Senin, 26 September 2011

BUDDHAYANA
dalam keragaman menemukan inti Ajaran

Apakah Buddhayana itu?
Identik dengan Ekayana, dipakai untuk merujuk dan merangkum pandangan, aliran ajaran, atau pun pengertian agama Buddha secara keseluruhan, yang menegaskan bahwa Dharma atau kebenaran itu hanya satu.
Bukan sebuah sekte, tetapi agama Buddha itu sendiri.

Saddharma Pundarika Sutra
Sekalipun banyak metode, Buddha mengajarkan Hukum Kebenaran yang sama. Beliau menunjukkan Jalan Agung dengan ajaran Tiga Kendaraan (Triyana), yaitu Sravakayana, Pratyekabuddhayana, dan Bodhisattvayana. Tetapi akhirnya hanya ada Satu Kendaraan (Ekayana), yaitu Buddhayana.

Upaya Kausalya
Buddha mengajar dengan banyak cara (termasuk tahapan) dan dengan berbagai alasan (upaya kausalya). Mudah dimengerti perbedaan-perbedaan metode melahirkan aliran-aliran sekte yang pada dasarnya adalah perguruan. Di zaman Buddha tidak terdapat penggolongan Theravada, Mahayana, atau Vajrayana.

Gabungan Tiga Aliran Besar
Candi Borobudur mencerminkan bagaimana ajaran Theravada, Mahayana, dan Vajrayana menyatu secara harmonis. Wangsa Sailendra menganut Buddhayana.
Agama Buddha Tibet adalah kombinasi antara Sutra (ajaran Theravada dan ajaran Mahayana umum) dan Tantra (Vajrayana) yang merupakan cabang khusus Mahayana.
Agama Buddha Barat : “Kami adalah non-sektarian, dalam arti bahwa kami mempergunakan ajaran-ajaran dari berbagai sekte agama Buddha sejauh ajaran-ajaran tersebut relevan dan praktis dengan situasi di mana kami mempraktekkan Dharma.
Saat ini terjadi pergaulan yang lebih kuat dari berbagai sekte agama Buddha.

Semangat Asli
Buddhayana mempertahankan semangat asli ajaran Buddha (bukan bentuk asli).
Joseph Goldstein: the method is mindfulness, the expression is compassion and the essence is wisdom.
Bhikkhu Buddhadasa: Buddhayana menghindari kepicikan Hinayana dan arogansi Mahayana.
Bhikkhu Dhammananda: Pengikut Buddha sejati dapat menjalankan agama Buddha tanpa melekat pada sekte apa pun.
Bhikkhu Piyasilo: Sikap fanatik yang membuta dan eksklusif pada satu sekte menunjukkan ketidakpahaman akan konsep dasar ajaran Buddha sendiri.
Kelemahan sektarian jelas, membatasi wawasan, mempertebal egoisme, menimbulkan kebencian, yang tentu saja akan merintangi kemajuan spiritual.
Apa pun yang menolong seorang individu untuk tumbuh secara spiritual adalah ajaran Buddha.

Buddhayana Indonesia

Peletak dasar Buddhayana Indonesia adalah Bhikkhu Ashin Jinarakkhita, yang memiliki guru dari Mahayana Ch’an dan guru dari Theravada Burma.
Beliau adalah pelopor kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia dan Maha Nayaka Sangha Agung Indonesia.
Beliau berjasa besar karena : mengadakan Waisak pertama, menjadi bhikkhu pertama, mendidik kader melalui meditasi vipassana, berkeliling membangkitkan umat Buddha di seluruh Indonesia, mendirikan Sangha Agung Indonesia dan Majelis Buddhayana Indonesia, mempertahankan eksistensi agama Buddha menjelang 1965.
Sangha Agung Indonesia (Sagin) merupakan wadah bhikkhu/bhikkhuni Theravada, Mahayana, dan Vajrayana.
Perbedaan dengan mereka yang di luar: berwawasan Buddhayana, toleransi sebagai prinsip, tidak terjebak tradisi negara asal yang berbeda-beda, bertujuan membangun agama Buddha Indonesia yang kontekstual.
Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) adalah wadah umat Buddha perumahtangga, yang didirikan untuk membantu Sangha Agung Indonesia, sebagai pelaksana kebijakan Sagin. Kaderisasi pengurus MBI dilakukan melalui Sekretariat Bersama Persaudaraan Muda-mudi Vihara-vihara Buddhayana Indonesia (Sekber PMVBI).
Di samping Bhikkhu Ashin Jinarakhhita selaku pendiri, bhikkhu Sangha Agung Indonesia yang telah berjasa besar dalam memperluas jaringan MBI dan mempertahankan keberadaan Sekber PMVBI adalah para mantan Maha Lekhanadikari Sagin, yaitu Bhikkhu Aryasasano dan Bhikkhu Aryamaitri.

Agama Buddha yang hidup
Penekanan Buddhayana yang lebih pada konteks daripada sekadar teks akan membuat Buddhayana menjadi bentuk Agama Buddha yang hidup. Bebas dari perjuangan sektarian, Buddhayana akan dapat menjadi komunitas yang semangat kebersamaannya benar-benar berdasarkan pada kebijaksanaan dan kasih sayang.


Dalam satu nafas Buddhayana kita hembuskan angin persatuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar