Rabu, 20 November 2013

buddhayana

Buddhayana

Buddhayana merupakan sebuah gerakan agama Buddha Indonesia yang menghargai semangat pluralisme, inklusive, dan non-sektarian. Didalam wihara-wihara Buddhayana semua aliran utama agama Buddha dapat hidup bersama secara damai dan berkembang bersama dengan beradaptasi pada budaya lokal, budaya Indonesia.
Latar Belakang
Buddhayana dipelopori oleh mendiang Mahabiksu Ashin Jinarakkhita (Ven. Ti Zheng). Beliau dilahirkan di Bogor pada 23 Januari 1923 dengan nama The Boan An. Sejak remaja beliau sudah tertarik pada dunia spiritual, beliau banyak belajar kepada para suhu di kelenteng-kelenteng, haji, pastur, dan tokoh-tokoh teosofi. Beliau mengenal agama Buddha dari tokoh-tokoh Teosofi dan dari perkumpulan Tiga Ajaran (Tri Dharma). Filsafat modern maupun kuno sudah menjadi makanan sehari-harinya.

Setelah menamatkan studinya di Universitas Gronigen Belanda, beliau mengajar di beberapa sekolah di Jakarta. Disaat itu beliau aktif di Pemuda Theosofi dan Gabungan Sam Kaw Indonesia, serta mempelopori perayaan Waisak Nasional yang pertama di Candi Borobudur pada tahun 1953. Pada tahun yang sama, bertepatan dengan perayaan pencerahan sempuran Bodhisattva Avalokitesvara (Guan Yin) , The Boan An ditahbiskan oleh mendiang Mahabiksu Ben Qing sebagai samanera dengan nama Ti Zheng. Kemudian beliau belajar meditasi vipassana di Birma (Myanmar) dibawah bimbingan Mahasi Sayadaw serta ditahbiskan sebagai biksu oleh beliau, dan diberi nama Jinarakkhita. Beliau merupakan putra Indonesia pertama yang menerima pentahbisan biksu sejak runtuhnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Sekembalinya ke tanah air, beliau aktif mengajarkan meditasi dan memberikan ceramah ke berbagai pelosok di Indonesia. Beliau mendorong berdirinya wihara dan perkumpulan Buddhis dari kota hingga ke desa-desa. Atas usahanya yang giat inilah, agama Buddha mulai bangkit kembali.
Pada tahun 1955 berdirilah Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) sebagai wadah umat Buddha Indonesia, yang bertugas membantu sangha. Dalam perjalanan sejarahnya, PUUI sempat beberapa kali ganti nama, dan sekarang menggunakan nama Majelis Buddhayana Indonesia (MBI).
Pada tahun 1960 juga berdiri Sangha Suci Indonesia sebagai wadah bagi para monastik (biksu/biksuni), pada tahun 1963 namanya disesuaikan menjadi Maha Sangha Indonesia. Tahun 1974 Maha Sangha Indonesia kembali melebur menjadi Sangha Agung Indonesia yang beranggotakan biksu/biksuni dari aliran Therawada, Mahayana dan Tantrayana.
Buddhayana Indonesia saat ini
Sangha Agung Indonesia saat ini dibawah pimpinan biksu Dharmawimala sebagai Maha-nayaka dan biksu Nyanasuryanadi sebagai Ketua Umum, serta Majelis Buddhayana Indonesia dibawah kepemimpinan Bapak Sudhamek AWS, meneruskan perjuangan Mahabiksu Ashin Jinarakkhita untuk mewujudkan agama Buddha Indonesia, yang tumbuh berkembang selaras dengan kebudayaan Indonesia dan berlandaskan pada semangat pluralis, inklusive dan non-sektarian.

Keluarga Buddhayana Indonesia dengan dipimpin oleh Sangha Agung Indonesia terdiri dari organisasi-organisasi sebagai berikut:
Majelis Buddhayana Indonesia
Wanita Buddhis Indonesia (WBI)
Wulan Bahagia
Pemuda Buddhayana (Sekber PMVBI)
Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia (Siddhi)
Ikatan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Imabi)

Saat ini organisasi dan wihara yang bernaung dibawah Keluarga Buddhayana Indonesia tersebar di 25 provinsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar