Rabu, 02 Mei 2012


Riwayat Agung Buddha Gotama 3
×
Empat Puluh Satu Arahanta Thera
dan Gelar Etadagga

Berikut ini adalah kisah dari beberapa Thera yang dikutip dari Ekakanipàta, Etadagga Vagga dari Komentar Anguttara Nikaya

yang dimulai dari kisah Thera Kondanna,
yang diambil dari anggota Saÿgha para Siswa Buddha yang memiliki ciri mulia seperti Suppañipannatà.
(1) Thera Kondanna

Dalam membahas kisah para Thera ini, penjelasan akan diberikan dalam empat tahap: (a) Cita-cita masa lampau, (b) Kehidupan pertapaan yang dijalankan dalam kehidupan sekarang, (c) Pencapaian spiritualitas istimewa, dan (d) Gelar Etadagga (tertinggi) yang dicapai.

(a) Cita-cita masa lampau
Balik ke masa lampau dalam bhadda kappa ini, lebih dari seratus kappa yang lalu, muncullah Buddha Padumuttara. Setelah muncul diantara tiga kelompok makhluk, Buddha Padumuttara disertai seratus ribu bhikkhu mengumpulkan dàna makanan dengan mengunjungi sejumlah desa, kota, dan ibukota kerajaan dengan tujuan untuk membebaskan banyak makhluk (dari penderitaan) dan akhirnya tiba di Kota (asal) Haÿsàvatã. Ayah Beliau, Raja ânanda, mendengar berita baik mengenai kunjungan putranya, dan pergi menyambut
Buddha bersama banyak pengikutnya. Ketika Buddha memberikan khotbah kepada kerumunan yang dipimpin oleh Raja ânanda, beberapa orang menjadi Sotàpanna, beberapa mencapai kesucian Sakadàgàmã, beberapa mencapai kesucian Anàgàmã, dan yang lainnya mencapai kesucian Arahatta pada akhir khotbah tersebut. Raja kemudian mengundang Buddha untuk makan pada keesokan harinya, dan pada keesokan harinya ia mengutus seorang kurir untuk menyampaikan pesan kepada Buddha tentang waktu makan. Ia memberikan persembahan makanan secara besar-besaran kepada Buddha dan seratus ribu bhikkhu di istana emasnya. Buddha Padumuttara membabarkan khotbah penghargaan atas persembahan makanan tersebut, kemudian Beliau kembali ke vihàra. Demikian pula, para penduduk juga memberikan Mahàdana pada keesokan harinya. Pada hari ketiga raja kembali memberikan persembahan. Demikianlah, Mahàdana dilakukan oleh raja dan para penduduk bergantian dalam waktu yang lama.

Pada waktu itu, seseorang yang baik, kelak menjadi Kondanna, terlahir dalam sebuah keluarga kaya. Suatu hari, sewaktu Buddha sedang memberikan khotbah, ia melihat para penduduk Haÿsàvatã membawa bunga, wewangian, dan lain-lain, pergi menuju kediaman Tiga Permata dan ia pergi bersama mereka ke tempat Buddha membabarkan khotbah.

Ketika itu, Buddha Padumuttara sedang menceritakan pertemuan-Nya dengan seorang bhikkhu tertentu yang merupakan bhikkhu pertama dari seluruh bhikkhu rattanna (telah lama bergabung dalam Sangha) yang menembus Empat Kebenaran dan terbebas dari samsara di dalam masa pengajaran-Nya. Saat si orang baik tersebut mendengar hal itu, ia merenungkan, “Sungguh mulia orang itu! Dikatakan bahwa selain Buddha sendiri, tidak ada orang lain sebelumnya yang telah menembus Empat Kebenaran. Bagaimana jika aku juga menjadi seorang bhikkhu sepertinya dan dapat menembus Empat Kebenaran sebelum yang lainnya dalam masa pengajaran Buddha mendatang!” Pada akhir khotbah Buddha, orang baik tersebut mendekati Buddha dan mengundang Beliau, “Sudilah Buddha Yang Mulia menerima persembahan makanan dariku besok!” Buddha menerima undangan tersebut dengan berdiam diri. Mengetahui bahwa Buddha telah menerima undangannya, si orang baik tersebut bersujud kepada Buddha dan kembali ke rumahnya. Semalam suntuk ia menghabiskan waktu dengan menghias tempat duduk dengan bunga-bunga harum dan juga mempersiapkan makanan-makanan lezat. Keesokan harinya ia melayani Buddha dan seratus ribu bhikkhu di rumahnya dengan mempersembahkan makanan-makanan mewah nasi sàli dan makanan-makanan lainnya.

Ketika acara makan selesai, ia meletakkan kain buatan Negeri Vaïga yang cukup untuk membuat tiga helai jubah di kaki Buddha. Kemudian ia merenungkan, “Aku tidak mencari posisi religius yang kecil tetapi aku mencari yang besar. Satu hari memberikan Mahàdana seperti ini tidaklah cukup untuk mencapai cita-cita agung. Oleh karena itu aku akan bercita-cita dengan melakukan mahàdàna selama tujuh hari berturut-turut.” Orang baik itu memberikan Mahàdana dengan cara yang sama selama tujuh hari. Ketika upacara persembahan makanan selesai, ia membuka gudang kainnya dan meletakkan kain-kain mewah dan halus di kaki Buddha dan mempersembahkan tiga helai jubah kepada masing-masing dari seratus ribu bhikkhu tersebut. Kemudian ia mendekati Buddha dan berkata, “Buddha Yang Agung, seperti halnya bhikkhu yang engkau puji sebagai seorang yang bergelar Etadagga tujuh hari yang lalu, semoga aku juga dapat menjadi yang pertama menembus Empat Kebenaran setelah mengenakan jubah dalam masa pengajaran Buddha mendatang.” Setelah mengatakan hal itu, ia tetap bersujud dengan cara bertiarap di kaki Buddha. Mendengar cita-cita orang tersebut, Buddha Padumuttara melihat ke masa depan, “Orang baik ini telah melakukan jasa yang sangat besar. Apakah cita-citanya akan tercapai atau tidak?” Beliau melihat dengan jelas bahwa hal itu pasti akan terjadi.

Sesungguhnya tidak ada halangan apa pun, bahkan sekecil atom
yang dapat menghalangi pandangan Beliau jika Buddha ingin melihat masa lampau atau masa depan atau masa sekarang. Semua peristiwa pada masa lampau atau pada masa depan meskipun dalam rentang waktu ber-crore-crore kappa, atau semua peristiwa pada masa sekarang meskipun dalam jarak ribuan alam semesta, semua dapat dilihat dalam perenungan. (Segera saat semua itu direnungkan, maka semua hal tersebut terlihat dengan jelas.)

Demikianlah dengan kekuatan intelektual-Nya yang tidak dapat dihalangi, Buddha Padumuttara melihat dalam pandangan-Nya bahwa, “Seratus ribu kappa kemudian akan muncul seorang Buddha bernama Gotama, di antara tiga kelompok makhluk. Dan cita-cita orang ini akan tercapai!” Mengetahui hal ini, Buddha mengucapkan ramalan, “Sahabat, seratus ribu kappa sejak sekarang, seorang Buddha bernama Gotama akan muncul di dunia ini. Saat Buddha Gotama membabarkan khotbah pertama `Roda Dhamma`; pada akhir khotbah tersebut, Dhammacakkappavattana Sutta, dengan tiga fungsinya, engkau akan mencapai Sotàpatti-Phala bersama dengan delapan belas crore brahma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar