhammananda )
Catatan Penerjemah:
(1) Pariyatti (pariyatti): memahami Dhamma secara teoritis melalui membaca, belajar,
mendengar.
Patipatti (pa.tipatti): mempraktekkan Dhamma.
Pativedha (pa.tivedha): penembusan, pencapaian, realisasi Dhamma.
(2) Dalam Mahapadana Sutta (Digha Nikaya 14) dikisahkan setiap Bodhisatta, calon
Samma Sambuddha lahir, Ia mengucapkan "ayam antimaa jati, natthi daani punabbavo"
(inilah kelahiranKu yang terakhir, tidak ada lagi tumimbal lahir bagiKu).
(3) Chanting: melantunkan mantra atau paritta.
(4) Dalam Angulimala Sutta (Majjhima Nikaya 86) dikisahkan Y.A. Angulimala pun
tidak lepas dari buah karma buruk yang telah Ia lakukan yang seharusnya
membuat Ia menderita di neraka. Ia ditimpuk dengan batu oleh sekelompok orang
ketika hendak menerima dana, sehingga kepalanya berdarah.
Judul Asli: Where is The Buddha?
Oleh: Ven. K. Sri Dhammananda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar